Kamis, 02 Juli 2020

Kata Pakar UGM Soal Terapi Konvalesen, Alternatif Pengobatan Corona

Terapi plasma darah atau terapi konvalesen (convalescent) saat ini disebut menjadi salah satu terapi alternatif dalam mengobati pasien positif virus Corona atau COVID-19 di sejumlah negara. Pakar Penyakit Dalam Spesialis Paru-Paru (Internis Pulmonologist) Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) dr Sumardi, Sp PD,KP, FINASIM, mengatakan bahwa terapi ini telah lama digunakan sebagai metode pengobatan penyakit akibat infeksi.
Sumardi mengatakan terapi ini digunakan misalnya saat pandemi Flu Spanyol pada tahun 1900-an. Selain itu juga pengobatan difteri, flu burung, flu babi, ebola, SARS, dan MERS.

Dalam pengobatan pasien virus Corona, kata Sumardi, terapi dilakukan dengan menggunakan plasma darah pasien positif Corona yang sudah sembuh. Plasma darah yang terdapat antibodi tersebut ditransfusikan ke pasien Corona yang masih sakit.

"Jadi plasma darah yang mengandung antibodi dari pasien yang sembuh diberikan pada orang-orang yang masih sakit," jelasnya dalam keterangan tertulis yang dikirim Humas UGM, Rabu (1/7/2020).

Namun begitu, lanjut Sumardi, terapi plasma konvaselen ini masih terbatas untuk uji klinik. Demikian halnya dengan virus Corona yang digunakan di beberapa negara masih sebatas uji klinis, termasuk di Indonesia. Keberhasilan terapi ini juga masih terbatas pada jumlah pasien yang sedikit.

Sumardi memberi contoh di rumah sakit Shenzhen, China. Dalam terapi plasma konvaselen yang dilakukan pada 5 pasien Corona dengan alat bantu pernapasan/ventilator, dilaporkan dapat mempercepatan penyembuhan 1 orang pasien. Sementara tiga orang lainnya menunjukkan proses penyembuhan yang tergolong lambat dan 1 orang meninggal dunia.

Sumardi menjelaskan terdapat sejumlah syarat khusus yang harus dipenuhi untuk melakukan transfusi konvaselen, di samping syarat umum untuk transfusi darah. Syarat khusus tersebut salah satunya pendonor merupakan pasien positif Corona yang telah dinyatakan sembuh. Berikutnya, pendonor harus terbukti memiliki antibodi terhadap Corona dalam kadar yang cukup.

"Plasma yang diambil sekitar 400 milimeter dengan memakai metode plasmapheresis yakni hanya mengambil plasma dari sel darah merah saja. Pemberian plasma darah ini sebanyak 2 kali sehari pada pasien COVID-19," terangnya.

Pengambilan plasma, disebutkan Sumardi lebih baik dilakukan pada pendonor yang merupakan pasien Corona yang sudah sehat dan berjenis kelamin laki-laki karena tidak memiliki antigen HLA. Sebab antigen HLA dapat menimbulkan reaksi atau masalah bagi penerima donor.

Sumardi melanjutkan terapi plasma konvaselen tidak diberikan kepada semua pasien positif Corona. Terapi ini hanya diberikan untuk pasien dengan gejala berat atau kondisi kritis.

"Diberikan pada pasien dengan gejala berat untuk membantu mempercepat penyembuhan, bukan untuk pencegahan. Namun terapi plasma konvaselen ini menjadi alternatif pengobatan hingga ditemukan vaksin," pungkasnya.

Gejala Virus Corona dari Hari ke Hari yang Perlu Diwaspadai

Pandemi virus Corona kini masih menyerang banyak negara di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Jumlah kasus baru yang bertambah setiap harinya membuat masyarakat semakin perlu mengetahui gejala COVID-19 terbaru maupun yang umum terjadi karena virus tersebut.
Gejala virus Corona COVID-19 ini bukan hanya demam, batuk, dan sesak napas yang umumnya diketahui banyak orang. Gejala virus Corona dari hari ke hari pun perlu diketahui agar bisa lebih waspada lagi terhadap infeksi virus tersebut.

Dikutip dari Daily Star, berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine, rata-rata periode inkubasi yang dialami pasien COVID-19 adalah kurang lebih lima hari. Ini memungkinkan banyak orang yang terinfeksi tidak sadar telah menularkan penyakitnya ke orang lain.

Kira-kira seperti apa gejala virus Corona dari hari ke hari yang bisa terlihat pada orang yang terinfeksi?

Hari ke-1
Pada hari pertama, orang yang terinfeksi virus Corona akan mengalami gejala COVID-19 yang umum, seperti demam, batuk kering, kelelahan, nyeri otot, hingga diare.

