Selasa, 02 Maret 2021

Telinga Sakit Gara-gara Keseringan Rapat Virtual? Mungkin Ini Penyebabnya

  Setahun sudah pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Berbagai rapat virtual selama WFH (work from home) kadang-kadang tanpa disadari bikin telinga bermasalah. Kenapa ya?

Selama pandemi COVID-19, aktivitas teleconference menjadi semakin populer. Sering kali, seseorang harus mengikuti berbagai meeting virtual yang menyebabkan dirinya harus menggunakan earphone sepanjang hari.


Padahal, jika tidak berhati-hati, menggunakan earphone dan headset bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan telinga. Pasalnya, banyak orang yang masih mengabaikan dampak buruk dari penggunaan earphone berlebihan, seperti menggunakan earphone dalam jangka waktu lama dan dengan volume tinggi.


Di Indonesia, ternyata terdapat peraturan yang menyatakan bahwa paparan suara melebihi 85 desibel (dB) tidak boleh berada pada telinga. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Perhati KL, Prof Dr dr Jenny Bashiruddin, SpTHT, KL dalam acara Temu Media Hari Pendengaran Sedunia pada Selasa (2/3/2021).


"Kita punya aturan baku, bahwa 85 desibel bunyi itu tidak boleh ada di kuping kita (selama) 8 jam. Itu adalah peraturan formal pada program Konservasi Pendengaran," ujar Prof Jenny.

https://cinemamovie28.com/movies/krampus/


Diungkapkan oleh Prof Jenny, kebisingan yang didapat dari penggunaan earphone dapat menyebabkan terjadinya penurunan pendengaran sementara.


"Tetapi ada juga aturan yang 1 jam mendengarkan (earphone), 1 jam harus istirahat. Karena kita tahu bahwa dampak kebisingan yang langsung pada telinga itu sebetulnya ada periode yang disebut sebagai penurunan pendengaran yang sementara. Itu akan terjadi apabila kita terpanjat kebisingan yang terlalu lama," pungkasnya.


Lebih lanjut, Prof Jenny menjelaskan bahwa penggunaan earphone sepanjang hari juga dapat menyebabkan infeksi pada seseorang dengan telinga sensitif.


"Kalau dia pake insert phone (earphone), kalau dia liang telinganya itu sensitif, dan dia terlalu lama (pakainya), ya barangkali awal-awalnya terasa panas, ya, tidak enak gitu. Kemudian kalau dikorek-korek, ya tentunya menjadi infeksi," lanjutnya.


Namun, menurut Prof Jenny, bagi mereka yang kerap menjaga kesehatan dan kebersihan telinga, serta memerhatikan penggunaan earphone-nya, maka infeksi masih bisa dihindari.


"Tapi sepanjang liang telinganya sehat, bersih, penggunaan earphone yang tadi saya sampaikan 1 jam istirahat, 1 jam digunakan, mungkin itu kan ada kesempatan untuk (telinga) mendapat oksigen juga, ya. Jadi itu akan terhindar dari infeksi," tutur Ketua Perhati KL itu.


Oleh sebab itu, penting bagi setiap orang, khususnya yang sering kali menggunakan earphone, untuk terus menjaga kebersihan telinga. Pasalnya, earphone juga dapat menyebabkan kotoran telinga yang menumpuk menjadi masuk ke bagian dalam telinga.


"Tapi kalau ada kotoran, tentu itu akan mendorong kotoran telinganya masuk ke dalam. Jadi, secara tidak langsung dia dengan penjagaan yang baik, tentu tidak menimbulkan infeksi. Tapi justru dengan volume yang keras dia akan menimbulkan gangguan pendengaran akibat bising," tutup Prof Jenny.

https://cinemamovie28.com/movies/grace/

RI Temukan Mutasi Corona B117, Ini 5 Varian COVID-19 yang Jadi Perhatian Dunia

  Seiring berjalannya pandemi COVID-19, penelitian mengungkapkan kemunculan berbagai varian baru virus SARS-COV-2. Ahli menyebut wajar bagi virus bermutasi dan tidak semuanya berdampak serius. Namun, memang ada beberapa varian yang jadi perhatian karena mutasinya dianggap signifikan.

