Jumat, 29 Mei 2020

Bujet Pertahanan China dan Siaga Perang ala Xi Jinping

Presiden China Xi Jinping memutuskan menaikkan anggaran pertahanan negara sebesar 6,6 persen pada pekan lalu di tengah serangan pandemi virus corona yang terus merongrong perekonomian global, tak terkecuali Tiongkok.

Dengan kenaikan itu, anggaran pertahanan China meningkat menjadi 1.268 triliun yuan atau Rp2.628 triliun.

Sejumlah pihak menuturkan keputusan Xi tersebut mencerminkan bahwa China mencium ancaman keamanan yang bertambah di tengah ketegangan Negeri Tirai Bambu dan Amerika Serikat-sang rival utama-yang kian meruncing.

Pada awal pekan ini tak lama setelah rencana anggaran pertahanan diumumkan, Xi turut memerintahkan Pasukan Pembebasan Rakyat (PLA) atau militer China untuk memikirkan "skenario terburuk, meningkatkan latihan militer, dan menyiagakan kesiapan perang.

Dalam pidatonya di sidang pleno Kongres Parlemen China ke-13 di Beijing, Xi mengatakan kesiagaan pertahanan itu dilakukan untuk mengamankan kedaulatan dan keamanan negara dalam menghadapi berbagai situasi yang kompleks saat ini.

Menurut laporan kantor berita pemerintah China, Xinhua, Xi juga memerintahkan peningkatan inovasi dalam pengembangan ilmu pertahanan nasional dan pelatihan personel militer profesional berkaliber tinggi.

Hal itu juga diperkuat oleh Kementerian Pertahanan China. Menurut jubir Kemhan China, Wu Qian, kenaikan anggaran tersebut sangat dibutuhkan negara saat ini.

"Dapat dikatakan bahwa dunia saat ini sedang tidak damai. Keamanan dalam negeri China dan kepentingan luar negeri China juga menghadapi beberapa ancaman nyata sehingga kenaikan bujet pertahanan secara moderat dan mantap ini adalah langkah masuk akal dan penting," kata Wu.

Bukan keputusan yang mudah bagi Xi Jinping untuk menaikkan bujet pertahanan, meski kenaikan tersebut adalah yang terkecil dalam beberapa dekade terakhir.

Ia harus rela memangkas anggaran di sektor lain seperti pelayanan publik yang turun 13,3 persen, urusan luar negeri 7,5 persen, pendidikan 7,5 persen, dan ilmu pengetahuan dan teknologi 9,1 persen demi memenuhi ambisinya dalam bidang pertahanan.

Uang ekstra bagi sektor pertahanan China juga diberikan ketika Negeri Tirai Bambu mengalami penurunan ekonomi terburuk dalam sejarah akibat pandemi corona yang telah menginfeksi lebih dari 5,7 juta orang di seluruh dunia.

"Rencana anggaran tersebut memperlihatkan Beijing merasa tidak aman dan terkepung," ucap peneliti senior lembaga think tank RAND Corp., Timothy Heath, di Washington seperti dilansir CNN.

Menyaingi Militer AS

China menganggap kenaikan anggaran pertahanan tahun ini tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Beijing menganggap kenaikan anggaran ini tidak lebih besar dari anggaran pertahanan yang dikeluarkan oleh negara lain.

Ketua 13th National People's Congress, Zhang Yesui, menuturkan anggaran pertahanan China pada tahun lalu juga "hanya seperempat dari total uang belanja negara dengan anggaran pertahanan terbesar di dunia."

Zhang merujuk pada AS yang merupakan negara dengan anggaran pertahanan terbesar di dunia. Menurut Institut Internasional untuk Kajian Strategis (IISS), AS menghabiskan US$686 miliar (Rp10.130 triliun) untuk pertahanan pada 2019 lalu.

Sementara itu, di tahun yang sama anggaran pertahanan China hanya sebesar US$181 miliar (Rp2.672 triliun).

China merupakan negara kedua dengan anggaran terbesar di dunia setelah AS. Namun, selisih anggaran kedua negara mencapai 13 persen.

Dalam beberapa tahun terakhir, China memang terus memodernisasi militernya, terutama angkatan laut, termasuk memproduksi kapal induk sendiri dan beberapa kapal perusak Type-55.

