Jumat, 29 Mei 2020

Pulau Cantik di Afrika Ini Haram Dikunjungi Kapal Pesiar

Sebuah pulau cantik di Afrika melarang kapal pesiar untuk berkunjung hingga tahun 2022. Mereka takut kapal pesiar akan membawa virus Corona.

Sebuah negara kepulauan cantik di pesisir Afrika Timur, Seychelles mengumumkan sebuah kebijakan penting. Negara ini tidak akan mengizinkan kapal pesiar untuk bersandar di pelabuhan mereka hingga tahun 2022.

Dihimpun detikTravel dari beberapa sumber, Jumat (29/5/2020), larangan kapal pesiar untuk bersandar di Seychelles itu diumumkan oleh Didier Dogley, Menteri Pariwisata, Penerbangan Sipil dan Pelabuhan Seychelles.

Larangan tersebut berlaku efektif dari bulan Mei ini hingga sampai akhir tahun 2021. Kapal pesiar boleh bersandar lagi di Seychelles pada tahun 2022.

Meski Seychelles bergantung pada sektor pariwisata untuk tetap hidup, tapi langkah tersebut dirasa perlu untuk diambil oleh pemerintah agar negara tersebut terlindung dari wabah virus Corona.

Pemerintah Seychelles sendiri sudah terjun langsung untuk memastikan para pelaku bisnis di sektor pariwisata mendapat bantuan finansial selama masa pandemi virus Corona berlangsung.

Sampai saat ini, kasus positif virus Corona di Seychelles cuma ada 11 orang, dengan korban meninggal masih 0. Pemerintah Seychelles pun berharap jumlah ini tidak bertambah. Mereka pun tengah bersiap, jaga-jaga jika nanti ada gelombang kedua pandemi Corona di negara itu.

Meski banyak operator kapal pesiar dunia berencana akan kembali berlayar di bulan Agustus, tetapi larangan sandar di Port Victoria, Seychelles akan tetap berlaku untuk kapal pesiar dari negara manapun.

Langkah Seychelles juga diikuti oleh Kepulauan Cayman di Karibia. Meski tidak seekstrem Seychelles, pelabuhan di Kepulauan Cayman cuma akan ditutup sampai bulan September 2020.

"Saya rasa, kami tidak akan melihat lagi kapal pesiar kembali ke Grand Cayman di kuartal kedua, ketiga, bahkan kuartal keempat tahun ini. Jujur saja," kata Moses Kirkconnell, Menteri Pariwisata Kepulauan Cayman, seperti dikutip detikTravel dari Cayman Compass.

Menakar Kemampuan Kapal Perang China ala Xi Jinping

Angkatan Laut China dikabarkan menugaskan kapal perang permukaan terbesar dan tercanggihnya, yakni Nanchang ke pelabuhan Qingdao. Kapal perusak Tipe 055 kelas 10.000 ton pertama di China itu diperkirakan akan menemani kapal-kapal induk yang beroperasi lebih jauh dari pantainya dan meninju lebih jauh ke barat Pasifik.

Nanchan resmi diluncurkan pada Juni 2017. Kapala penghancur generasi ketiga itu diklaim menandai lompatan dalam alat utama sistem pertahanan AL China.

Melansir Japan Times, peneliti dan pakar keamanan maritim di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam, Collin Koh mengatakan bawah kapal perang itu sejauh ini merupakan kapal perang permukaan paling kuat di AL China, di luar kapal induknya.

Memiliki beban lebih dari 10.000 ton, Tipe 055 panjangnya mencapai 180 meter dengan lebar 20 meter dan disebut oleh Pentagon bukan sebagai perusak, tetapi sebagai kapal penjelajah yang lebih besar.

Nanchang dikabarkan memiliki 112 sel rudal peluncuran vertikal yang mampu meluncurkan kombinasi rudal permukaan-ke-udara, rudal anti-kapal, rudal serangan darat, dan rudal anti-kapal selam.

