Sabtu, 06 Maret 2021

Obesitas Terbukti Jadi Pemicu Tingginya Kasus Kematian akibat COVID-19

 Negara dengan banyak penduduk obesitas terbukti memiliki risiko kematian yang tinggi akibat COVID-19. Menurut riset pada akhir 2020, risiko tersebut mencapai 10 kali lebih tinggi dibanding pada negara-negara lainnya.

Tim riset dari Johns Hopkins University (JHU) dan World Health Organization (WHO) memaparkan, 2,5 juta kasus kematian di dunia akibat COVID-19 dilaporkan per Februari 2021. 2,2 juta di antaranya datang dari negara-negara yang setengah populasinya mengidap obesitas.


Dilaporkan, negara yang 50 persen atau lebih masyarakatnya mengidap obesitas memiliki angka kasus kematian akibat COVID-19 sebanyak lebih dari 100 per 100.000 kasus COVID-19.


Sebaliknya, negara-negara dengan kasus obesitas kurang dari 40 persen tercatat memiliki angka kematian akibat COVID-19 yang lebih rendah, yakni 10 kasus kematian per 100.000 kasus COVID-19.


"Kegagalan untuk mengatasi akar penyebab obesitas selama beberapa dekade jelas 'bertanggung jawab' untuk ratusan ribu kasus kematian yang dapat dicegah," ujar CEO World Obesity Federation, Johanna Ralston, dikutip dari CNN, Jumat (5/3/2021).


Dr Tim Lobstein, salah satu peneliti, menyebut sebenarnya data ini bukan hal baru. Melihat penyakit-penyakit pernapasan yang pernah ada sebelumnya, kasus kematian selalu banyak dialami oleh pengidap obesitas.


"COVID-19 hanya jenis infeksi terbaru yang diperburuk oleh masalah berat badan. Padahal, peringatan sudah pernah ada. Kami melihat masalah yang sama (kematian pada pengidap obesitas) dulu, disebabkan MERS, H1N1, dan penyakit pernapasan yang pernah ada," ujarnya.


Menurut studi dari University of North California di Chapel Hill (UNC) pada Agustus 2020, pengidap obesitas rentan mengalami penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, kanker, dan penyakit pernapasan. Hal inilah yang sebenarnya berbahaya bagi pengidap obesitas di tengah pandemi.


Pasalnya jika para pengidap obesitas ini terinfeksi COVID-19, besar risiko masalah tubuh mereka menjadi berkepanjangan lantaran penyakit komplikasi ini turut terpicu.

https://maymovie98.com/movies/the-poet-3/


Tambah 5.767, Total Kasus Aktif COVID-19 RI Ada 147.172 Per 6 Maret


Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia bertambah 5.767 pada Sabtu (6/3/2021). Total positif menjadi 1.373.836, sembuh 1.189.510, dan meninggal 37.154 kasus.

Spesimen yang diperiksa ada 78.745 dengan jumlah suspek 66.525 orang.


Kasus aktif hari ini mencapai 147.172, menurun 1.184 dari hari kemarin.


Detail perkembangan kasus virus Corona di Indonesia pada hari ini adalah sebagai berikut.


Kasus positif bertambah 5.767 menjadi 1.373.836

Pasien sembuh bertambah 6.823 menjadi 1.189.510

Pasien meninggal bertambah 128 menjadi 37.154

Sebelumnya, pada Jumat (5/3/2021), tercatat total sebanyak 1.368.069 kasus positif virus Corona COVID-19. Ada 1.182.687 pasien sembuh dan 36.897 kasus meninggal dunia.


DKI 1.616 Kasus, Ini Sebaran 5.767 Kasus Baru COVID-19 RI 6 Maret


 Pemerintah melaporkan penambahan 5.767 kasus baru COVID-19 yang terkonfirmasi pada hari Sabtu (5/3/2021). Total pasien terkonfirmasi saat ini 1.373.836 kasus COVID-19.

DKI Jakarta menjadi provinsi dengan penambahan kasus COVID-19 tertinggi yakni 1.616, disusul Jawa Barat dengan 1.094 kasus, dan Jawa Tengah sebanyak 586 kasus.


Detail perkembangan virus Corona Jumat (5/3/2021), adalah sebagai berikut:


Kasus positif bertambah 5.767 menjadi 1.373.836


Pasien sembuh bertambah 6.823 menjadi 1.189.510


Pasien meninggal bertambah 128 menjadi 37.154


Tercatat sebanyak 36.107 spesimen diperiksa hari ini di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah suspek sebanyak 66.546.


Sebaran 5.767 kasus baru Corona di Indonesia pada Sabtu (6/3/2021).


