- Asus memboyong sejumlah laptop gaming baru ke Indonesia, dan semuanya menggunakan prosesor AMD Ryzen 5000 series. Apa saja sih?
Ada enam laptop gaming yang dirilis, dan dikelompokkan menjadi tiga. Pertama adalah ROG Zephyrus Duo 15 SE dan ROG Flow X13 yang dikelompokkan menjadi laptop gaming sekaligus kreator konten.
Lalu ROG Zephyrus G15 dan G14, yang disebut Asus sebagai laptop gaming stylish namun powerful, dan terakhir adalah ROG Strix Scar dan Strix G Series, jajaran laptop gaming dengan performa tinggi.
ROG Flow X13
Ini adalah laptop yang paling menarik menurut detikINET. Masuk dalam kategori laptop tipis dan konvertibel, namun punya performa mumpuni karena memakai prosesor hingga Ryzen 9 5980HS dan GPU GTX 1650.
Lho, laptop gaming kok cuma pakai GTX 1650? Tenang, Flow X13 dirancang untuk bisa memakai GPU eksternal lewat XG Mobile, dengan pilihan GPU hingga RTX 3080. Jadi, laptop ini bisa tetap compact untuk dibawa-bawa, namun saat kembali ke meja, bisa mempunyai performa yang gahar.
Bobot laptop ini hanya 1,3 kilogram dan ketebalan hanya 15,8mm, serta dilengkapi dengan fitur USB Power Delivery yang memungkinkan pengisian daya melalui adapter USB Type-C 100W khusus. Berkat adapter tersebut, ROG Flow X13 dapat diisi ulang dayanya dari 0% hingga 60% hanya dalam waktu 39 menit. Harganya adalah Rp 22 juta (Ryzen 7) dan Rp 61 juta untuk paket Flow X13 (Ryzen 9) dan XG Mobile berisi RTX 3080.
"ROG memiliki pengalaman panjang dalam menghadirkan inovasi dan laptop berperforma tinggi, sesuatu yang juga dibutuhkan oleh para content creator di era modern saat ini. ROG Zephyrus Duo 15 SE dan ROG Flow X13 merupakan jawaban atas permintaan tersebut," ujar Jimmy Lin, Asus Regional Director Southeast Asia, dalam keterangan yang diterima detikINET.
Sesuai dengan namanya, ROG Zephyrus Duo 15 SE merupakan laptop dengan ScreenPad Plus yang merupakan layar kedua terintegrasi.
Layar dengan fitur touchscreen tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai skenario seperti mengontrol aplikasi streaming secara langsung, atau bahkan melihat walkthrogh dan guide sambil bermain game di layar utama.
Laptop ini ditenagai oleh prosesor terbaru, yaitu hingga AMD Ryzen 9 5900HX serta chip grafis hingga NVIDIA GeForce RTX 3080. ROG Zephyrus Duo 15 SE juga hadir dalam dua pilihan layar, yaitu dengan panel FHD 300Hz yang memiliki color gamut sRGB 100% atau panel 4K 120Hz yang memiliki color gamut Adobe RGB 100%. Harga laptop ini adalah mulai dari Rp 36 juta sampai Rp 71 juta.
https://tendabiru21.net/movies/the-big-heat/
Pasang Chip di Otak Monyet, Elon Musk Dihujani Kritik
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) digadang-gadang akan menjadi teknologi kunci di masa depan. Namun, banyak yang menganggap ada bahaya yang tersimpan dari teknologi ini.
Salah satunya bos Tesla dan SpaceX Elon Musk, yang menganggap AI lebih bahaya ketimbang nuklir. Ia mengaku mengeluarkan pernyataan itu karena sangat dekat dengan pengembangan teknologi AI.
"Saya sangat dekat dengan teknologi AI yang canggih, dan ini sangat membuat saya takut. Teknologi ini sangat jauh dari yang diketahui banyak orang, juga tingkat perkembangannya yang eksponensial," ujar Musk.
Jadi, apa saja sih bahaya yang muncul dari kecerdasan buatan? Berikut adalah daftarnya, seperti dikutip detikINET dari Builtin, Sabtu (24/4/2021)
1. Pengangguran meningkat
Ini adalah bahaya yang banyak menjadi perhatian orang. Yaitu munculnya pengangguran akibat lapangan pekerjaan yang diisi oleh kecerdasan buatan, atau tepatnya otomatisasi.
Berdasarkan penelitian Brookings Institution 2019, ada 36 juta orang yang pekerjaannya rawan digantikan oleh otomatisasi. Lalu setidaknya ada 70% dari pekerjaan mereka, dari mulai penjualan, analisis pasar, sampai pekerjaan di gudang, bisa dilakukan oleh AI.
Meskipun AI juga disebut bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru, John C. Havens berpendapat kalau lapangan pekerjaan yang diciptakan tak bisa menutup lapangan pekerjaan yang dihilangkan oleh AI. Setidaknya begitulah pemikiran dari penulis buku Heartificial Intelligence: Embracing Humanity and Maximizing Machines.
Menurut Havens, ia pernah mewawancarai seorang bos dari perusahaan konsultan hukum soal machine learning. Saat itu ia ingin mempekerjakan lebih banyak orang, namun ia juga diwajibkan untuk mencapai hasil tertentu oleh pemegang sahamnya.
Sampai ia akhirnya menemukan sebuah software bernilai USD 200 ribu yang bisa menggantikan posisi 10 orang, dengan gaji masing-masing USD 100 ribu. Artinya dengan menggunakan software itu ia bisa menghemat USD 800 ribu.
Tak cuma itu, tingkat produktivitas dengan software itu meningkat 70%, dengan tingkat kesalahan hanya 5%. Dari sisi pemegang saham, hal itu tentu sangat menguntungkan.
