Selasa, 15 Juni 2021

Mengenal Hipertensi, 'Silent Killer' yang Diidap Mendiang Markis Kido

 Peraih emas Olimpiade 2008 Markis Kido meninggal, diduga karena serangan jantung. Pebulutangkis 36 tahun tersebut juga diketahui mengidap hipertensi.

Dugaan terkait masalah jantung antara lain disampaikan oleh Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S Dewa Broto yang menyebut Markis jatuh saat bermain bulutangkis.

https://cinemamovie28.com/movies/just-heroes/


"Benar, dari info yang saya dapat demikian, jatuh saat main bulu tangkis, kemungkinan jantung," ungkapnya via telepon dengan detikSport.


Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan kondisi tekanan darah di atas normal, yakni di atas 140 mmHg untuk tekanan sistolik dan di atas 90 mmHg untuk tekanan diastolik.


Hipertensi yang tidak terkontrol dalam jangka panjang memberi tekanan pada dinding pembuluh darah yang akhirnya bisa memicu berbagai masalah pada sistem peredaran darah. Stroke dan serangan jantung bisa dipicu oleh penebalan dan pengerasan arteri akibat hipertensi.


Meski bisa berakibat fatal, hipertensi seringkali tidak bergejala. Keluhan seperti sakit kepala, sesak napas, hingga mimisan, biasanya muncul ketika tekanan darah sudah masuk level membahayakan.


Kabar baiknya, hipertensi bisa dikelola atau dikontrol dengan pengobatan yang teratur. Sayangnya, Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebut sekitar 30 persen pengidap hipertensi tidak minum obat.


"Hal ini membuat hipertensi menjadi pembunuh senyap atau silent killer," kata dr Vito A Damay, SpJP(K), dokter jantung dari Siloam Hospital Karawaci, kepada detikcom, Selasa (15/6/2021).


Beberapa hal yang perlu diketahui tentang hipertensi:


1. Tekanan darah normal

Dalam pedomannya, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menyebut tekanan darah normal ada di kisaran 120-129/80-84 mmHg. Tekanan darah tinggi yang mulai dikateforikan hipertensi derajat 1 adalah 140-159-90-99 mmHg.


2. Gejala hipertensi

Sebagian besar hipertensi tidak bergejala, bahkan ketika tekanan darah sudah sangat tinggi. Beberapa keluhan yang tidak spesifik sehingga sering diabaikan adalah:


Sakit kepala

Sesak napas

Mimisan

Gejala tersebut tidak spesifik, tidak selalu karena hipertensi. Kalaupun disebabkan oleh hipertensi, umumnya muncul ketika tekanan darah sudah ada di level membahayakan nyawa.


3. Faktor risiko

Ada banyak faktor risiko hipertensi. Di antaranya:


Usia. Hingga usia 64 tahun, hipertensi lebih umum ditemukan pada pria. Wanita juga rentan mengalaminya di atas usia 65 tahun.

Ras. Keturunan Afrika punya kerentanan lebih tinggi.

Riwayat keluarga. Seseorang lebih rentan jika di keluarganya ada yang memiliki kondisi serupa.

Overweight atau kegemukan. Makin tinggi berat badan, makin besar risiko tekanan darah tinggi.

Aktivitas fisik. Jarang bergerak meningkatkan risiko hipertensi.

Rokok. Bukan hanya rokok, semua produk tembakau meningkatkan risiko hipertensi.

Garam. Sifat garam menahan air, sehingga meningkatkan risiko hipertensi.

Kurang kalium. Kalium atau potasium membantu menyeimbangkan kadar natrium atau sodium.

Stres. Pengaruhnya bisa langsung, atau memicu pola hidup tidak sehat seperti makan junk food sebagai comfort eating.

https://cinemamovie28.com/movies/ghostly-vixen/

Nyeri Haid Normal Vs Endometriosis, Bagaimana Cara Membedakannya?

 Perut yang nyeri saat menstruasi merupakan hal yang normal. Namun, apabila nyeri yang dirasakan sudah berlebihan dan mengganggu produktivitas sehari-hari, maka perlu diwaspadai. Sebab, bisa saja nyeri berlebih tersebut merupakan gejala endometriosis.

Endometriosis merupakan penyakit kronis progresif yang menyebabkan rasa nyeri tinggi dan diderita oleh 1 dari 10 perempuan di Asia. Sayangnya, endometriosis ini sering kali disalahartikan sebagai rasa nyeri biasa saat haid.