Aceh: 16 kasus

Sumatera Utara: 87 kasus

Sumatera Barat: 92 kasus

Riau: 68 kasus

Jambi: 17 kasus

Sumatera Selatan: 58 kasus

Bengkulu: 8 kasus

Lampung: 41 kasus

Bangka Belitung: 75 kasus

Kepulauan Riau: 13 kasus

DKI Jakarta: 1.616 kasus

Jawa Barat: 1.094 kasus

Jawa Tengah: 586 kasus

DI Yogyakarta: 89 kasus

Jawa Timur: 393 kasus

Banten: 13 kasus

Bali: 153 kasus

Nusa Tenggara Barat: 3 kasus

Nusa Tenggara Timur: 130 kasus

Kalimantan Barat: 73 kasus

Kalimantan Tengah: 122 kasus

Kalimantan Selatan: 171 kasus

Kalimantan Timur: 396 kasus

Kalimantan Utara: 61 kasus

Sulawesi Utara: 27 kasus

Sulawesi Selatan: 165 kasus

Sulawesi Tengah: 34 kasus

Sulawesi Tenggara: 2 kasus

Gorontalo: 13 kasus

Sulawesi Barat: 4 kasus

Maluku: 38 kasus

Maluku Utara: 12 kasus

Papua: 53 kasus

Papua Barat: 44 kasus

https://maymovie98.com/movies/the-poet-2/

Selain Corona B117, Ada 7 Varian Mutasi Lain yang Diwaspadai

  Ilmuwan mengidentifikasi 16 kasus varian baru virus Corona di Inggris. Delapan varian di antaranya saat ini masuk dalam daftar varian yang diwaspadai, termasuk Corona B117.

Public Health England (PHE) menetapkan delapan varian ini sebagai sebagai variant under investigation (VUI), yang berarti sedang dalam daftar pantauan mereka. Varian-varian ini disebut memiliki mutasi yang sama dengan varian yang muncul di Afrika Selatan dan Brasil.


Dikutip dari BBC, para ahli meyakini perubahan tersebut dapat membantu virus menghindari kekebalan dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya. Kasus-kasus tersebut pertama kali diidentifikasi pada 15 Februari oleh sistem pengawasan varian Inggris.


Sebanyak 16 orang yang dites positif dan melakukan kontak dengan mereka, telah dilacak dan disarankan untuk diisolasi. PHE mengatakan, kasus tersebut secara geografis tersebar di seluruh Inggris.


Berikut ini daftar 8 varian mutasi yang sedang dalam pantauan Inggris:


Disebutkan dalam keterangan di daftar tersebut, sejauh ini belum ada nama resmi yang disepakati secara internasional untuk penamaan varian tersebut.


Pihak berwenang juga berusaha melacak seseorang di Inggris yang diketahui telah terinfeksi varian di Brasil. Pencarian telah dipersempit menjadi 379 rumah tangga di wilayah tenggara Inggris. Semua orang di area tersebut diundang untuk mengikuti tes COVID-19, meski mereka tidak menunjukkan gejala.


Varian virus memang akan terus berubah. Semua virus bermutasi saat membuat salinan baru dari dirinya sendiri untuk menyebar dan berkembang. Namun beberapa perubahan dapat mempengaruhi seberapa baik vaksin saat ini bekerja.


Par ilmuwan sedang mencari cara untuk menyesuaikan vaksin virus Corona untuk mengimbangi varian baru yang muncul untuk memastikan bahwa vaksin-vaksin in menawarkan perlindungan yang tinggi terhadap penyakit saat virus bermutasi. Regulator obat Inggris MHRA mengatakan, vaksin baru kini dapat dilacak dengan cepat melalui sistem persetujuan tanpa studi klinis yang panjang.

https://maymovie98.com/movies/the-poet/


Obesitas Terbukti Jadi Pemicu Tingginya Kasus Kematian akibat COVID-19


Negara dengan banyak penduduk obesitas terbukti memiliki risiko kematian yang tinggi akibat COVID-19. Menurut riset pada akhir 2020, risiko tersebut mencapai 10 kali lebih tinggi dibanding pada negara-negara lainnya.

Tim riset dari Johns Hopkins University (JHU) dan World Health Organization (WHO) memaparkan, 2,5 juta kasus kematian di dunia akibat COVID-19 dilaporkan per Februari 2021. 2,2 juta di antaranya datang dari negara-negara yang setengah populasinya mengidap obesitas.


Dilaporkan, negara yang 50 persen atau lebih masyarakatnya mengidap obesitas memiliki angka kasus kematian akibat COVID-19 sebanyak lebih dari 100 per 100.000 kasus COVID-19.


Sebaliknya, negara-negara dengan kasus obesitas kurang dari 40 persen tercatat memiliki angka kematian akibat COVID-19 yang lebih rendah, yakni 10 kasus kematian per 100.000 kasus COVID-19.


"Kegagalan untuk mengatasi akar penyebab obesitas selama beberapa dekade jelas 'bertanggung jawab' untuk ratusan ribu kasus kematian yang dapat dicegah," ujar CEO World Obesity Federation, Johanna Ralston, dikutip dari CNN, Jumat (5/3/2021).


Dr Tim Lobstein, salah satu peneliti, menyebut sebenarnya data ini bukan hal baru. Melihat penyakit-penyakit pernapasan yang pernah ada sebelumnya, kasus kematian selalu banyak dialami oleh pengidap obesitas.


"COVID-19 hanya jenis infeksi terbaru yang diperburuk oleh masalah berat badan. Padahal, peringatan sudah pernah ada. Kami melihat masalah yang sama (kematian pada pengidap obesitas) dulu, disebabkan MERS, H1N1, dan penyakit pernapasan yang pernah ada," ujarnya.


Menurut studi dari University of North California di Chapel Hill (UNC) pada Agustus 2020, pengidap obesitas rentan mengalami penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, kanker, dan penyakit pernapasan. Hal inilah yang sebenarnya berbahaya bagi pengidap obesitas di tengah pandemi.


Pasalnya jika para pengidap obesitas ini terinfeksi COVID-19, besar risiko masalah tubuh mereka menjadi berkepanjangan lantaran penyakit komplikasi ini turut terpicu.

https://maymovie98.com/movies/arwah-noni-belanda/