Kapten Nanchang, Zhou Minghui mengatakan bahwa kapal tersebut direncanakan akan mulai melakukan pelatihan dalam semua sistem dan mata pelajaran untuk membentuk kemampuan tempur dan mengintegrasikan ke dalam sistem tempur PLA.
http://nonton08.com/death-note-episode-24/

Bangun Lagi 737 Max, Boeing Yakin Bisa Terbang Bulan Depan

Boeing bersikeras membangun pesawat 737 Max yang pernah jatuh dua kali. Padahal, regulator penerbangan Amerika (FAA) belum memberikan lampu hijau.
Diberitakan CNN, Boeing mengumumkan untuk memulai kembali produksi 737 Max pada Rabu lalu. Langkah itu diambil meski tak ada permintaan jet baru dan terhentinya perjalanan udara.

Saat mengumumkan rencana itu, Boeing juga memberi tahu 6.770 pekerja bahwa mereka kehilangan pekerjaan. Sebanyak 5.520 pekerja lainnya telah menerima tawaran buyout sukarela.

Banyak maskapai membatalkan atau menunda pengiriman jet baru dalam menghadapi krisis industri yang disebabkan pandemi Covid-19. Aksi itu memaksa Boeing mengurangi rencana produksinya secara signifikan untuk beberapa tahun ke depan.

Boeing terus membangun 737 Max, jet terlarisnya, bahkan setelah di-grounded pada Maret 2019 menyusul dua kecelakaan fatal yang menewaskan 346 orang. Lebih dari 400 jet lainnya tidak dapat dikirim.

Boeing baru menghentikan produksinya pada Januari di tengah penundaan yang berkelanjutan dalam mendapatkan persetujuan untuk terbang kembali. Perusahaan mengharap persetujuan terbang dapat keluar di pertengahan tahun ini.

Perusahaan berhenti membangun pesawat 737 Max pada bulan Januari, sebelum pandemi Corona menghantam maskapai dunia. Mereka tidak mampu untuk terus membangun Max tanpa mengirimkan pesawat dan menyelesaikan penjualan.

Sejak pandemi Corona yang menyebabkan perjalanan udara menurun, perusahaan penerbangan dan perusahaan penyewaan pesawat telah membatalkan 299 pesanan pesawat 737 Max. 240 lainnya telah mengalami perubahan status pesanan dan Boeing tidak lagi menganggapnya sebagai pesanan perusahaan.

Perusahaan masih memiliki pesanan pasti di angka lebih dari 3.800 untuk pesawat 737 Max. Beberapa maskapai berharap untuk menerima pengiriman 737 Max suatu hari nanti.

"Kami masih menginginkan Max kembali ke layanan. Pesawat Max lebih unggul dari 737 lama yang saat ini kami operasikan. Pesawat ini membakar lebih sedikit bahan bakar. Ini pesawat yang sangat baik. Dan tentu saja kami ingin memesiunkan beberapa pesawat lama, menghindari perawatan mahal dan mengganti dengan pesawat baru," CEO Southwest, Gary Gary.

Southwest memiliki 34 pesawat 737 Max, lebih dari maskapai lain. Boeing telah membangun 25 tambahan yang sedang menunggu untuk dikirim.

Meski begitu, Southwest mencapai kesepakatan dengan Boeing untuk mengurangi jumlah jet Max yang akan ditambahkan ke armadanya sampai akhir 2021. Awalnya, maskapai ini berencana memesan 107 pesawat 737 Max antara tahun 2019 hingga 2021, dan 19 lainnya dari perusahaan penyewaan pesawat.

Namun sejauh ini hanya menerima tiga pesawat itu karena masalah pengandangan massal. Berdasarkan perjanjian dengan Boeing, pabrikan mesti mengirim tidak lebih dari 48 jet sampai akhir 2021, dan menunda 59 lainnya.

Maskapai sedang tak butuh pesawat baru karena merugi dalam 11 tahun terakhir. Maskapai itu dikabarkan tak akan menggunakan pesawat yang dikandangkan paling cepat hingga November nanti.
http://nonton08.com/death-note-episode-21/