Terkait hal tersebut, Wakil Menteri Kesehatan RI (Wamenkes) Dante Saksono mengungkapkan temuan mutasi COVID-19 B117 di Indonesia. Ini adalah salah satu varian baru COVID-19 yang kini jadi perhatian dunia.


"Tepat satu tahun hari ini, kita menemukan mutasi B117, UK mutation, di Indonesia. Ini fresh from the oven, baru tadi malam ditemukan 2 kasus," kata Wamenkes Dante, Selasa (2/3/2021).


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut varian-varian dengan mutasi signifikan sebagai varian of concern (VOC). Ada kekhawatiran mutasi yang dimiliki VOC bisa berdampak pada penularannya yang lebih signifikan, infeksi lebih parah, atau berpengaruh terhadap efikasi vaksin.


Setidaknya sampai saat ini ada 5 jenis VOC yang dilaporkan. Dua dari varian tersebut diketahui sudah teridentifikasi di Indonesia. Berikut rangkumannya:


1. D614G

Dikutip dari situs resmi WHO, varian D614G diprediksi pertama kali muncul pada akhir Januari atau awal Februari 2020. Studi pada model sel paru-paru manusia dan hewan menunjukkan varian ini memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi, namun gejala dan tingkat keparahannya tetap sama dengan varian sebelumnya.


Varian Corona D614G akhirnya kini jadi salah satu varian yang mendominasi di dunia dan dilaporkan juga sudah menyebar di Indonesia.


"Dari 244 whole genome sequencing (WGS) yang disubmit itu, ada sekitar beberapa yang belum confirm ya, yang sudah confirm itu 221 kalau tidak salah, 70 persennya D614G," kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio, pada detikcom di bulan Januari 2021 lalu.

https://cinemamovie28.com/movies/cavemen/


2. Cluster 5

Cluster 5 adalah sebutan untuk varian baru COVID-19 yang menyebar di antara hewan cerpelai pada bulan Agustus-September 2020 lalu. Varian ini jadi perhatian karena diketahui dapat menular ke manusia dari hewan dan begitu pula sebaliknya.


Negara-negara Eropa, terutama Denmark, yang melaporkan varian ini langsung bertindak dengan memusnahkan jutaan ekor cerpelai.


3. B117

Varian corona B117 atau VOC 202012/01 pertama kali diidentifikasi di Inggris dan dilaporkan ke WHO pada awal Desember 2020. Varian ini disebut-sebut menjadi penyebab lonjakan kasus di Eropa karena sifatnya yang menurut peneliti lebih mudah menular.


"Bagaimana dan di mana SARS-COV-2 VOC 202012/01 pastinya berasal sampai sekarang belum bisa ditemukan," tulis WHO.


Kabar kemunculan varian B117 membuat banyak negara membatasi perjalanan ke dan dari Inggris. Namun, B117 berhasil menyebar luas dengan berbagai negara melaporkannya, termasuk Indonesia.


4. B1351

B1351 atau 501Y.V2 merupakan varian baru COVID-19 yang dilaporkan muncul di Afrika Selatan. Varian ini jadi perhatian karena memiliki mutasi yang dianggap berdampak terhadap efektivitas vaksin COVID-19.


Berbagai studi memang menemukan adanya penurunan efikasi vaksin terhadap B1351. Namun, WHO menyebut vaksin masih bisa melindungi orang-orang dari infeksi parah sehingga program vaksinasi disarankan tetap terus berjalan.


Beberapa produsen dilaporkan sudah mulai berusaha memodifikasi vaksin COVID-19 yang spesifik untuk varian ini.


5. P1

P1 atau 501Y.V3 adalah varian baru COVID-19 yang pertama kali dilaporkan oleh otoritas kesehatan Jepang pada empat orang dari Brasil. Varian jadi perhatian karena memiliki mutasi yang berpotensi membuatnya jadi lebih mudah menular dan resistan terhadap vaksin.

https://cinemamovie28.com/movies/so-undercover/