Rabu, 03 Juni 2020

Saran Dekan FKUI Bila Ingin Memberlakukan New Normal di Sekolah

Berbagai persiapan telah dilakukan untuk menyambut new normal atau kehidupan normal yang baru di tengah pandemi Corona COVID-19. Tetapi bagaimana dengan new normal di sekolah?

Hingga kini belum ada keputusan pasti kapan new normal di sekolah akan diberlakukan. Meski begitu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, menyarankan apabila ingin memberlakukan new normal di sekolah, salah satu yang perlu diperhatikan adalah membatasi jumlah siswa yang masuk ke dalam kelas.

"Kalau sekolah mau dibuka ya harus dibatasi, kelas yang tadi isinya 40 kalau perlu hanya 10-15 buat sif pagi-sore," kata Prof Ari dalam live di akun Instagram pribadi miliknya, Selasa (2/6/2020).

Menurut Prof Ari, sebaiknya aktivitas di sekolah dilakukan hanya untuk kebutuhan praktik. Sementara itu kegiatan belajar-mengajar bisa dilakukan di rumah secara online.

"New normal itu memang seperti itu tidak seperti pendidikan dulu lagi. Guru di depan kelas menjelaskan, itu nggak perlu lagi. Artinya itu bukan untuk di situ, itu bisa dilakukan di online," jelas Prof Ari.

"Jadi hanya pada hal untuk kepentingan praktik saja," lanjutnya.

Namun sebelum semua itu dilaksanakan, Prof Ari menegaskan untuk tetap memperhatikan mitigasi atau penurunan risiko dampak dari bencana pandemi Corona. Tujuannya agar jumlah kasus tidak meningkat.

"Kalau mau diterapkan harus benar-benar dilakukan mitigasi yang baik mengenai jumlah kasus yang meningkat," tuturnya.

Dokter Sarankan Rajin Cuci Hidung Selama Pandemi Corona, Ini Manfaatnya

Bagi sebagian orang, aktivitas mencuci hidung atau nasal washing mungkin jadi sesuatu yang jarang didengar. Tetapi cara ini diketahui dapat membantu menjaga kesehatan hidung, terlebih di tengah pandemi virus Corona.

Ahli kesehatan telinga, hidung, dan tenggorokan dari Rumah Sakit ibu dan anak (RSIA) Kemang, dr Bagas Wicaksono, SpTHT, menyarankan untuk meningkatkan cuci hidung selama pandemi virus Corona.

"Kalau saya sarankan, mungkin di musim COVID seperti ini, yang biasanya seminggu sekali atau dua kali, bisa aja sih meningkatkan menjadi tiga atau empat kali," sebut dr Bagas saat dihubungi detikcom, (2/6/2020)

"Tapi jangan terlalu sering, karena itu membuat hidung kita sedikit malas untuk menjaga dirinya sendiri," tambahnya.

dr Bagas menjelaskan saat ini belum terdapat penelitian lebih lanjut apakah cara ini dapat menekan risiko terinfeksi Corona. Namun, hal ini diketahui secara umum dapat menjaga kesehatan hidung dari paparan bakteri, virus, hingga debu.

Menurutnya, hidung merupakan salah satu organ yang perlu diperhatikan kebersihannya selain tangan. Terlebih hidung merupakan salah satu pintu masuk virus Corona ke dalam tubuh.

Cara melakukan nasal washing pun sangat sederhana, cukup menggunakan cairan yang mengandung senyawa NaCl atau garam.

"Secara logikanya kalau tangan kita harus rajin cuci. Tapi kalau untuk hidung hanya cukup dengan NaCl atau air garam," pungkasnya.
https://kamumovie28.com/the-adopted-daughter-family-secret-2/

Dokter di China yang Kulitnya Jadi Hitam karena Corona Meninggal Dunia

Seorang dokter China yang sempat jadi sorotan karena kulitnya menghitam akibat virus Corona COVID-19 meninggal dunia. Hu Weifeng meninggal pada Selasa (2/6/2020) karena sebab yang tidak diumumkan.

Hu Weifang adalah seorang urolog yang bekerja di Wuhan Central Hospital, salah satu tempat pertama virus Corona mulai ditemukan. Ia dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 dan menjalani perawatan sejak Januari lalu.

Kondisi Hu sempat membaik di bulan Maret dan ia viral karena kulitnya berubah jadi hitam akibat masalah disfungsi hati. Netizen China menyebut perubahan warna kulitnya sebagai 'bekas luka' perjuangan sang dokter melawan virus Corona.

