Selasa, 05 Mei 2020

Investigasi di Dark Web Temukan Ratusan 'Vaksin dan Obat' COVID-19

Ratusan penjualan 'vaksin, obat antivirus dan alat perlindungan diri (APD)' dari COVID-19 ditemukan oleh Australian Institute of Criminology (AIC) di dark web atau darknet. Mereka pun menemukan 224 daftar dari 110 vendor yang konon berasal dari China, Amerika Serikat, dan Australia.

Karena banyaknya negara yang kekurangan pelindung diri, tidak mengherankan bahwa masker K95 menjadi yang paling banyak dijual, sebagaimana ditulis Guardian.

"Kami menemukan hampir setengahnya, 45% (dari produk terkait virus Corona -- red), adalah APD. Banyak masker operasi, banyak masker K95," ucap Profesor Rod Broadhurst dari Australian National University.

Masker, sanitizer, dan sarung tangan adalah yang paling umum, diikuti APD, alat diagnosis, alat rapid test, dan thermoscanner. Sekitar sepertiga dari daftar ialah obat-obatan.

Dari daftar obat itu, ada juga obat yang dipercaya sebagai penawar efektif virus Corona oleh Presiden AS Donald Trump, yaitu chloroquine dan hydroxycloroquine. Harganya pun beberapa kali lebih tinggi daripada obat yang sama ketika dibeli dengan resep di Australia.

Studi ini tidak mengamati lebih lanjut apakah penjualan ini merupakan penipuan. Lebih lanjut, Broadhurst hanya berkomentar ia menemukan barang yang 'sangat aneh' dan menarik di dalamnya.

"Kami tahu banyak hal ini mungkin akan menjadi omong kosong, tetapi bisa jadi akan ada banyak barang asli juga," lanjutnya.

Namun sebagai catatan nih, detikers, WHO menyebutkan ada 6 calon vaksin sedang dalam tahap uji klinik pada manusia. Dalam laporan 'DRAFT landscape of COVID-19 candidate vaccines', WHO mencatat bahwa per 23 April 2020 sudah ada 6 kandidat vaksin virus Corona yang sudah dalam tahap uji coba pada manusia.

Nah, calon vaksin ini ada di Amerika, China dan Inggris. Selain itu ada 77 calon vaksin lain di berbagai negara yang masih dalam pengembangan awal. Kalau detikINET sih mendingan sabar menunggu vaksin Corona yang sudah jelas diverifikasi deh, kalau kamu?

Beri Pidato Kelulusan, Tim Cook Ungkit Flu Spanyol

CEO Apple Tim Cook memberikan pidato kelulusan untuk mahasiswa Ohio State University angkatan 2020 yang baru saja lulus. Dalam pidato virtual tersebut, Cook mengungkit wabah flu Spanyol 1918.
Cook harus memberikan pidatonya dari rumah secara virtual karena pandemi virus Corona. Ia pun meminta maaf karena tidak bisa berkumpul bersama para mahasiswa, tapi ia optimis mereka akan bisa menghadapi tantangan ini begitu lulus kuliah.

Dikutip detikINET dari Cnet, Senin (4/5/2020) Cook memulai pidatonya dengan melihat kembali event yang terjadi lebih dari satu abad lalu saat wabah flu Spanyol merebak.

Ia berusaha menyemangati para mahasiswa dengan memberi contoh pencapaian tokoh-tokoh terkemuka seperti Presiden Franklin D Roosevelt, penyair TS Eliot dan penerbang Amelia Earhart yang diraih setelah pulih dari penyakit tersebut.

"Ketika Amelia Earhart terinfeksi flu dari salah satu pasiennya, penyembuhannya lebih rumit dan menyakitkan," kata Cook dalam pidato tersebut.

"Untuk melewati bosannya waktu karantina dan social distancing, ia melihat pesawat terbang yang berlalu lalang dan mempertimbangkan apakah ia ingin berpindah karier," sambungnya.

Cook menambahkan lulusan tahun ini menghadapi sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Tapi ia meyakinkan bahwa mereka yang menghadapi tantangan ini dengan pikiran terbuka akan bisa meninggalkan dampak yang sangat besar bagi orang lain.

Pria berusia 59 tahun ini juga mengungkap bagaimana ia merasa sangat beruntung saat diminta pendiri Apple, Steve Jobs, untuk bergabung bersama perusahaannya pada tahun 1998, begitu juga dengan rasa kehilangannya ketika Jobs meninggal dunia.

"Ketika saya bergabung dengan Apple di 1998, saya tidak bisa percaya bisa seberuntung ini. Saya akan menghabiskan seluruh kehidupan profesional saya bekerja untuk Steve Jobs," ucap Cook.

