Kamis, 30 Januari 2020

Mengungkap Misteri Tarif Rendah Maskapai LCC Dunia

Apakah sepadan bila maskapai menerapkan biaya di bawah standar low cost carrier (LCC) atau sangat rendah? Bagaimana penjelasannya?

Dilansir CNN Travel, Kamis (2/5/2019), contoh pertama adalah penerbangan tujuh jam melintasi Atlantik dengan harga murah. Sebuah maskapai berbiaya rendah Norwegia terbang dari New York ke Madrid dengan harga USD 154 (Rp 2,2 juta) sekali jalan, termasuk pajak, lintas benua. Bayangkan!

Ongkos ini bukanlah anomali perjalanan, di lain sisi, maskapai seperti American Airlines dan Lufthansa berjuang menggaet penumpang. Mereka menawarkan tarif perjalanan pulang pergi antara berbagai kota di AS dan Eropa dengan harga di bawah USD 400 (Rp 5,7 juta).

Kata Gerald Cook, asisten profesor di Universitas Aeronautika Embry-Riddle, biaya opereasi dan tiket pesawat LCC hampir bisa disebut misterius. "Tiket murah sekali jalan ke Eropa itu tidak menguntungkan bagi maskapai manapun tetapi menambah total pendapatan penerbangan," jelas Cook.

Biaya penerbangan tidak didasarkan langsung pada biaya per kursi, menurut Cook. Total biaya untuk mengoperasikan penerbangan termasuk tagihan bahan bakar, gaji pilot dan awak kabin, biaya makanan dan pembersihan hingga pembayaran untuk pesawat bisa lebih dari USD 250 juta (Rp 3,5 triliun).

"Jadwal penerbangan diatur dua kali setahun. Biaya yang dihasilkan untuk penerbangan itu hampir pasti. Harga bahan bakar mungkin berubah, tapi itu bukan di bawah kendali maskapai," kata dia.

Maskapai Ryanair mengatakan bahwa tarif rata-rata tidak benar-benar menutupi biaya terbang penumpang. Meski demikian, itu sangat menguntungkan.

Maskapai mencari untung melalui biaya pemilihan bagasi dan kursi dan penjualan di pesawat, dan semua produk dengan harga yang pasti lebih tinggi daripada harga kursi itu sendiri. Maskapai ini terbang sesering mungkin per hari sehingga dapat mengenakan biaya ekstra sesering mungkin dan operator jarak jauh tidak akan bisa melakukan itu.

"Variabilitas sebenarnya bukan biaya, ini pendapatan. Tujuan maskapai adalah memaksimalkan pendapatan di penerbangan tertentu pada hari tertentu, berdasarkan pada permintaan yang diharapkan dan aktual," ucap Cook menjelaskan.

Cook memperkirakan bahwa sekitar 10% dari semua kursi pesawat LCC yang tersedia sebagai tarif ekonomi dasar. Itu berarti bahwa pada jet berbadan lebar rute Eropa, sekitar 30 kursinya tersedia dengan harga di bawah tarif. Setelah tiket tersebut dijual, tarif umumnya akan meningkat saat mendekati tanggal perjalanan.

"Jika Anda mencoba memesan kursi ekonomi dan sangat dekat dengan tanggal keberangkatan, Anda mungkin membayar 10 kali lipat dari tarif dasar kelas ekonomi," kata Cook dan menyarankan wisatawan untuk memesan segera setelah memilih tanggal perjalanan.

"Jika maskapai tidak menawarkan tarif rendah untuk menarik penumpang, kursi tidak akan terjual dan tidak menghasilkan pendapatan. Mereka jauh lebih baik menjual beberapa kursi dengan tarif rendah," katanya.

Tapi, tarif itu tidak akan terlalu rendah dan tidak terlalu banyak pengurangan, kata Henry Harteveldt, pendiri Atmosphere Research Group dan pakar industri penerbangan. Karena, tidak ada maskapai yang akan mendiskon lebih dari yang seharusnya.

Harteveldt mengatakan, tujuan maskapai LCC yang mapan menjual cukup tarif dasar ekonomi untuk bisa bersaing dengan sesamanya dan juga untuk mendorong penumpang ke kelas tarif yang lebih tinggi, yakni ekonomi, ekonomi premium hingga bisnis.

Maskapai menggunakan perangkat lunak yang kompleks untuk melakukan penyesuaian harga yang dinamis. Itu didasarkan pada data historis, tarif pesaing, penjualan yang diharapkan untuk kelas tarif penerbangan tertentu.

"Satu penyedia perangkat lunak menganalisis lebih dari satu miliar kombinasi tarif antara London dan New York dengan mempertimbangkan berbagai kelas tarif, maskapai penerbangan dan kursi yang sesuai pada penerbangan sekali jalan di rute tersebut," kata Harteveldt.

Apa saat ini ada di zaman keemasan tarif rendah atau LCC? Kata Harteveldt, ia menyetujuinya karena harga bahan bakar sudah masuk akal. Ada permintaan yang baik untuk perjalanan udara di AS dan Eropa dan bahkan permintaan yang relatif baik pula di Amerika Latin dan Asia.

