Banyak ibu yang khawatir atas perubahan di tubuhnya pasca melahirkan, salah satunya saat harus buang air besar (BAB). Mereka merasa bingung bagaimana cara melakukannya.
Menurut dokter Obgyn Christine Masterson, M.D, masalah BAB wajar terjadi pada ibu pasca melahirkan. Beberapa hal memengaruhi pergerakan usus pasca melahirkan, seperti hormon, makanan yang dikonsumsi, dan seberapa banyak dia minum.
"Infeksi, virus, atau reaksi terhadap antibiotik yang digunakan di rumah sakit juga bisa memengaruhi pergerakan usus," katanya.
Sulit BAB biasanya dialami wanita yang melahirkan secara normal. Pada kondisi ini, wanita rentan mengalami konstipasi karena robekan, jahitan, dan ketegangan otot yang terjadi selama persalinan.
Jika menjalani operasi caesar, sulit BAB bisa disebabkan akibat mengonsumsi obat-obatan sebelum dan setelah persalinan. BAB pertama usai operasi caesar menyebabkan rasa sakit di lokasi bekas jahitan.
Terkadang, rasa sakit yang muncul saat ingin BAB akibat kondisi mental pada ibu. Mereka merasa stres karena takut terjadi nyeri saat BAB.
Sebaiknya, BAB pertama setelah melahirkan tidak ditahan. Semakin lama ditahan, semakin sulit menghilangkan rasa sakit saat buang air besar.
Bagaimana cara BAB pertama dengan mudah pasca melahirkan?
KLIK DI SINI UNTUK KE HALAMAN SELANJUTNYA
https://kamumovie28.com/movies/arabian-nights/
Bandel! Sepanjang 2020, Cuma 20 Persen yang Patuh Pakai Masker
Pakai masker merupakan salah satu upaya membatasi penularan COVID-19. Namun hampir setahun pandemi melanda Indonesia, baru 20,6 persen warga yang patuh menggunakan masker.
Fakta ini terungkap melalui sistem monitoring Satgas COVID-19 di 512 Kabupaten dan kota hingga 27 Desember 2020. Data lain yang terungkap adalah rendahnya kepatuhan untuk menjaga jarak dan menjauhi kerumunan, yakni hanya 16,9 persen.
"Kepatuhan yang rendah dalam memakai masker dan menjaga jarak menjadi kontributor dalam peningkatan penularan COVID-19 yang berdampak pada kenaikan kasus COVID-19 beberapa waktu terakhir," kata juru bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, Kamis (31/12/2020).
Ketidakpatuhan memakai masker paling banyak teramati di tempat-tempat sebagai berikut:
Restoran/kedai - 31,9 persen
Rumah - 23,7 persen
Tempat olahraga publik/RPTRA - 19,6 persen
Lainnya - 15,7 persen
Jalan umum - 15,6 persen
Sedangkan lokasi kerumunan dengan tingkat ketidakpatuhan paling tinggi untuk menjaga jarak adalah sebagai berikut:
Mall - 19,1 persen
Restoran/kedai - 17,4 persen
Tempat olahraga publik/RPTRA - 16,5 persen
Rumah - 16,2 persen
Lainnya - 13,8 persen
Terapi Plasma Konvalesen untuk COVID-19 Makin Populer, Begini Cara Kerjanya
Terapi plasma konvalesen belakangan makin populer. Meski masih banyak yang perlu diteliti dari terapi ini, permintaan donor plasma konvalesen akhir-akhir ini makin banyak ditemukan.
Beberapa minggu terakhir kasus kematian akibat virus Corona atau COVID-19 mengalami peningkatan di Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Banyumas. Sebagian besar kasus yang meninggal sudah berusia lanjut ditambah dengan adanya penyakit penyerta atau komorbid.
Ahli Epidemiologi Lapangan (Field Epidemiology) Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dr. Yudhi Wibowo, M.PH mengatakan jika ada beberapa terapi di rumah sakit yang dapat dilakukan oleh pasien yang terkonfimasi positif COVID-19 agar segera sembuh. Salah satunya yang saat ini sedang banyak dilakukan adalah terapi plasma konvalesen. Tapi apa sebenarnya plasma konvalesen itu sendiri?
"Plasma konvalesen adalah plasma darah yang diambil dari pasien yang terdiagnosa COVID-19 dan sudah 14 hari dinyatakan sembuh dari infeksi COVID-19 yang ditandai dengan pemeriksaan Swab menggunakan RT-PCR sebanyak 1 kali dengan hasil negative," kata Yudhi yang juga Tim Ahli Satgas COVID-19 Banyumas melalui pesan tertulisnya kepada wartawan, Kamis (31/12/2020).