Namun, pada bulan April dan Mei kondisi Hu menurun akibat masalah perdarahan di bagian otak hingga kemudian meninggal dunia.

Kabar kematian Hu memancing kritikan netizen untuk otoritas setempat. Alasannya karena pemerintah tidak mengabarkan kondisi dan penyebab kematian Hu yang jelas. Satu laporan media milik pemerintah, Global Times, hanya menyebut "situasi semakin parah dan emosinya tidak stabil".

Netizen juga mempertanyakan klaim pemerintah yang menyebut rumah sakit di Wuhan sudah bebas dari pasien Corona.

"Bukannya sudah tidak ada pasien Corona sejak beberapa waktu lalu," ungkap seorang pengguna Weibo seperti dikutip dari BBC, Rabu (3/6/2020).

Saran Dekan FKUI Bila Ingin Memberlakukan New Normal di Sekolah

Berbagai persiapan telah dilakukan untuk menyambut new normal atau kehidupan normal yang baru di tengah pandemi Corona COVID-19. Tetapi bagaimana dengan new normal di sekolah?

Hingga kini belum ada keputusan pasti kapan new normal di sekolah akan diberlakukan. Meski begitu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, menyarankan apabila ingin memberlakukan new normal di sekolah, salah satu yang perlu diperhatikan adalah membatasi jumlah siswa yang masuk ke dalam kelas.

"Kalau sekolah mau dibuka ya harus dibatasi, kelas yang tadi isinya 40 kalau perlu hanya 10-15 buat sif pagi-sore," kata Prof Ari dalam live di akun Instagram pribadi miliknya, Selasa (2/6/2020).

Menurut Prof Ari, sebaiknya aktivitas di sekolah dilakukan hanya untuk kebutuhan praktik. Sementara itu kegiatan belajar-mengajar bisa dilakukan di rumah secara online.

"New normal itu memang seperti itu tidak seperti pendidikan dulu lagi. Guru di depan kelas menjelaskan, itu nggak perlu lagi. Artinya itu bukan untuk di situ, itu bisa dilakukan di online," jelas Prof Ari.

"Jadi hanya pada hal untuk kepentingan praktik saja," lanjutnya.

Namun sebelum semua itu dilaksanakan, Prof Ari menegaskan untuk tetap memperhatikan mitigasi atau penurunan risiko dampak dari bencana pandemi Corona. Tujuannya agar jumlah kasus tidak meningkat.

"Kalau mau diterapkan harus benar-benar dilakukan mitigasi yang baik mengenai jumlah kasus yang meningkat," tuturnya.

Dokter Sarankan Rajin Cuci Hidung Selama Pandemi Corona, Ini Manfaatnya

Bagi sebagian orang, aktivitas mencuci hidung atau nasal washing mungkin jadi sesuatu yang jarang didengar. Tetapi cara ini diketahui dapat membantu menjaga kesehatan hidung, terlebih di tengah pandemi virus Corona.

Ahli kesehatan telinga, hidung, dan tenggorokan dari Rumah Sakit ibu dan anak (RSIA) Kemang, dr Bagas Wicaksono, SpTHT, menyarankan untuk meningkatkan cuci hidung selama pandemi virus Corona.

"Kalau saya sarankan, mungkin di musim COVID seperti ini, yang biasanya seminggu sekali atau dua kali, bisa aja sih meningkatkan menjadi tiga atau empat kali," sebut dr Bagas saat dihubungi detikcom, (2/6/2020)

"Tapi jangan terlalu sering, karena itu membuat hidung kita sedikit malas untuk menjaga dirinya sendiri," tambahnya.

dr Bagas menjelaskan saat ini belum terdapat penelitian lebih lanjut apakah cara ini dapat menekan risiko terinfeksi Corona. Namun, hal ini diketahui secara umum dapat menjaga kesehatan hidung dari paparan bakteri, virus, hingga debu.

Menurutnya, hidung merupakan salah satu organ yang perlu diperhatikan kebersihannya selain tangan. Terlebih hidung merupakan salah satu pintu masuk virus Corona ke dalam tubuh.

Cara melakukan nasal washing pun sangat sederhana, cukup menggunakan cairan yang mengandung senyawa NaCl atau garam.

"Secara logikanya kalau tangan kita harus rajin cuci. Tapi kalau untuk hidung hanya cukup dengan NaCl atau air garam," pungkasnya.
http://kamumovie28.com/misteri-kebun-tebu/