Selasa, 02 Juni 2020

Update Corona di Indonesia 2 Juni: 27.549 positif, 7.935 Sembuh, 1.663 Meninggal

Jumlah kasus virus Corona COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Hingga Selasa (2/6/2020), akumulasi kasus positif telah mencapai 27.549 orang.
Sementara itu, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh telah mencapai 7.935 dan yang meninggal menjadi 1.663.

Berikut ini detail perkembangan kasus virus Corona di Indonesia pada Selasa (2/6/2020):

1. Jumlah kasus positif bertambah 609 menjadi 27.549.
2. Jumlah pasien sembuh bertambah 298 menjadi 7.935.
3. Jumlah pasien meninggal dunia bertambah 22 menjadi 1.663.

Data tersebut merupakan akumulasi yang tercatat hingga pukul 12.00 WIB hari ini.

Sebelumnya pada Senin (1/6/2020), jumlah akumulatif kasus positif berada di angka 26.940, dengan 7.637 di antaranya sembuh (28,3 persen dari kasus terkonfirmasi) dan 1.641 meninggal (6,1 persen dari kasus terkonfirmasi).

Remaja Perekam Pembunuhan George Floyd Di-bully, Ini Saran Psikolog

Remaja perekam video keempat polisi Minnesota yang menindih leher George Floyd dengan lututnya hingga tewas, trauma akibat di-bully di media sosial.

Darnella Frazier (17) Mengungkap bahwa dirinya harus menghadapi perundungan akibat video yang diunggahnya. Sebab, sebagian besar mengkritik kenapa saat itu Darnella tidak membantu George Floyd dan lebih memilih merekam peristiwa tersebut.

"Kalau bukan karena aku empat polisi itu masih punya pekerjaan, membuat masalah yang lain. Para polisi itu kemungkinan besar akan menutupi perbuatannya. Daripada mencemooh, berterima kasihlah padaku! Karena bisa saja itu terjadi pada orang-orang yang kamu sayangi dan kamu pasti juga ingin melihat kebenarannya. Siapapun yang ingin mengatakan hal-hal negatif tolong blok aku saja. Aku tidak memaksa kalian untuk menontonku," tulis Darnella dalam postingan akun Facebook miliknya.

Menanggapi hal ini, psikolog klinis dari Ciputra Medical Center, Christina Tedja, MPsi, mengatakan selain perundungan yang dilakukan secara verbal atau fisik, salah satu yang bisa berdampak besar terjadinya trauma adalah cyber bullying.

"Trauma bisa baru muncul kalau peristiwa telah berlalu dan selesai. Namun, perasaan, pikiran, bahkan tindakan masih berada (membekas) pada masa yang telah berlalu itu," kata Tina, sapaan akrabnya kepada detikcom, Selasa (2/6/2020).

Menurut Tina, cara terbaik untuk mengatasi perilaku perundungan adalah dengan memaafkan. Namun, bukan berarti membiarkan mereka seenaknya terus-menerus melakukan hal tersebut.

"Memaafkan bukan berarti memperbolehkan orang lain memperlakukan kita sebagaimana senangnya (seenaknya) mereka. Tetapi, memaafkan artinya melihat, tahu, melewati, tanpa membuat pengalaman tersebut 'mengendap' di pikiran dan ingatan kita," jelas Tina.

"Belajar cuek bahasa awamnya," lanjutnya.

Tina juga menjelaskan, seseorang yang trauma akibat mengalami perundungan tidak akan bisa sembuh dengan sendiri dan perlu didampingi oleh yang lebih ahli di bidangnya.

"Perlu pendampingan. Karena jika tidak dia bisa secara perlahan menjadi post traumatic syndrome disorder (PTSD). Jadi setelah trauma ada lagi yang namanya PTSD, yang mana dampaknya lebih berat," tuturnya.
http://cinemamovie28.com/tell-me-how-i-die/

Senin, 01 Juni 2020

5 Fakta Penularan Virus Corona pada Balita dan Anak-anak

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X mengumumkan ada satu pasien yang dinyatakan positif mengidap virus corona COVID-19. Satu pasien itu merupakan balita berusia tiga tahun, dirawat di RSUP Dr Sardjito.
"Ya betul, satu (positif) anak-anak," kata Sultan di Gedung Pracimasono Kompleks Kepatihan, Minggu (15/3/2020).

Virus corona memang menyerang semua umur. Namun samakah gejala virus corona COVID-19 yang terjadi pada anak dengan orang dewasa? Berikut faktanya.

1. Samakah gejala yang terjadi pada anak-anak dengan orang dewasa?
Berdasarkan data yang pernah dibagikan dr Miza Dito Afrizal, SpA, BMedSci, MKes, dari RSIA Tumbuh Kembang, menurut The New England Journal of Medicine (NEJM), anak-anak di China yang terinfeksi virus corona COVID-19 hanya mengalami gejala ringan seperti batuk dan pilek. Sedangkan untuk kasus yang mengalami gejala berat seperti sesak napas angkanya sangat rendah.

2. Bisakah gejala virus corona pada anak-anak dibedakan dari gejala flu biasa?
Menurut dr Miza, gejala ringan virus corona yang terjadi pada anak-anak dengan gejala flu tidak bisa dibedakan, karena memiliki gejala yang sama seperti batuk dan pilek.

"Tidak bisa dibedakan, gejala batuk dan pilek pada virus corona COVID-19 sama persis dengan gejala influenza," ujar dr Miza saat dihubungi beberapa waktu lalu.

3. Bagaimana cara mencegah virus corona pada anak-anak?
Menurut dr Miza cara mencegah agar anak tak tertular virus corona sama dengan orang dewasa, yaitu dengan mencuci tangan dan menjauhi orang dalam keadaan sakit.

"Cara pencegahan anak-anak dan dewasa sama saja, seperti menjaga kebersihan, rajin cuci tangan, dan menjauhi orang yang sedang batuk atau pilek," jelasnya.

4. Benarkah virus corona jarang menyerang anak-anak?
dr Syahrizal Syarif, MPH, PhD, dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) sempat menjelaskan masyarakat apalagi anak muda tak perlu terlalu khawatir menanggapi kemunculan kasus positif virus corona COVID-19 di Indonesia. Menurutnya, kasus pada anak muda sampai saat ini terbilang sedikit, dan tidak ada laporan kasus meninggal.

"Misalnya ada sekitar 100 orang (yang terkena COVID-19), hanya 16 orang yang membutuhkan perawatan serius. Dan mereka yang meninggal adalah usia lanjut dengan ada penyakit jantung sebelumnya, mempunyai penyakit-penyakit kronis lain (sebelumnya)," jelasnya saat ditemui di Gedung Mochtar, Universitas Indonesia, Selasa (3/3/2020).

5. Kenapa virus corona lebih 'jinak' ke anak-anak?
Meski tidak diketahui pasti kenapa anak-anak jarang tertular virus corona. Namun sejak lama, para ilmuwan menemukan pola serupa termasuk pada penyakit cacar air (chickenpox) dan campak (measles). Bahkan, pola yang sama juga ditemukan pada wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome) yang sama-sama disebabkan oleh keluarga virus corona.

"Kami tidak memahami sepenuhnya fenomena tersebut. Mungkin karena perbedaan respons imun pada anak dibanding pada dewasa," kata Dr Andrew Pavia dari University of Utah, dikutip dari Livescience.

"Salah satu hipotesis menyebut respons imun bawaan, yaitu respons awal yang ditujukan pada kelompok patogen, cenderung lebih aktif," lanjutnya.
http://cinemamovie28.com/death-note-episode-18/