Hari ke-5
Di hari kelima, orang yang terinfeksi tersebut akan mengalami gangguan pada sistem pernapasannya, seperti sulit bernapas. Gejala COVID-19 ini bisa saja bertambah parah, jika pasien Corona itu memiliki riwayat penyakit penyerta lainnya.
https://cinemamovie28.com/inazuma-eleven-episode-15-subtitle-indonesia/

Olahraga di Luar Saat New Normal, Kenapa Tidak? Ini Tipsnya

Demi menjaga kesehatan dan imunitas tubuh agar terbebas dari infeksi virus Corona, beragam aktivitas fisik, olahraga, dan juga berjemur di rumah disarankan untuk dilakukan. Meski di masa new normal, ada baiknya Anda tetap berolahraga di rumah aja.
Namun sebenarnya bisa saja jika ingin olahraga yang dilakukan di luar ruangan seperti jogging di sekeliling taman atau lingkungan sekitar rumah dengan memperhatikan beberapa hal terlebih. Selain tetap pakai masker, pastikan Anda berada di wilayah yang aman, kondisi tubuh yang fit, tetap jaga jarak dan tidak menyentuh benda-benda di sekitar.

"Beberapa jenis olahraga yang direkomendasikan seperti treadmill, sepeda statis, skipping ataupun senam, jalan santai di sekitar area rumah yang tidak terlalu ramai bisa menjadi alternatif dalam memasuki era new normal ini agar imunitas tetap terjaga," ujar Medical Marketing Manager Kalbe Nutritionals dr Adeline Devita kepada detikcom baru-baru ini.

Bagi Anda yang ingin olahraga di luar rumah, pastikan untuk melakukannya sesuai dengan protokol kesehatan yaitu dengan menghindari olahraga berama-ramai dan menggunakan masker. Namun, pengguna masker saat olahraga tentunya juga perlu diperhatikan intensitasnya.

Jika melakukan olahraga intensitas sedang hingga berat disarankan untuk tidak menggunakan masker karena akan menyebabkan tubuh dapat kekurangan oksigen, juga keringat yang menempel pada masker. Hal ini akan memberikan efek lembap dan dapat menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri dan virus.

"Tetapi dikembalikan kepada pengukuran kapasitas tubuh, jika ketika menggunakan masker saat olahraga malah menimbulkan gejala seperti pusing, napas pendek, maupun sesak napas, segera hentikan olahraga," jelasnya

Oleh karena itu, saat melakukan olahraga di luar, sebaiknya kurangi intensitas olahraga dan atur pernafasan agar tidak kekurangan oksigen. Selain olahraga, asupan makanan juga harus dijaga karena sangat menentukan tingkat kolesterol.

Sesudah mengonsumsi makanan berlemak dan kadar kolesterolnya tinggi, Anda bisa mengonsumsi Nutrive Benecol untuk membantu menurunkan kadar kolesterol darah jika dikonsumsi secara rutin 2 kali sehari sebanyak satu botol setelah makan besar atau makan makanan berlemak.

Nutrive Benecol dengan kandungan Plant Stanol Ester (PSE) dapat membantu menurunkan kadar kolesterol 7-10% jika dikonsumsi teratur selama minimal 2 minggu. Plant Stanol Ester yang terkandung di dalam 1 botol Nutrive Benecol setara dengan 3 gram Beta Glucan dalam 3 mangkuk oat.

Kata Pakar UGM Soal Terapi Konvalesen, Alternatif Pengobatan Corona

Terapi plasma darah atau terapi konvalesen (convalescent) saat ini disebut menjadi salah satu terapi alternatif dalam mengobati pasien positif virus Corona atau COVID-19 di sejumlah negara. Pakar Penyakit Dalam Spesialis Paru-Paru (Internis Pulmonologist) Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) dr Sumardi, Sp PD,KP, FINASIM, mengatakan bahwa terapi ini telah lama digunakan sebagai metode pengobatan penyakit akibat infeksi.
Sumardi mengatakan terapi ini digunakan misalnya saat pandemi Flu Spanyol pada tahun 1900-an. Selain itu juga pengobatan difteri, flu burung, flu babi, ebola, SARS, dan MERS.

Dalam pengobatan pasien virus Corona, kata Sumardi, terapi dilakukan dengan menggunakan plasma darah pasien positif Corona yang sudah sembuh. Plasma darah yang terdapat antibodi tersebut ditransfusikan ke pasien Corona yang masih sakit.

"Jadi plasma darah yang mengandung antibodi dari pasien yang sembuh diberikan pada orang-orang yang masih sakit," jelasnya dalam keterangan tertulis yang dikirim Humas UGM, Rabu (1/7/2020).

Namun begitu, lanjut Sumardi, terapi plasma konvaselen ini masih terbatas untuk uji klinik. Demikian halnya dengan virus Corona yang digunakan di beberapa negara masih sebatas uji klinis, termasuk di Indonesia. Keberhasilan terapi ini juga masih terbatas pada jumlah pasien yang sedikit.

Sumardi memberi contoh di rumah sakit Shenzhen, China. Dalam terapi plasma konvaselen yang dilakukan pada 5 pasien Corona dengan alat bantu pernapasan/ventilator, dilaporkan dapat mempercepatan penyembuhan 1 orang pasien. Sementara tiga orang lainnya menunjukkan proses penyembuhan yang tergolong lambat dan 1 orang meninggal dunia.
https://cinemamovie28.com/inazuma-eleven-episode-13-subtitle-indonesia/