Kamis, 30 April 2020

Hanya Boleh Kremasi, China Larang Acara Pemakaman Jenazah Virus Corona

Sepuluh guci abu yang disimpan di sebuah krematorium di Jingzhou Provinsi Hubei, China, merupakan guci abu jenazah pasien COVID-19 yang tidak kunjung diambil oleh keluarga.
Keluarga yang masih menjalani karantina menjadi alasan mengapa abu jenazah yang dikremasi tersebut tak kunjung dijemput.

"Abu tersebut sekarang dibawa perawatan kami karena anggota keluarga berada di karantina," kata Sheng, direktur krematorium Jingzhou.

Dikutip dari Reuters, China tidak hanya melarang warganya untuk memakamkan keluarga yang meninggal akibat COVID-19, tapi upacara perpisahan pun tidak diizinkan untuk digelar.

"Tidak ada perpisahan, tidak ada upacara yang diizinkan," kata Sheng.

Virus corona COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 720.000 orang di 199 negara, di mana 33.956 di antaranya meninggal.

Di China, tempat virus itu muncul pertama kali, virus yang tidak hanya menyerang kehidupan manusia sehari-hari tetapi orang-orang yang sudah meninggal pun juga direpotkan karena penyakit tersebut sangat menular.

Sejak 1 Februari lalu, bahkan ketika wabah di China mulai mereda. Tidak ada keluarga yang diizinkan menggelar acara pemakaman. Larangan ini tidak hanya untuk kematian yang disebabkan oleh COVID-19, namun juga kematian yang disebabkan oleh apapun.

Bagi keluarga di China yang mayoritas penduduknya menganut ajaran Buddha dan Tao, upacara pemakaman biasanya dilakukan dengan khidmat untuk memastikan perjalanan damai ke kehidupan setelah mati.

Data hingga saat ini menunjukkan, China memiliki 81.439 kasus infeksi COVID-19 dengan 3.300 orang di antaranya telah meninggal. Sebanyak 75.448 pasien telah disembuhkan.

Meski jumlah kasus COVID-19 telah mengalami penurunan, namun krematorium di Jingzhou belum dapat memastikan bagaimana layanan kremasi akan berjalan kembali seperti semula.

Saat ini krematorium hanya bisa menjaga guci abu di tempat mereka sesuai perintah negara.

Gugus Tugas COVID-19 Bagikan Resep Hand Sanitizer ala BPOM

Seiring meluasnya penyebaran virus corona COVID-19 di Indonesia dan langkanya persediaan hand sanitizer. Tidak perlu cemas jika tidak kebagian, kamu bisa membuatnya di rumah sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Hand Sanitizer merupakan antiseptik dalam bentuk cair yang berfungsi menghambat atau memperlambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, salah satunya adalah kulit.
Antiseptik dapat digunakan untuk mencuci tangan, membersihkan permukaan kulit yang terluka, dan mengobati infeksi di rongga mulut.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, mengatakan bahwa hand sanitizer bisa dibuat sendiri menggunakan bahan-bahan yang telah direkomendasikan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dari WHO.

"Bahan-bahannya adalah ethanol 96 persen, gliserol 98 persen, hidrogen peroksida 3 persen, air steril atau aquades," kata Wiku di Graha BNPB, Jakarta, Senin (30/3/2020).

Meski penggunaan hand sanitizer dianjurkan, namun mencuci tangan dengan sabun dan dengan air mengalir masih menjadi cara paling ampuh untuk membunuh virus. Apabila tidak terdapat sabun, hand sanitizer bisa digunakan.

"Di antaranya adalah dengan menganjurkan kampanye mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer dan langsung mandi setelah beraktivitas di luar rumah," pungkas Wiku.

