Sabtu, 30 Mei 2020

Temukan 125 Kasus Baru Virus Corona, Malaysia Umumkan 'Lockdown'

Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin menetapkan pembatasan secara nasional di Malaysia. Berlaku sejak 18 Maret hingga 31 Maret terkait virus corona COVID-19.
'Lockdown' pertama dalam sejarah Malaysia ini diumumkan perdana menteri dalam siaran langsung di televisi. Ada 125 kasus baru dilaporkan hari ini, sehingga total ada 553 kasus.

"Perintah ini didasarkan pada Undang-undang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular 1988 dan Undang-undang Polisi 1967," kata Muhyiddin, dikutip dari Bernama.com, Senin (16/3/2020).

Pembatasan aktivitas dan pengumpulan massa secara nasional mencakup aktivitas keagamaan, olahraga, sosial, dan budaya.

Perkecualian untuk supermarket, pasar basah, toko kebutuhan pokok, dan convenience store yang menjual kebutuhan sehari-hari.

Kebijakan ini juga berarti bahwa kegiatan belajar mengajar di semua sekolah diliburkan pada periode tersebut.

Selama Lockdown Corona, Warga Italia Dapat 'Hiburan' Konten Dewasa

Warga Italia tengah menjalani 'lockdown' atau pembatasan aktivitas imbas penularan virus corona COVID-19. Sebuah situs dewasa memberikan layanan premium secara gratis sebagai 'hiburan'.
Dikutip dari NYpost, situs tersebut juga mendonasikan pendapatan bulan Maret untuk membantu warga Eropa melewati masa-masa sulit ini.

"Pornhub akan menyumbangkan pendapatan Maret dari Modelhub untuk mendukung Italia mengatasi kondisi darurat," tulis situs tersebut.

Situs Pornhub sebelumnya juga menjadi perbincangan karena mengusung tema virus corona sebagai kontennya. Salah satu film dewasa menampilkan para pemeran dengan pakaian hazmat yang merupakan kelengkapan alat pelindung diri dalam penanganan infeksi.

Italia mengalami lockdown sebagai imbas ledakan kasus virus corona COVID-19. Saat ini, tercatat 24.747 kasus positif di negara tersebut dengan korban meninggal mencapai 1.809 jiwa. Pasien yang dinyatakan sembuh tercatat 2.335 orang.

11 Wilayah Indonesia Laporkan Nol Kasus pada 30 Mei, Ini Daftarnya

 Indonesia kembali mencatatkan penambahan kasus virus Corona COVID-19. Ada wilayah yang melaporkan banyak kasus baru, ada juga yang sama sekali tidak ada kasus.
Hingga Sabtu (30/5/2020) setidaknya sudah ada 25.773 kasus positif virus Corona COVID-19 di Indonesia yang terkonfirmasi. Dari jumlah tersebut 7.015 orang sembuh sementara 1.573 lainnya meninggal dunia.

Berikut wilayah yang melaporkan tidak adanya penambahan kasus baru pada 30 Mei.

1. Aceh

3. Jambi

4. Kalimantan Barat

5. Kalimantan Selatan

6. Kalimantan Utara

7. Sulawesi Tenggara

8. Sulawesi Tengah

9. Riau

10. Maluku

11. Sulawesi Barat

Sedangkan wilayah di Indonesia yang melaporkan peningkatan jumlah kasus terbanyak:

1. Jawa Timur = 199 kasus

2. DKI Jakarta = 101 kasus

3. Sulawesi Selatan = 42 kasus

4. Kalimantan Tengah = 31 kasus

5. Jawa Barat = 20 kasus

6. Kepulauan Riau = 18 kasus

7. Papua = 18 kasus

8. Jawa Tengah = 16 kasus

9. Sulawesi Utara = 16 kasus

10. Bengkulu = 14 kasus
http://nonton08.com/the-youth/

Jumat, 29 Mei 2020

Bujet Pertahanan China dan Siaga Perang ala Xi Jinping (2)

Sementara itu, di tahun yang sama anggaran pertahanan China hanya sebesar US$181 miliar (Rp2.672 triliun).

China merupakan negara kedua dengan anggaran terbesar di dunia setelah AS. Namun, selisih anggaran kedua negara mencapai 13 persen.

