Sabtu, 02 Mei 2020

Kurang dari 7 Jam, 98 Orang Pasien Virus Corona Meninggal di New York

 Jumlah kematian akibat virus corona COVID-19 di New York, Amerika Serikat (AS), kian mengkhawatirkan. Bahkan pada Minggu (29/3/2020) kemarin, sebanyak 98 orang meninggal dunia hanya dalam waktu kurang dari tujuh jam.
Mengutip dari New York Post, terhitung dari pukul 09.30 sampai 16.15 waktu setempat, sebanyak 98 orang meninggal dunia dan terdapat 1.166 kasus baru virus corona. Hal ini menjadikan total kasus di New York mencapai 33.474 orang dan 776 di antaranya meninggal dunia.

Wali Kota New York, Bill de Blasio mengatakan kepada para warganya untuk lebih waspada karena kemungkinan terburuk dari virus corona bisa terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

"Kami akan melalui perjalanan yang sangat sulit," kata Blasio.

"April akan lebih buruk dari Maret, dan saya khawatir kalau Mei bisa menjadi lebih buruk lagi dari April. Kita akan menghadapi ini selama berminggu-minggu lamanya," pungkasnya.

Social Distancing untuk Cegah Corona dari Pembawa Virus Tak Terdeteksi

Infeksi virus Covid-19 menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, hingga terjadi radang paru-paru (pneumonia) dalam kondisi terburuk. Namun, ada sejumlah besar kasus orang yang terinfeksi virus corona tidak menunjukkan gejala gangguan kesehatan.
Dilansir New York Times, orang yang terinfeksi virus Covid-19 tanpa gejala merupakan carrier (pembawa virus) yang membahayakan. Sebab, mereka tidak tahu telah terinfeksi tapi tetap beraktivitas normal, dan berinteraksi dengan orang sekitar.

Virus darinya menyebar ke orang lain dan dapat mengakibatkan masalah fatal pada orang yang ditularkan. Orang dengan infeksi virus Covid-19 tanpa gejala sangat mungkin lolos dari pengetesan. Sebab, tes biasanya dilakukan pada orang yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan.

Kecuali, jika orang tersebut masuk dalam daftar Orang Dalam Pengawasan (ODP), karena terlibat kontak dengan pasien positif atau pernah bepergian ke daerah rawan virus corona.

Pada bulan Februari, Jerman memulangkan 126 orang dari Wuhan, China. 10 orang di antaranya diisolasi karena menunjukkan masalah kesehatan, dikhawatirkan terinfeksi virus corona.

Baca juga: Mumpung WFH, Berikut 5 Tips untuk Traveling dari Rumah
Tapi, setelah dites kesepuluh orang tersebut hasilnya negatif Covid-19. Malahan, ada dua orang ekspatriat yang kondisinya sehat dan tidak diisolasi yang ternyata positif terinfeksi virus corona.

Phsyscal distancing merupakan satu-satunya cara agar orang yang terinfeksi virus tidak menularkan ke sekitarnya. Meskipun tidak menunjukkan gejala, tidak ada alasan untuk mengabaikan imbauan physycal distancing. Sebab, jika masyarakat terus bermobilisasi tanpa diketahui apakah sedang terinfeksi, maka penyebaran akan semakin meluas dan gawatnya itu mengancam nyawa banyak orang.

Guna mengantisipasi tertular atau menularkan virus Covid-19, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter. Tidak perlu langsung periksa ke rumah sakit, Grab Health didukung Good Doctor membuka layanan konsultasi kesehatan digital selama 24 jam. Ada pengecekan dasar virus corona gratis yang disediakan Grab Health.

Konsultasi ini bisa dilakukan secara online lewat aplikasi Grab. Caranya, pilih menu Grab Health yang ada di halaman depan dan ikuti instruksi untuk memulai konsultasi. Setelah proses konsultasi, dokter akan menentukan apakah pengguna memiliki risiko Covid-19 rendah, sedang atau tinggi. Kemudian dokter akan memberikan rekomendasi lebih lanjut sesuai dengan protokol yang telah disediakan oleh Kementerian Kesehatan.