"Takdir datang seperti pencuri di malam hari. Kesepian yang saya rasakan ketika kita kehilangan Steve adalah bukti bahwa tidak ada yang lebih abadi, atau lebih kuat, dari dampak yang kita tinggalkan untuk orang lain," imbuhnya

3 Hari Berturut-turut, Kasus Baru Corona di Jakarta Menurun

Perkembangan terbaru menunjukkan kasus baru positif COVID-19 di Jakarta mengalami penurunan dalam tiga hari terakhir. Namun warga Jakarta jangan lengah dengan kondisi ini dan tetap jaga jarak serta rajin cuci tangan pakai sabun.
Teramati dari situs corona.jakarta.go.id, Senin (4/5/2020), kasus baru pada hari ini tercatat ada 55 kasus. Terakhir kali Jakarta mencatatkan kasus baru yang lebih rendah dari hari ini adalah pada 31 Maret lalu dengan 14 kasus baru.

Berikut adalah catatan jumlah kasus baru, atau penambahan kasus positif COVID-19 per harinya, dalam sepekan terakhir di Jakarta:

28 April: 118 kasus baru
29 April: 83 kasus baru
30 April: 105 kasus baru
1 Mei: 145 kasus baru
2 Mei: 72 kasus baru
3 Mei: 62 kasus baru
4 Mei: 55 kasus baru

Hingga hari ini, sudah total sudah ada 4.472 kasus terkonfirmasi COVID-19 di Jakarta, terdiri dari 2.080 orang dirawat di rumah sakit, 650 orang sembuh, 412 orang meninggal, dan 1.330 orang melakukan isolasi mandiri.

Soal penurunan kasus Corona di Jakarta, Gubernur Anies Baswedan pernah mengatakan ini bukan berarti Jakarta sudah terbebas dari COVID-19. Masyarakat Jakarta masih harus bertempur melawan virus Corona.

"Ini tidak boleh diartikan sebagai PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)-nya kendor, harus kita lebih disiplin, harus kita lebih ketat, karena masih ditemukan kasus-kasus positif di masyarakat," kata Anies dalam jumpa pers evaluasi PSBB yang disiarkan langsung di YouTube Pemprov DKI, Jumat (1/5) kemarin.

Investigasi di Dark Web Temukan Ratusan 'Vaksin dan Obat' COVID-19

Ratusan penjualan 'vaksin, obat antivirus dan alat perlindungan diri (APD)' dari COVID-19 ditemukan oleh Australian Institute of Criminology (AIC) di dark web atau darknet. Mereka pun menemukan 224 daftar dari 110 vendor yang konon berasal dari China, Amerika Serikat, dan Australia.

Karena banyaknya negara yang kekurangan pelindung diri, tidak mengherankan bahwa masker K95 menjadi yang paling banyak dijual, sebagaimana ditulis Guardian.

"Kami menemukan hampir setengahnya, 45% (dari produk terkait virus Corona -- red), adalah APD. Banyak masker operasi, banyak masker K95," ucap Profesor Rod Broadhurst dari Australian National University.

Masker, sanitizer, dan sarung tangan adalah yang paling umum, diikuti APD, alat diagnosis, alat rapid test, dan thermoscanner. Sekitar sepertiga dari daftar ialah obat-obatan.

Dari daftar obat itu, ada juga obat yang dipercaya sebagai penawar efektif virus Corona oleh Presiden AS Donald Trump, yaitu chloroquine dan hydroxycloroquine. Harganya pun beberapa kali lebih tinggi daripada obat yang sama ketika dibeli dengan resep di Australia.

Studi ini tidak mengamati lebih lanjut apakah penjualan ini merupakan penipuan. Lebih lanjut, Broadhurst hanya berkomentar ia menemukan barang yang 'sangat aneh' dan menarik di dalamnya.

"Kami tahu banyak hal ini mungkin akan menjadi omong kosong, tetapi bisa jadi akan ada banyak barang asli juga," lanjutnya.

Namun sebagai catatan nih, detikers, WHO menyebutkan ada 6 calon vaksin sedang dalam tahap uji klinik pada manusia. Dalam laporan 'DRAFT landscape of COVID-19 candidate vaccines', WHO mencatat bahwa per 23 April 2020 sudah ada 6 kandidat vaksin virus Corona yang sudah dalam tahap uji coba pada manusia.

Nah, calon vaksin ini ada di Amerika, China dan Inggris. Selain itu ada 77 calon vaksin lain di berbagai negara yang masih dalam pengembangan awal. Kalau detikINET sih mendingan sabar menunggu vaksin Corona yang sudah jelas diverifikasi deh, kalau kamu?