Produksi alutsista ini merupakan proyeksi Presiden Xi yang bertujuan menjadikan PLA setidaknya setara dengan kekuatan militer AS di Asia.
http://nonton08.com/death-note-episode-27/

Menakar Kemampuan Kapal Perang China ala Xi Jinping

Angkatan Laut China dikabarkan menugaskan kapal perang permukaan terbesar dan tercanggihnya, yakni Nanchang ke pelabuhan Qingdao. Kapal perusak Tipe 055 kelas 10.000 ton pertama di China itu diperkirakan akan menemani kapal-kapal induk yang beroperasi lebih jauh dari pantainya dan meninju lebih jauh ke barat Pasifik.

Nanchan resmi diluncurkan pada Juni 2017. Kapala penghancur generasi ketiga itu diklaim menandai lompatan dalam alat utama sistem pertahanan AL China.

Melansir Japan Times, peneliti dan pakar keamanan maritim di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam, Collin Koh mengatakan bawah kapal perang itu sejauh ini merupakan kapal perang permukaan paling kuat di AL China, di luar kapal induknya.

Memiliki beban lebih dari 10.000 ton, Tipe 055 panjangnya mencapai 180 meter dengan lebar 20 meter dan disebut oleh Pentagon bukan sebagai perusak, tetapi sebagai kapal penjelajah yang lebih besar.

Nanchang dikabarkan memiliki 112 sel rudal peluncuran vertikal yang mampu meluncurkan kombinasi rudal permukaan-ke-udara, rudal anti-kapal, rudal serangan darat, dan rudal anti-kapal selam.

Kapten Nanchang, Zhou Minghui mengatakan bahwa kapal tersebut direncanakan akan mulai melakukan pelatihan dalam semua sistem dan mata pelajaran untuk membentuk kemampuan tempur dan mengintegrasikan ke dalam sistem tempur PLA.

Pakar angkatan laut Tiongkok, Li Jie mengatakan Nanchang diperkirakan akan menemani Liaoning, kapal induk pertama China yang merupakan reparasi dari kapal era Soviet yang berbasis di Qingdao. Dia mengatakan kemungkinan akan membentuk kelompok pertempuran kapal induk.

Tipe 055 sendiri nantinya akan berfungsi sebagai pengawal bagi kapal induk. Li menyebut kapal itu sangat serbaguna dan bisa memimpin kelompok tugas tanpa kapal induk, yang melakukan berbagai misi. Selain itu, kapal tersebut diklaim bisa menemani Shandong, kapal induk pertama yang diproduksi di dalam negeri China.

Saat ini, China secara teratur mengirimkan kapal pemerintah ke daerah di sekitar Kepulauan Senkaku yang dikuasai Jepang, yang juga diklaim oleh China sebagai Kepulauan Diaoyu. Koh mengatakan bahwa kapal pasti akan menarik perhatian Jepang mengingat ukurannya, kemampuannya.

"Namun, saya melihatnya seiring waktu, kapal akan diawasi dan dipertimbangkan dengan cara yang berbeda dari bagaimana kapal-kapal PLAN lainnya ditempatkan di bawah pengawasan pasukan Jepang," katanya.

Nanchang saat ini diketahui bergabung dengan parade angkatan laut sebagai penanda peringatan ke-70 pendirian Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN). China sengaja membangun kapal itu dengan tujuan untuk menjaga keamanan kedaulatan dan kepentingan luar negeri.

Selain ke pelabuhan Qingdao, lima kapal perusak Tipe 055 lainnya dilaporkan telah diluncurkan di Galangan Kapal Dalian di Liaoning dan Galangan Kapal Jiangnan di Shanghai. Analis memperkirakan China dapat mengembangkan versi yang ditingkatkan dari Tipe 055 yang menampilkan teknologi senjata canggih seperti pistol rel elektromagnetik.

Melansir Business Insider, kapal tersebut dipersenjatai senjata H / PJ-38 130-mm gun. Namun ada laporan bahwa kapal ini akhirnya bisa dilengkapi dengan railgun. Kapal itu menggunakan radar X- dan S-band, yang memungkinkannya melacak objek tersembunyi dari berbagai ukuran.

Secara teknis, Nanchang sejatinya diklasifikasikan sebagai kapal penjelajah karena memiliki kapasitas muatan besar yang dapat membuntuti kapal penjelajah kelas Ticonderoga Angkatan Laut AS, tetapi melebihi kapal perusak kelas Arleigh Burke yang hanya memiliki 96 sel peluncuran vertikal.

Saingan utama kapal tersebut dikatakan sebagai perusak kelas Zumwalt, yang terus menderita dari berbagai masalah perkembangan.
http://nonton08.com/death-note-episode-22/