Kamis, 05 Maret 2020

Bertemu Bung Karno di Palangka Raya

Berdirinya Kota Palangka Raya tak lepas dari jasa Presiden Pertama RI, Bung Karno. Di sini kita bisa melihat patung dan tugu peringatan berdirinya kota ini.

Hal pertama yang saya kunjungi saat tiba di Kota Palangkaraya adalah mencari tahu mengenai Lokasi dan akases mengunjungi tugu bersejarah yakni Tugu Sukarno.

Seperti yang kita tahu jika Presiden pertama RI tersebut merupakan salah satu pendiri dan pencetus terbentuknya Kota Palangkaraya sebagai ibu kota provinsi baru yakni Kalimantan Tengah yang sudah lama ingin melepaskan dan memisahkan diri dari Kalimantan Selatan.

Peletakan batu pertama kali atau pendirian pancang tiang pertama yang menandakan telah diresmikanya Kota Palangkaraya sebagai pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Tengah adalah pada tanggal 17 Juli 1957.

Bahkan konon kabarnya pembangunan dan rancangan kota Palangka Raya ini sudah mengadopsi beberapa kota di negara lain setelah kunjungan Presiden Sukarno ke beberapa Negara. Harapanya Palangkaraya bisa menjadi ibu kota baru bagi Indonesia nantinya, menggantikan Jakarta.

Tugu Sukarno yang juga merupakan Tugu Peringatan berdirinya Provinsi Kalimantan Tengah. Tugu ini berada tak jauh dari persimpangan Bundaran Besar Kota Palangka Raya, perkantoran DPRD hingga Jembatan Khayan yang menjadi icon dan kebanggaan warga Palangkaraya atau lebih tepatnya berada di Jalan S Parman, di sebelah sisi Sungai Kahayan yang juga merupakan sungai terbesar di Kalimantan Tengah.

Tugu Sukarno memiliki 17 pancang yang menandakan tanggal berdirinya tugu ini. Ada tiang utama setinggi 6 meter sebagai monumennya. Nah di bawahnya juga tertulis pahatan pembangunan pertama Kota Palangkaraya.

Tugu ini juga sudah dilengkapi dengan taman yang hijau dan asri. Berbagai fasilitas ditaman juga sudah tersedia. Oh ya tepat didepan tugu ini ada sebuah dermaga yang bisa membawa para wisatawan berkeliling menyusuri sungai Khayan menggunakan perahu wisata.

Curhat Wisatawan Ngaku Disergap di Aceh, karena Pesan Taksi Online

 Video berisi curhatan dua wisatawan yang mengaku disergap gara-gara memesan taksi online viral di media sosial. Pihak kepolisan pun membenarkan.

Kejadian itu disebut terjadi di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, Aceh. Dalam video berdurasi 43 detik tersebut terlihat seorang perempuan berkaca mata hitam menumpahkan unek-uneknya. Dia berbicara di dalam mobil yang melaju kencang. Di sampingnya, ada seorang pria yang mendukung pernyataan perempuan tersebut. Keduanya mengaku diperlakukan seperti maling saat hendak naik ke mobil yang mereka pesan.

Video berisi curhatan tersebut diunggah salah satu akun Instagram di Aceh. Hingga Jumat (25/1/2019) sore, video itu sudah ditonton sebanyak 27 ribu kali dan dikomentari oleh 235 netizen. Penyebar video itu menyebut, insiden itu terjadi pada Kamis (24/1) sore di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh.

"Saya pesan dari aplikasinya dan ketika kita keluar untuk dijemput kita disergap oleh beberapa orang, tidak bisa pergi. (Disergap) seperti maling dan panjang lebar dibilang oh ini aturan. Ini, ini," kata perempuan tersebut memulai curhatannya.

Dia mengaku memesan transportasi online karena harganya sudah jelas sehingga tidak perlu ditawarkan lagi. Di akhir videonya, dia memberi pesan agar daerah mempermudah bagi kunjungan wisatawan.

"Dan dari sisi saya kalau ada daerah yang mau ada wisatawan harus memikirkan dari sisi wisatawan lebih gampangnya apa. Saya pesan Grab karena tidak mau nego tidak mau ribet. Saya cuma mau keluar, masuk mobil sudah tau harga tidak perlu ribet, begitu," jelasnya.

"Kalau daerah-daerah meribetkan untuk wisatawan gak bakal ada orang datang," ungkapnya di ujung video.

Sementara itu, Kapolsek Ulee Lheue Polresta Banda Aceh AKP Elfutri, membenarkan kejadian itu terjadi di Pelabuhan Ulee Lheue. Namun dia belum menjelaskan kronologis kejadian tersebut termasuk apakah korban melapor ke polisi atau tidak.

"Iya benar (di Pelabuhan Ulee Lheue)," jawab Elfutri singkat saat dikonfirmasi detikTravel.

Taman Nasional Komodo, Kebanggaan Indonesia Diakui Dunia

Komodo adalah hewan langka yang hanya ada di Indonesia. Tak ayal, Taman Nasional Komodo di NTT mendapat pengakuan dari dunia.