Bahaya! WHO Sebut Disinfektan Tak untuk Disemprotkan ke Manusia

Bilik atau chamber disinfektan saat ini mudah ditemukan, baik di area perkantoran atau pintu-pintu perumahan. Diklaim bisa penyebaran virus corona. Namun, WHO mengatakan itu sebaiknya tidak dilakukan karena bisa berbahaya jika bahan kimia disinfektan mengenai tubuh. Apalagi terkena pakaian dan selaput lendir, seperti mata dan mulut.
Hal itu disampaikan organisasi kesehatan dunia WHO melalui media sosial. Dikatakan, menyemprotkan bahan kimia seperti alkohol dan klorin bisa berbahaya jika mengenai pakaian dan selaput lendir, misalnya mata dan mulut.

"Ingat, alkohol dan klorin bisa berguna sebagai disinfektan pada permukaan, namun harus digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaannya," tulis WHO Indonesia.


WHO Indonesia
@WHOIndonesia
#Indonesia, jgn menyemprot disinfektan langsung ke badan seseorang, karena hal ini bisa membahayakan. Gunakan disinfektan hanya pd permukaan benda-benda. Ayo #LawanCOVID19 dgn tepat! https://twitter.com/NParanietharan/status/1244143374803726341 …

Lihat gambar di Twitter
N. Paranietharan
@NParanietharan
#Indonesia Please do not spray disinfectants on people #COVID19 #CoronaVirusIndonesia , it may be harmful ⁦@KemenkesRI⁩ ⁦@BNPB_Indonesia⁩ #JakartaTanggapCorona #Jakarta #LawanCovid19 ⁦@kemenkopmk⁩ ⁦@Menlu_RI⁩ ⁦@dinkesJKT⁩ ⁦@WHOIndonesia⁩

Lihat gambar di Twitter
9.783
15.47 - 29 Mar 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
14,8 rb orang memperbincangkan tentang ini

Tim pakar dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung menyampaikan pendapat senada, bahwa belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bilik disinfektan efektif bunuh virus. Malah, penggunaan bahan kimia ini bisa sebabkan iritasi.

"Inhalasi gas klorin (Cl2) dan klorin dioksida (ClO2) dapat mengakibatkan iritasi parah pada saluran pernapasan," tulis para pakar ITB dalam rilisnya baru-baru ini.

Disinfektan hanya efektif untuk permukaan benda mati.Disinfektan hanya efektif untuk permukaan benda mati. Foto: Agung Pambudhy
Dokter ahli paru dari Omni Hospitals Pulomas dr Frans Abednego Barus, SpP, mengatakan bilik disinfektan itu tidak memberikan manfaat apa-apa. Jika sering digunakan, bisa mengakibatkan iritasi, batuk, dan sesak.

"Bisa saja. Bahan kimia bisa mengiritasi kulit jadi kemerahan, gatal dan mungkin terkelupas. Ke paru-paru juga mengakibatkan batuk dan sesak," ujar dr Frans.

Ahli paru lainnya, dr Rezki Tantular, SpP, selaku Ketua Bidang Humas Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan, penggunaan bilik ini bisa menimbulkan rasa terbakar pada hidung, tenggorokan kering, bahkan bisa menyebabkan alergi pada beberapa orang.

Ketua Tim Pakar Gugus Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito menegaskan bilik disinfektan tidak direkomendasikan, karena berbahaya bagi kesehatan. Disinfektan hanya akan bekerja efektif pada permukaan benda mati, seperti lantai, meja, atau peralatan medis.

"Penggunaan disinfektan dengan ruang, chamber, atau penyemprotan secara langsung ke tubuh manusia tidak direkomendasikan karena berbahaya bagi kulit, mulut, dan mata, dapat menimbulkan iritasi," kata Ketua Tim Pakar Gugus Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers dalam jaringan di BNPB, Senin (30/3/2020).

Untuk mencegah penularan, Prof Wiku menyarankan untuk sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, hindari menyentuh wajah dengan tangan kotor, langsung mandi saat sampai di rumah, mencuci pakaian dengan sabun, menyemprotkan cairan disinfektan saat menyetrika, serta menjaga jarak minimal satu meter dengan orang lain saat berinteraksi.