Jumat, 12 Juni 2020

Jamur Ajaib yang Dipakai LIPI Untuk Lawan COVID-19

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menguji sebuah jamur untuk immunomodulator melawan COVID-19. Bukan jamur sembarangan, ini jamur ajaib.

LIPI dalam 2 minggu ke depan sedang menguji 2 herbal sebagai immunomodulator melawan virus Corona. 90 Pasien dicoba diberikan rimpang jahe merah dan jamur Cordyceps militaris untuk menguatkan daya tahan tubuh mereka.

Nah, jamur Cordyceps militaris bukan herbal sembarangan lho. Dihimpun detikINET dari berbagai sumber, Jumat (12/6/2020) jamur Cordyceps disebut memiliki kekuatan untuk memperbaiki sejumlah masalah kesehatan.

Dilansir dari Scientific American, Cordyceps telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional China dan Tibet. Jamur ini dipakai untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti gangguan pernapasan, hingga menjaga daya tahan tubuh.

Ada sekitar 400 spesies Cordyceps dan banyak senyawa aktif biologis yang berbeda. Tetapi yang paling umum digunakan dalam pengobatan adalah Cordyceps sinensis dan Cordyceps militaris.

Kedua jamur tersebut berbeda tempat serta cara pengembangbiakannya dan mempengaruhi kandungan komponen keduanya. Cordyceps militaris telah terbukti memiliki beberapa jumlah senyawa bioaktif yang lebih tinggi daripada Cordyceps sinensis.

Cordyceps militaris, dapat digunakan untuk stamina tubuh baik secara keseluruhan organ tubuh maupun organ vital. Beberapa penelitian menunjukkan jamur ini dapat merangsang sistem kekebalan tubuh dan mengobati gangguan pernapasan. Kemampuannya memang cocok untuk dicobakan melawan COVID-19.

Dalam salah satu jurnal internasional, terdapat penelitian pada manusia yang menunjukkan meningkatnya performa setelah mengonsumsi jamur tersebut, bahkan pada usia lanjut yang asupan oksigennya biasanya sudah terbatas. Dengan menguatnya sistem jantung dan pernapasan, maka oksigen ke darah, oksigen ke otot dan ekstraksi oksigen dari darah untuk menjadi Adenosine Tri-Phosphate (ATP) akan lebih mudah dan lancar.

Jamur ini mengandung banyak nutrisi, seperti protein, asam amino esensial, peptida, vitamin (B1, B2, B12, E, K), asam lemak, dan mineral serta zat aktif cordycepin dan adenosine. Zat cordycepin merupakan komponen bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan untuk meningkatkan imunitas.

Caranya adalah dengan merangsang sel-sel dan bahan kimia tertentu dalam sistem kekebalan tubuh, serta meningkatkan konsumsi oksigen ke paru-paru. Sedangkan zat aktif adenosine berfungsi sebagai sumber energi.

Selain itu, sebuah penelitian juga membuktikan bagaimana jamur ini efektif untuk mengatasi fibrosis yang terbentuk pada hati dan ginjal. Karena itu, mengonsumsi jamur unik ini juga dapat memelihara kesehatan hati dan ginjal.

Habitatnya adalah di pegunungan bersuhu subtropis. Dengan kemajuan teknologi, kini Cordyceps militaris sudah bisa dikembangbiakkan di Indonesia yaitu dengan metoda kultur jaringan.

Riset LIPI terhadap Cordyceps militaris sudah dilakukan sejak Maret dengan melibatkan UGM dan PT Kalbe Farma. Prototipe dan datanya sudah ada serta memiliki izin edar BPOM.

Kini herbal ini sedang diuji klinis terhadap 90 pasien COVID-19 di RS Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran. Diharapkan bulan Juli sudah bisa keluar hasil uji klinisnya.

5 Ilmuwan Perempuan Muslim yang Mengubah Dunia

Kata siapa gender atau hal lainnya mempengaruhi seseorang untuk berkarya? Para ilmuwan Muslim wanita ini adalah contohnya, mereka berhasil menorehkan catatan menginspirasi bagi para perempuan supaya berani menggapai mimpi.
Siapa saja mereka dan seperti apa peran yang mereka jalani untuk memberikan sumbangsih ilmu? Berikut ini dirangkum detikINET dari berbagai sumber:

1. Mariam Al-Ijliya

Mariam Al-Ijliya adalah seorang astronom dari abad ke-10. Karyanya yang terkenal ialah astrolabe (alat pemburu bintang). Secara historis digunakan oleh para astronom dan navigator untuk mengukur ketinggian di atas cakrawala benda langit, siang dan malam, serta dapat digunakan untuk mengidentifikasi bintang atau planet.