Isu penutupan Taman Nasional (TN) Komodo selama 1 tahun hingga kini jadi perbicangan dan menjadi kontroversi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai pihak penanggung jawab, segera melakukan pertemuan dengan stakeholder terkait. Sebab penutupan taman nasionalnya, harus mengacu pada banyak aspek-aspek terkait.

Mengenal TN Komodo lebih dekat, siaran pers dari KLHK seperti diterima detikTravel pada Jumat (25/1/2019) menjelaskan tentang sejarah taman nasionalnya. Ternyata, TN Komodo merupakan salah satu taman nasional tertua di Indonesia.

"Kawasan TN Komodo merupakan salah satu dari lima taman nasional tertua di Indonesia dengan luas 173.300 Ha yang terdiri dari 132.572 Ha kawasan perairan dan 40.728 ha kawasan daratan," tulis pernyataannya.

Bahkan, TN Komodo sudah diakui dunia. UNESCO saja sudah menasbihkannya sebagai Situs Warisan Dunia sejak tahun 1991.

"Pada tahun 1977 ditetapkan UNESCO sebagai kawasan Cagar Biosfer (Man and Biosphere Programme - UNESCO), sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Center - UNESCO) pada tahun 1991, dan sebagai New 7 Wonders of Nature oleh New 7 Wonders Foundation pada tahun 2012," tulis pernyataan KLHK.

Pemerintah Indonesia pun menaruh perhatian penuh pada TN Komodo. Kelestarian habitat dan populasi komodo begitu dijaga, yang mana komodo hidup di Pulau Pulau Rinca, Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Gili Motang dan Pulau Nusa Kode.

"Pada tahun 2008 kawasan TN Komodo juga ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional, dan pada tahun 2011 ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional," lanjut pernyataannya.

Belum selesai, sejak pemerintahan Presiden Jokowi dalam hal ini Kementerian Pariwisata menetapkan Labuan Bajo (termasuk TN Komodo di dalamnya) sebagai 10 Destinasi Prioritas atau 10 Bali Baru. Artinya, pengembangan dan promosi pariwisata bakal digarap maksimal.

Jumlah kunjungan wisatawan ke TN Komodo pun terus naik setiap tahun. Seiring dengan itu, pengawasan TN Komodo tetap dipertahankan dengan baik. Seperti misal untuk menjaga populasi rusa sebagai salah satu makanan komodo, pihak taman nasionalnya punya program breeding rusa untuk mengurangi tingkat perburuan rusa di TN Komodo.

Bertemu Bung Karno di Palangka Raya

Berdirinya Kota Palangka Raya tak lepas dari jasa Presiden Pertama RI, Bung Karno. Di sini kita bisa melihat patung dan tugu peringatan berdirinya kota ini.

Hal pertama yang saya kunjungi saat tiba di Kota Palangkaraya adalah mencari tahu mengenai Lokasi dan akases mengunjungi tugu bersejarah yakni Tugu Sukarno.

Seperti yang kita tahu jika Presiden pertama RI tersebut merupakan salah satu pendiri dan pencetus terbentuknya Kota Palangkaraya sebagai ibu kota provinsi baru yakni Kalimantan Tengah yang sudah lama ingin melepaskan dan memisahkan diri dari Kalimantan Selatan.

Peletakan batu pertama kali atau pendirian pancang tiang pertama yang menandakan telah diresmikanya Kota Palangkaraya sebagai pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Tengah adalah pada tanggal 17 Juli 1957.

Bahkan konon kabarnya pembangunan dan rancangan kota Palangka Raya ini sudah mengadopsi beberapa kota di negara lain setelah kunjungan Presiden Sukarno ke beberapa Negara. Harapanya Palangkaraya bisa menjadi ibu kota baru bagi Indonesia nantinya, menggantikan Jakarta.

Tugu Sukarno yang juga merupakan Tugu Peringatan berdirinya Provinsi Kalimantan Tengah. Tugu ini berada tak jauh dari persimpangan Bundaran Besar Kota Palangka Raya, perkantoran DPRD hingga Jembatan Khayan yang menjadi icon dan kebanggaan warga Palangkaraya atau lebih tepatnya berada di Jalan S Parman, di sebelah sisi Sungai Kahayan yang juga merupakan sungai terbesar di Kalimantan Tengah.

Tugu Sukarno memiliki 17 pancang yang menandakan tanggal berdirinya tugu ini. Ada tiang utama setinggi 6 meter sebagai monumennya. Nah di bawahnya juga tertulis pahatan pembangunan pertama Kota Palangkaraya.

Tugu ini juga sudah dilengkapi dengan taman yang hijau dan asri. Berbagai fasilitas ditaman juga sudah tersedia. Oh ya tepat didepan tugu ini ada sebuah dermaga yang bisa membawa para wisatawan berkeliling menyusuri sungai Khayan menggunakan perahu wisata.