Padahal, apabila tidak ditangani dengan segera, penyakit ini bisa menyebabkan gangguan kesuburan pada perempuan. Lalu, bagaimana cara membedakan rasa nyeri normal saat menstruasi dengan rasa nyeri akibat endometriosis?


Menurut Prof Dr dr Budi Wiweko, SpOG (K), MPH, pendiri Smart IVF dan wakil direktur Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI) Universitas Indonesia, terdapat sejumlah gejala yang membedakan antara nyeri haid biasa dengan endometriosis.

Gejala utama yang membedakan nyeri endometriosis dengan nyeri normal saat haid adalah durasi sakit yang dirasakan. Selain itu, nyeri haid biasa umumnya tidak akan mengganggu aktivitas sehari-hari.


"Yang pertama, tentu harus diingat bahwa setiap haid atau menstruasi itu seorang perempuan secara alami ataupun lumrah, itu akan mengalami nyeri. Hanya perbedaannya, kalau nyeri haid yang normal itu hanya terjadi satu hari saja dan paling lama dua hari dan tidak mengganggu aktivitas," kata Prof Iko, sapaan akrabnya, dalam konferensi pers virtual, Senin (14/6/2021).


"Kalau nyeri haid yang ditimbulkan oleh endometriosis umumnya bisa terjadi sebelum haid itu dia udah nyeri, pada saat haid semakin nyeri, sepanjang haid dia nyeri, sesudah haid dia juga nyeri. Dan dia mengganggu aktivitas dan rutinitas karena nyeri yang luar biasa," lanjutnya.


Lebih lanjut, Prof Iko juga memaparkan sejumlah gejala lainnya yang akan dirasakan jika perempuan mengidap endometriosis, yakni:


Nyeri haid yang disertai nyeri pada bagian tubuh lainnya

Nyeri saat berhubungan seksual

Nyeri saat buang air kecil (BAK)

Nyeri saat buang air besar (BAB).

Oleh sebab itu, kata Prof Iko, penting bagi para perempuan untuk rutin mencatat siklus menstruasinya setiap bulan sekaligus dengan keluhan yang dialaminya guna mendeteksi dini apabila memang terdapat endometriosis.


"Yang kedua nyerinya ini (endometriosis) ini sifatnya siklik, ya. Tidak timbul sewaktu-waktu, tapi dia siklik rutin dan terkait dengan siklus haid," pungkas Prof Iko.


"Makanya mencatat siklus haid itu sangat penting, termasuk dengan keluhan-keluhan yang menyertai," tutupnya.

https://cinemamovie28.com/movies/doctors-heart/


Mengenal Hipertensi, 'Silent Killer' yang Diidap Mendiang Markis Kido


Peraih emas Olimpiade 2008 Markis Kido meninggal, diduga karena serangan jantung. Pebulutangkis 36 tahun tersebut juga diketahui mengidap hipertensi.

Dugaan terkait masalah jantung antara lain disampaikan oleh Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S Dewa Broto yang menyebut Markis jatuh saat bermain bulutangkis.


"Benar, dari info yang saya dapat demikian, jatuh saat main bulu tangkis, kemungkinan jantung," ungkapnya via telepon dengan detikSport.


Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan kondisi tekanan darah di atas normal, yakni di atas 140 mmHg untuk tekanan sistolik dan di atas 90 mmHg untuk tekanan diastolik.


Hipertensi yang tidak terkontrol dalam jangka panjang memberi tekanan pada dinding pembuluh darah yang akhirnya bisa memicu berbagai masalah pada sistem peredaran darah. Stroke dan serangan jantung bisa dipicu oleh penebalan dan pengerasan arteri akibat hipertensi.


Meski bisa berakibat fatal, hipertensi seringkali tidak bergejala. Keluhan seperti sakit kepala, sesak napas, hingga mimisan, biasanya muncul ketika tekanan darah sudah masuk level membahayakan.


Kabar baiknya, hipertensi bisa dikelola atau dikontrol dengan pengobatan yang teratur. Sayangnya, Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebut sekitar 30 persen pengidap hipertensi tidak minum obat.


"Hal ini membuat hipertensi menjadi pembunuh senyap atau silent killer," kata dr Vito A Damay, SpJP(K), dokter jantung dari Siloam Hospital Karawaci, kepada detikcom, Selasa (15/6/2021).

https://cinemamovie28.com/movies/the-craft-legacy/