2. Sutayta al-Mahamali

Sutayta merupakan seorang ahli aritmatika abad ke-10 yang diajar dan dibimbing oleh beberapa ulama termasuk ayahnya.

Meski begitu, ia tidak berspesialisasi hanya dalam satu mata pelajaran tetapi unggul dalam banyak bidang seperti sastra Arab dan hadist. Dikatakan juga wanita ini menunjukkan bakat dalam aljabar.

3. Rufaida Al-Aslamia

Ialah sosok perawat wanita Muslim pertama, sekaligus dokter bedah pertama dalam dunia Islam. Dia merupakan kaum Anshor yang diperkirakan lahir pada 570 Masehi dan tumbuh besar di Madinah, Arab Saudi. Ayahnya, Saad Al Aslami adalah seorang dokter.

Wanita tangguh ini turut serta dalam Perang Badar sebagai perawat, serta beberapa peperangan lainnya seperti Perang Uhud, Khandaq dan Khaibar. Keikutsertaannya dalam perang ini setelah meminta izin terlebih dahulu kepada Nabi Muhammad SAW.

Kehebatannya menonjol ketika Perang Khandaq, Saad bin Muaath terluka cukup serius. Nabi Muhammad SAW pun meminta Rufaida untuk mengobatinya di rumah sakit dalam tenda yang telah disiapkan. Wanita itu berhasil mengobatinya hingga sembuh.

4. Profesor Bina Shaheen Siddiqui

Ilmuwan Islam yang satu ini adalah pemilik gelar PhD dari Karachi University Pakistan tahun 2001. Ia merupakan salah satu pendiri Third World Organization for Women in Science. Tak hanya itu, ia memiliki 12 paten yang di dalamnya termasuk konstituen antikanker.

5. Profesor Nesreen Ghaddar

Nesreen Ghaddar termasuk insinyur mesin asal Lebanon yang dipuja banyak orang. Dia adalah profesor teknik mesin di American University of Beirut dan juga editor Journal of Applied Mechanics, Islamic World Academy of Sciences.

Tak sampai di situ, ia menyandang gelar PhD dari MIT dan di tahun 1984 mendapat penghargaan paper terbaik dalam bidang termofisika dari American Institute of Aeronautics and Astronautics.

Jamur Ajaib yang Dipakai LIPI Untuk Lawan COVID-19

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menguji sebuah jamur untuk immunomodulator melawan COVID-19. Bukan jamur sembarangan, ini jamur ajaib.

LIPI dalam 2 minggu ke depan sedang menguji 2 herbal sebagai immunomodulator melawan virus Corona. 90 Pasien dicoba diberikan rimpang jahe merah dan jamur Cordyceps militaris untuk menguatkan daya tahan tubuh mereka.

Nah, jamur Cordyceps militaris bukan herbal sembarangan lho. Dihimpun detikINET dari berbagai sumber, Jumat (12/6/2020) jamur Cordyceps disebut memiliki kekuatan untuk memperbaiki sejumlah masalah kesehatan.

Dilansir dari Scientific American, Cordyceps telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional China dan Tibet. Jamur ini dipakai untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti gangguan pernapasan, hingga menjaga daya tahan tubuh.

Ada sekitar 400 spesies Cordyceps dan banyak senyawa aktif biologis yang berbeda. Tetapi yang paling umum digunakan dalam pengobatan adalah Cordyceps sinensis dan Cordyceps militaris.

Kedua jamur tersebut berbeda tempat serta cara pengembangbiakannya dan mempengaruhi kandungan komponen keduanya. Cordyceps militaris telah terbukti memiliki beberapa jumlah senyawa bioaktif yang lebih tinggi daripada Cordyceps sinensis.

Cordyceps militaris, dapat digunakan untuk stamina tubuh baik secara keseluruhan organ tubuh maupun organ vital. Beberapa penelitian menunjukkan jamur ini dapat merangsang sistem kekebalan tubuh dan mengobati gangguan pernapasan. Kemampuannya memang cocok untuk dicobakan melawan COVID-19.

Dalam salah satu jurnal internasional, terdapat penelitian pada manusia yang menunjukkan meningkatnya performa setelah mengonsumsi jamur tersebut, bahkan pada usia lanjut yang asupan oksigennya biasanya sudah terbatas. Dengan menguatnya sistem jantung dan pernapasan, maka oksigen ke darah, oksigen ke otot dan ekstraksi oksigen dari darah untuk menjadi Adenosine Tri-Phosphate (ATP) akan lebih mudah dan lancar.

Jamur ini mengandung banyak nutrisi, seperti protein, asam amino esensial, peptida, vitamin (B1, B2, B12, E, K), asam lemak, dan mineral serta zat aktif cordycepin dan adenosine. Zat cordycepin merupakan komponen bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan untuk meningkatkan imunitas.