"Tarif turun di mana pasar memiliki pesaing berbasis harga dan banyak kapasitas untuk memenuhi permintaan," jelas Harteveldt.

Dia mencatat ketika Southwest memasuki pasar, harga langsung turun. Penerbangan ke Hawaii bisa turun sampai USD 49 dari Pantai Barat Amerika. "Hawaiian Airlines dan United, pesaing utamanya akan merespons secara terkendali," katanya. 

Rabu, 29 Januari 2020

Di Forum Gastronomi Dunia, Indonesia Pamer Potensi Ubud

Indonesia menarik perhatian di 5th UNWTO World Forum on Gastronomy Tourism karena tampil sebagai pembicara melalui Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Belanja dan Kuliner Kemenpar. Selain itu, mendapat antusiasme dari para peserta berkat destinasi gastronomi, Ubud, Provinsi Bali.

"Mereka ingin tahu. Bagaimana Ubud sebagai sebuah destinasi gastronomi, memiliki ekosistem lengkap. Tetapi juga saling menguatkan antara manusia dan alam. Hal ini sesuai filosofi kehidupan Bali Tri Hita Karana. Bagian ini yang menjadi perhatian para partisipan yang hadir terutama para pakar pariwisata dan profesor universitas dari negara negara yang maju di bidang gastronomi dan industri makanan serta restoran," papar Vita dalam keterangan tertulis, Rabu (8/5/2019).

Menurut Vita, event ini menjadi ajang berbagi praktek terbaik dalam promosi wisata gastronomi melalui kekuatan komunitas lokal. Ubud sebagai destinasi wisata gastronomi yang sedang di promosikan, menjadi destinasi berstandar global menjadi topik yang dipaparkan oleh Vita. Hasilnya para peserta antusias ingin mengetahui tentang Ubud.

Dijelaskan Vita, hal lain yang menjadi perhatian adalah usaha Indonesia dalam menangani isu plastik dan pengelolaan sisa makanan. Khususnya di Bali. Karena, Gubernur Bali dan Wali Kota Denpasar sudah mulai menerapkan pembatasan penggunaan tas plastik.

Selain itu, konsep hijau pada makanan-makanan sehat serta memperkuat pembangunan yang berkelanjutan.

Vita yang juga pendiri Indonesia Gastronomi Network lebih lanjut mengatakan pentingnya Indonesia membuka potensi gastronomi ini ke dunia.

"Kita ekspose ke dunia tentang kekuatan aset gastronomi kita melalui forum forum Internasional. Sementara para pemilik destinasi, kita dorong untuk mengembangkan produknya serta memperkuat 3A (Akses, Amenitas dan Atraksi). Dan tentunya serius membenahi faktor penting dalam kuliner kebersihan dan kesehatan makanan yang disajikan, termasuk tempatnya. Hal ini bisa dilakukan dengan kerja sama lintas Kementerian dalam hal ini Kemenkes," papar Vita.

Di tempat terpisah, Deputi Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman mengatakan pembangunan destinasi berkelanjutan harus dilakukan melalui perencanaan yang matang oleh pemerintah daerah.

Itu sebabnya Kemenpar mengirim tim yang tepat dan harus kembali membawa lesson learning untuk dibagikan keseluruh pimpinan daerah sebagai pemilik destinasi.

"Jika beberapa negara masih sibuk mencari potensi gastronomi di destinasinya, Indonesia dilimpahkan kekayaan budaya, keberagaman lokal produk, dan resep traditional. Serta, tata cara makan yang menjadi daya tarik wisata gastronomi. Tinggal para CEO daerah yang menentukan. Apakah mereka mau menjadikan kuliner khususnya gastronomi menjadi atraksi unggulan," terang Dadang.

Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan Ubud menjadi prototipe sekaligus pilot project bagi pengembangan destinasi destinasi gastronomi Indonesia lainnya. Standar yang dipakai harus global, baik manajemennya maupun SDM-nya. Dengan demikian, akan mampu bersaing merebut pasar wisatawan minta khusus ini.

"Kemenpar akan bekerja dengan destinasi yang memiliki pemimpin yang berkomitmen tinggi, agar hasilnya menjadi optimal. Dan Indonesia mampu menaikan kunjungan wisman secara konsisten salah satunya melalui wisata gastronomi," ujarnya.

5th UNWTO World Forum on Gastronomy Tourism berlangsung 2 dan 3 Mei di San Sebastian Spanyol. Forum Gastronomi ini sangat bergengsi di dunia karena dihadiri oleh peserta dari 80 negara ini.

UNWTO Gastronomy Forum memberikan beberapa catatan yang penting untuk wisata gastronomi Indonesia, yaitu destinasi manajemen termasuk sumber daya manusia, regulasi yang mendukung pencapaian SDGs 2030, proteksi terhadap kearifan lokal; pemberdayaan masyarakat lokal.