Dalam beberapa tahun terakhir, China memang terus memodernisasi militernya, terutama angkatan laut, termasuk memproduksi kapal induk sendiri dan beberapa kapal perusak Type-55.

Produksi alutsista ini merupakan proyeksi Presiden Xi yang bertujuan menjadikan PLA setidaknya setara dengan kekuatan militer AS di Asia.

Ancaman dari Taiwan-Hong Kong

Selain karena ancaman perseteruan dengan AS, Heath menuturkan China memiliki banyak alasan untuk meningkatkan anggaran pertahanan terutama soal Taiwan dan Hong Hong.

Menurutnya, China juga was-was dengan sikap Taiwan yang terus memberontak untuk memisahkan diri. Di saat yang bersamaan, pemerintahan Presiden Xi juga masih dipusingkan dengan kerusuhan yang telah berlarut-larut di Hong Kong.

"Peningkatan pengeluaran ini mencerminkan kecemasan yang kuat tentang perseteruan dengan pesaing utama China, AS, dan juga memudarnya harapan untuk penyatuan secara damai dengan Taiwan. Beijing juga memiliki banyak alasan untuk meningkatkan belanja pertahanan demi mengelola keamanan di tengah gejolak domestik di Hong Kong," kata Heath.

Heath menuturkan kondisi dalam negeri China juga tak semenenangkan itu. Akibat pandemi dan pertumbuhan ekonomi yang mengendur, jumlah pengangguran di Negeri Tirai Bambu melonjak hingga memicu pergolakan di sejumlah wilayah.

Persaingan AS-China memang terus meruncing di kala pandemi. Presiden Donald Trump terus menuding China tidak transparan terkait awal mula kemunculan virus corona.

Tak hanya soal corona, AS-China juga sempat-sempatnya bersitegang di Laut China Selatan terutama setelah Negeri Paman Sam melakukan latihan kebebasan bernavigasi di perairan tersebut dengan mengerahkan angkatan laut pada April lalu.

AS bahkan mengerahkan sejumlah pesawat pengebom B-1 dalam latihan itu. Pesawat tersebut dikerahkan dari pangkalan militer AS di Guam dan merupakan alutsista terberat yang pernah dikerahkan Amerika ke perairan itu.

China juga was-was dengan sikap Taiwan yang terus memberontak di bawah kepemimpinan Presiden Tsai Ing-wen. Relasi China-Taiwan memang terus merenggang sejak Tsi menjabat sebagai presiden.

Tsai dikenal memilih merapat ke blok Barat seperti AS. Belakangan, Tsai terus berupaya menjalin hubungan dekat dengan AS dan sejumlah negara besar lainnya demi mendapat pengakuan.

AS bahkan setuju menjual senjata seperti 18 torpedo kelas berat kepada Taiwan, sebuah langkah yang membuat geram China.

Situasi Hong Kong juga masih menjadi ganjalan China saat ini. Daerah administratif khusus China itu masih dilanda aksi demonstrasi besar-besaran anti-Beijing yang telah berlangsung sejak 2019 lalu.

Demonstrasi memang sempat mereda di tengah merebaknya pandemi corona. Namun, itu tak berlangsung lama. Draf RUU Keamanan Nasional baru yang diusulkan China pada Jumat (22/5) lalu kembali memantik amarah warga Hong Kong.

Para pendemo menentang RUU Keamanan Nasional dari China karena memungkinkan aparat keamanan Negeri Tirai Bambu beroperasi di Hong Kong. Hal ini dikhawatirkan akan memudahkan Beijing melakukan penumpasan terhadap warga lokal yang menentang mereka.

Mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, surat kabar South China Morning Post melaporkan RUU itu melarang pemisahan diri (separatis), campur tangan asing, terorisme, dan semua kegiatan hasutan yang bertujuan menggulingkan pemerintah pusat dan segala gangguan eksternal di Hong Kong.

Belum usai dengan RUU Keamanan Nasional, demonstrasi kembali pecah di Hong Kong yang menolak RUU Lagu Kebangsaan China. 

Pada Rabu (27/5), anggota parlemen Hong Kong menyelenggarakan rapat untuk membahas RUU lagu kebangsaan China. Apabila RUU tersebut disahkan, maka siapa saja yang menghina lagu kebangsaan China bisa dikenakan hukuman hingga tiga tahun penjara.
http://nonton08.com/death-note-episode-25/