Disinfektan Disemprot Langsung ke Orang, Ini Efeknya Bagi Pernapasan

Bilik disinfektan banyak disediakan di area perkantoran dan juga tempat-tempat umum yang banyak dikunjungi orang. Namun, penggunaannya dianggap salah sasaran oleh dokter ahli paru.
"Penggunannya itu tidak tepat sasaran. Kalau pun yang disemprot orang yang sakit COVID-19 juga tidak meniadakan resiko penularan berikutnya," kata Ketua Bidang Humas Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Rezki Tantular, SpP, pada detikcom, Senin (30/3/2020).

Menurut dr Rezki, orang tersebut bisa saja tetap menularkan virus itu ke orang yang sehat. Ini karena virus tersebut berada di dalam tubuh, bukan di permukaan tubuh pasien.

Selain itu, penggunaan bilik disinfektan ini juga bisa menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. dr Rezki mengatakan, muncul rasa seperti terbakar pada hidung, tenggorokan kering, bahkan bisa menyebabkan alergi pada beberapa orang.

"Dalam waktu yang singkat bisa langsung terasa (efeknya). Jadi, selain tidak efektif, itu (bilik disinfektan) juga punya dampak negatif ke tubuh," jelasnya.

Lalu bagaimana cara menangkal virus corona COVID-19? Saling menjaga jarak (physical distancing) dan sering mencuci tangan dengan sabun disebut-sebut sebagai cara paling efektif.

Kurang dari 7 Jam, 98 Orang Pasien Virus Corona Meninggal di New York

 Jumlah kematian akibat virus corona COVID-19 di New York, Amerika Serikat (AS), kian mengkhawatirkan. Bahkan pada Minggu (29/3/2020) kemarin, sebanyak 98 orang meninggal dunia hanya dalam waktu kurang dari tujuh jam.
Mengutip dari New York Post, terhitung dari pukul 09.30 sampai 16.15 waktu setempat, sebanyak 98 orang meninggal dunia dan terdapat 1.166 kasus baru virus corona. Hal ini menjadikan total kasus di New York mencapai 33.474 orang dan 776 di antaranya meninggal dunia.

Wali Kota New York, Bill de Blasio mengatakan kepada para warganya untuk lebih waspada karena kemungkinan terburuk dari virus corona bisa terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

"Kami akan melalui perjalanan yang sangat sulit," kata Blasio.

"April akan lebih buruk dari Maret, dan saya khawatir kalau Mei bisa menjadi lebih buruk lagi dari April. Kita akan menghadapi ini selama berminggu-minggu lamanya," pungkasnya.

Social Distancing untuk Cegah Corona dari Pembawa Virus Tak Terdeteksi

Infeksi virus Covid-19 menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, hingga terjadi radang paru-paru (pneumonia) dalam kondisi terburuk. Namun, ada sejumlah besar kasus orang yang terinfeksi virus corona tidak menunjukkan gejala gangguan kesehatan.
Dilansir New York Times, orang yang terinfeksi virus Covid-19 tanpa gejala merupakan carrier (pembawa virus) yang membahayakan. Sebab, mereka tidak tahu telah terinfeksi tapi tetap beraktivitas normal, dan berinteraksi dengan orang sekitar.

Virus darinya menyebar ke orang lain dan dapat mengakibatkan masalah fatal pada orang yang ditularkan. Orang dengan infeksi virus Covid-19 tanpa gejala sangat mungkin lolos dari pengetesan. Sebab, tes biasanya dilakukan pada orang yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan.

Kecuali, jika orang tersebut masuk dalam daftar Orang Dalam Pengawasan (ODP), karena terlibat kontak dengan pasien positif atau pernah bepergian ke daerah rawan virus corona.

Pada bulan Februari, Jerman memulangkan 126 orang dari Wuhan, China. 10 orang di antaranya diisolasi karena menunjukkan masalah kesehatan, dikhawatirkan terinfeksi virus corona.

Baca juga: Mumpung WFH, Berikut 5 Tips untuk Traveling dari Rumah
Tapi, setelah dites kesepuluh orang tersebut hasilnya negatif Covid-19. Malahan, ada dua orang ekspatriat yang kondisinya sehat dan tidak diisolasi yang ternyata positif terinfeksi virus corona.

Phsyscal distancing merupakan satu-satunya cara agar orang yang terinfeksi virus tidak menularkan ke sekitarnya. Meskipun tidak menunjukkan gejala, tidak ada alasan untuk mengabaikan imbauan physycal distancing. Sebab, jika masyarakat terus bermobilisasi tanpa diketahui apakah sedang terinfeksi, maka penyebaran akan semakin meluas dan gawatnya itu mengancam nyawa banyak orang.