Rabu, 03 Juni 2020

Dokter di China yang Kulitnya Jadi Hitam karena Corona Meninggal Dunia

Seorang dokter China yang sempat jadi sorotan karena kulitnya menghitam akibat virus Corona COVID-19 meninggal dunia. Hu Weifeng meninggal pada Selasa (2/6/2020) karena sebab yang tidak diumumkan.

Hu Weifang adalah seorang urolog yang bekerja di Wuhan Central Hospital, salah satu tempat pertama virus Corona mulai ditemukan. Ia dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 dan menjalani perawatan sejak Januari lalu.

Kondisi Hu sempat membaik di bulan Maret dan ia viral karena kulitnya berubah jadi hitam akibat masalah disfungsi hati. Netizen China menyebut perubahan warna kulitnya sebagai 'bekas luka' perjuangan sang dokter melawan virus Corona.

Namun, pada bulan April dan Mei kondisi Hu menurun akibat masalah perdarahan di bagian otak hingga kemudian meninggal dunia.

Kabar kematian Hu memancing kritikan netizen untuk otoritas setempat. Alasannya karena pemerintah tidak mengabarkan kondisi dan penyebab kematian Hu yang jelas. Satu laporan media milik pemerintah, Global Times, hanya menyebut "situasi semakin parah dan emosinya tidak stabil".

Netizen juga mempertanyakan klaim pemerintah yang menyebut rumah sakit di Wuhan sudah bebas dari pasien Corona.

"Bukannya sudah tidak ada pasien Corona sejak beberapa waktu lalu," ungkap seorang pengguna Weibo seperti dikutip dari BBC, Rabu (3/6/2020).

Saran Dekan FKUI Bila Ingin Memberlakukan New Normal di Sekolah

Berbagai persiapan telah dilakukan untuk menyambut new normal atau kehidupan normal yang baru di tengah pandemi Corona COVID-19. Tetapi bagaimana dengan new normal di sekolah?

Hingga kini belum ada keputusan pasti kapan new normal di sekolah akan diberlakukan. Meski begitu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, menyarankan apabila ingin memberlakukan new normal di sekolah, salah satu yang perlu diperhatikan adalah membatasi jumlah siswa yang masuk ke dalam kelas.

"Kalau sekolah mau dibuka ya harus dibatasi, kelas yang tadi isinya 40 kalau perlu hanya 10-15 buat sif pagi-sore," kata Prof Ari dalam live di akun Instagram pribadi miliknya, Selasa (2/6/2020).

Menurut Prof Ari, sebaiknya aktivitas di sekolah dilakukan hanya untuk kebutuhan praktik. Sementara itu kegiatan belajar-mengajar bisa dilakukan di rumah secara online.

"New normal itu memang seperti itu tidak seperti pendidikan dulu lagi. Guru di depan kelas menjelaskan, itu nggak perlu lagi. Artinya itu bukan untuk di situ, itu bisa dilakukan di online," jelas Prof Ari.

"Jadi hanya pada hal untuk kepentingan praktik saja," lanjutnya.

Namun sebelum semua itu dilaksanakan, Prof Ari menegaskan untuk tetap memperhatikan mitigasi atau penurunan risiko dampak dari bencana pandemi Corona. Tujuannya agar jumlah kasus tidak meningkat.

"Kalau mau diterapkan harus benar-benar dilakukan mitigasi yang baik mengenai jumlah kasus yang meningkat," tuturnya.

Dokter Sarankan Rajin Cuci Hidung Selama Pandemi Corona, Ini Manfaatnya

Bagi sebagian orang, aktivitas mencuci hidung atau nasal washing mungkin jadi sesuatu yang jarang didengar. Tetapi cara ini diketahui dapat membantu menjaga kesehatan hidung, terlebih di tengah pandemi virus Corona.

Ahli kesehatan telinga, hidung, dan tenggorokan dari Rumah Sakit ibu dan anak (RSIA) Kemang, dr Bagas Wicaksono, SpTHT, menyarankan untuk meningkatkan cuci hidung selama pandemi virus Corona.

"Kalau saya sarankan, mungkin di musim COVID seperti ini, yang biasanya seminggu sekali atau dua kali, bisa aja sih meningkatkan menjadi tiga atau empat kali," sebut dr Bagas saat dihubungi detikcom, (2/6/2020)

"Tapi jangan terlalu sering, karena itu membuat hidung kita sedikit malas untuk menjaga dirinya sendiri," tambahnya.

dr Bagas menjelaskan saat ini belum terdapat penelitian lebih lanjut apakah cara ini dapat menekan risiko terinfeksi Corona. Namun, hal ini diketahui secara umum dapat menjaga kesehatan hidung dari paparan bakteri, virus, hingga debu.

Menurutnya, hidung merupakan salah satu organ yang perlu diperhatikan kebersihannya selain tangan. Terlebih hidung merupakan salah satu pintu masuk virus Corona ke dalam tubuh.

Cara melakukan nasal washing pun sangat sederhana, cukup menggunakan cairan yang mengandung senyawa NaCl atau garam.

"Secara logikanya kalau tangan kita harus rajin cuci. Tapi kalau untuk hidung hanya cukup dengan NaCl atau air garam," pungkasnya.
http://kamumovie28.com/misteri-kebun-tebu/

Tupai Peminum Darah dan Aneka Hewan Langka Lainnya di Kalimantan

 Nama Pulau Kalimantan ramai jadi perbincangan di Twitter. Pulau ini kerap disangka primitif, padahal jadi rumah dari hewan langka dunia.

