Usai terinfeksi virus Corona COVID-19, dikhawatirkan anak-anak dapat mengalami sindrom MIS-C atau multisystem inflammatory syndrome in children. Sindrom ini disebut bisa mengakibatkan kematian pada anak.
Ahli neonatologi dari Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas di San Antonio, Alvaro Moreira, mengatakan sindrom MIS-C dapat terjadi meski anak tersebut hanya mengalami gejala ringan COVID-19.
"Anak-anak tidak perlu menunjukkan gejala pernapasan COVID-19 untuk mengembangkan MIS-C," kata Moreira, dikutip dari Sciencealert.
"Anak-anak mungkin tidak memiliki gejala, (tapi) tidak ada yang tahu bahwa mereka mengidap penyakit tersebut dan dalam beberapa minggu kemudian, mereka mungkin mengembangkan peradangan yang hebat di dalam tubuh," jelasnya.
Sindrom MIS-C mempengaruhi banyak organ tubuh
Moreira menjelaskan, sindrom peradangan multisistem pada anak-anak ini dapat mempengaruhi banyak sistem organ, seperti jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, dan mata. "Ini bisa mematikan karena mempengaruhi banyak sistem organ," ucapnya.
Dalam tinjauan komprehensif yang melibatkan 662 pasien anak dengan sindrom MIS-C, Moreira dan timnya menemukan bahwa sindrom ini memiliki gejala yang mirip dengan penyakit kawasaki dan toxic shock syndrome.
Hal itu membuat 71 persen pasien anak harus menjalani perawatan intensif selama rata-rata delapan hari. Selain mengalami demam, 73,7 persen pasien anak menderita diare dan 68,3 persen muntah-muntah.
11 anak dalam studi meninggal
Moreira mengatakan, 11 anak dari 662 pasien yang mengidap sindrom MIS-C dalam studi tersebut meninggal dunia.
Lebih lanjut, menurut Moreira, angka kematian anak dengan MIS-C masih terbilang rendah, yakni 1,7 persen. Namun, para peneliti menunjukkan bahwa angka ini sebenarnya jauh lebih tinggi daripada angka kematian 0,09 persen yang diamati pada anak-anak dengan COVID-19.
Berisiko mengalami kelainan pada jantung
Sebanyak 52 persen dari 90 persen anak-anak dalam penelitian itu menjalani pemeriksaan irama jantung (EKG) dan menunjukkan adanya kelainan.
Kelainan ini meliputi pelebaran pembuluh darah koroner, penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh jaringan tubuh, dan 10 persen pasien mengalami aneurisma pembuluh darah koroner. Ini membuat mereka berisiko mengalami masalah jantung di masa depan.
CDC Keluarkan Peringatan Level 3, Warga AS Diminta Hindari Indonesia
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah mengeluarkan peringatan perjalanan tingkat 3 ke Indonesia. Warga Amerika Serikat (AS) diimbau sebisa mungkin menghindari atau menunda perjalanan ke Indonesia karena dinilai ada risiko tinggi penularan virus Corona COVID-19.
Dalam halaman resmi CDC, disebutkan bahwa warga AS yang tertular Corona di Indonesia kemungkinan akan sulit mendapat pelayanan yang dibutuhkan.
"Risiko COVID-19 di Indonesia tinggi. CDC merekomendasikan hindari perjalanan internasional yang tidak penting ke Indonesia. Contohnya perjalanan penting yang bisa dikecualikan, seperti upaya bantuan kemanusiaan, alasan medis, hingga urusan keluarga darurat," tulis CDC seperti dikutip pada Selasa (8/9/2020).
"Bila Anda sampai jatuh sakit di Indonesia, sumber daya yang ada mungkin terbatas. Buat rencana dengan matang dan pelajari bagaimana cara mendapat layanan kesehatan di luar negeri," lanjutnya.
Disebutkan bahwa warga AS yang tertular atau jatuh sakit di Indonesia tidak bisa langsung kembali dan harus menjalani masa isolasi selama 14 hari atau sampai sembuh.
Sementara bila seseorang tidak jatuh sakit, maka begitu kembali ke AS tetap diharuskan untuk menjalani isolasi mandiri di rumah selama 14 hari dan direkomendasikan menjalani tes COVID-19.
"Anda mungkin merasa baik-baik saja, tapi bisa jadi Anda memiliki virus tanpa gejala yang dapat menyebar ke orang lain," tulis CDC.
https://cinemamovie28.com/rumah-bekas-kuburan/