Bermula dari cuitan seseorang di akun anomim yang menanyakan moda transportasi di Kalimantan. Apakah warga Kalimantan menggunakan babi sebagai alat angkut transportasi? Tentu saja tidak.

Julukan Amazon dari Indonesia memang melekat pada Pulau Borneo. Tapi bukan berarti Kalimantan ketinggalan zaman.

Karena kekayaan alam inilah yang justru membuat Kalimantan jadi primadona bagi wisatawan dunia. Sebut saja Taman Nasional Tanjung Puting yang jadi pusat konservasi orangutan.

Sebagai kawasan penangkaran, Taman Nasional Tanjung Puting melindungi orangutan yang kini masuk dalam daftar hewan langka. Kelangkaan ini tentu saja karena perburuan liar yang dilakukan manusia.

Rupanya, Kalimantan bukan cuma rumah bagi orangutan. Di dalam hutan lebatnya, ada sejumlah satwa endemik yang masuk dalam daftar hampir punah.

Yang paling sering kita dengan adalah Bekantan. Spesies yang memiliki nama latin nasalis larvatus ini memiliki ciri yang mencolok yaitu hidung panjang dan rambut coklat kemerahan.

Bekantan merupakan primata yang banyak ditemukan di kawasan Kalimantan. Penebangan hutan ilegal hingga karhutla mengancam kelestarian primata tersebut.Bekantan merupakan primata yang banyak ditemukan di kawasan Kalimantan. Penebangan hutan ilegal hingga karhutla mengancam kelestarian primata tersebut. Foto: Pradita Utama


Menjadi maskot dari Kalimantan Selatan, bekantan jadi hewan yang dilindungi di Indonesia. Namun hilangnya hutan karena penebangan liar membuat populasi bekantan terus menurun.

Jenis kera arbureal, Owa Kalimantan juga menjadi satwa endemik di pedalaman hutan Borneo. Seperti Owa Jawa, spesies Owa Kalimantan juga terancam punah.

Owa Kalimantan sering ditemui di antara aliran Sungai Kapuas dan Sungai Barito. Lagi-lagi karena penebangan liar, Owa Kalimantan harus mengalami penurunan dan dinyatakan terancam punah.

Kemudian ada Lutung Merah dan Dahi Putih. Dua spesies ini sering diburu karena keunikannya, apalagi Lutung Dahi Putih.

Spesies Lutung Dahi Putih berkurang sampai 30 persen dalam waktu 30 tahun. Perburuannya dikaitkan dengan mitos yang menyatakan bahwa daging lutung ini bisa digunakan sebagai obat dari berbagai penyakit. Padahal itu tidak benar, lo!

Selanjutnya, apa kamu pernah dengar Tupai Peminum Darah? Ya, Kalimantan punya Tupai Peminum Darah yang langka. Sebagai hewan nokturnal, spesies ini cukup sering terlihat di Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat kala malam.

Seperti namanya, hewan ini memangsa rusa untuk diminum darahnya. Mereka merobek leher rusa dan meminum daranya untuk bertahan hidup. Hewan buruannya pun sampai mati lemas.

Begitu pula dengan Katak Kepala Pipih atau barbourula kalimantanensis adalah jenis kodok langka dunia. Bayangkan kodok ini menjadi spesies satu-satunya yang tidak memiliki paru-paru.

Hewan ini baru ditemukan pada tahun 1978 oleh Djoko T Iskandar, seorang pakar herpertofauna dari ITB Bandung. Hewan ini ditemukan di sekitar Nanga Pinoh, Melawi, Kalbar.

Dua ekor Pesut berhasil terpantau saat sedang berenang di Sungai Mahakam, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (13/5). Tim Monitoring Pesut Mahakam yang terdiri dari WWF Indonesia, Komunita Save The Mahakam Dolphin dan Komunitas Pencinta Alam Damai (Kompad) berhasil menemukan keberadaan pesut saat melakukan survey untuk mengetahui sebaran populasi pesut tersebut. ANTARA FOTO/Sugeng Hendratno/jhw/foc/17.Dua ekor Pesut berhasil terpantau saat sedang berenang di Sungai Mahakam, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Foto: ANTARA FOTO/Sugeng Hendratno


Kalimantan juga menjadi rumah bagi mamalia air, Pesut Mahakam. Hewan ini disebut juga sebagai lumba-lumba air tawar.

Pada tahun 2007, The Internasional Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan Pesut Mahakam sebagai hewan terancam punah karena hanya memiliki populasi sebanyak 50 ekor.

Penurunan ini terjadi karena banyaknya aktivitas manusia di perairan Sungai Mahakam. Erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan sekitar membuat Pesut Mahakam makin terancam punah.

Yang terakhir adalah Gajah Pygmi atau Gajah Kalimantan. Subspesies dari Gajah Asia ini bisa ditemukan di utara Pulau Kalimantan.

Seperti gajah lainnya, tantangan hidup Gajah Pygmi adalah perusakan hutan. Mereka juga kerap diburu untuk diperjualbelikan kepada kolektor.

Setelah membaca artikel ini, traveler makin tahu dong, kalau ternyata hutan Kalimantan memiliki banyak satwa unik dunia. Sebagai generasi penerus nusantara, yuk, kita jaga dan lindungi kekayaan alam Indonesia!
http://kamumovie28.com/the-rhythm-section/