Selasa, 03 Maret 2020

Banyak Sampah di Pantai Bali, Disbudpar Bingung

Banyaknya sampah-sampah di Pantai Jimbaran, Bali dikeluhkan wisatawan China. Sampah kayu gelondongan juga terdampar di Pantai Kuta. Disbudpar Bali pun bingung.

"Itulah alam dan lingkungan terus siapa yang ngurusin Bali yang gitu-gitu? Kabupaten Badung kasihan capek banget jadi DKP, ngurusin sampah plastik," kata Kepala Dinas Pariwisata Bali Anak Agung Gede Yuniartha Putra di Hotel Griya Santrian Sanur, Denpasar, Bali, Rabu (30/1/2019).

Sampah plastik dan sampah kayu bisa terpisah di lokasi yang berbeda. Yuniartha bingung kenapa bisa begitu.

"Sampah plastik kok bisa sama plastik, sampah kayu kok kayu aja, Bali nggak punya hutan nggak kok bisa kayu yang datang?" sambungnya.

Yuniartha pun dibuat geleng-geleng kepala soal sampah-sampah tersebut. Dia pun bingung mencari solusi untuk mencegah sampah-sampah plastik maupun kayu terdampar di pantai-pantainya.

"Saya secara logika, saya bukan orang kehutanan tapi logika berpikir nggak punya hutan kok kayunya bisa terdampar di pantai saya. Sudah begitu banyak sampah plastiknya, di satu daerah lagi," jelasnya.

"Bagaimana kita (cegah), apa kita pasang jaring di tengah laut apa bisa? Kan nggak mungkin. Ini yang saya belum karena kita sedang melakukan itu supaya (bersih) karena aneh nih," cetus Yuniartha.

Ramai Soal Udang, Tahu Udang Merah Keramat di Sulawesi Tenggara?

 Tangan Presiden Jokowi dipatil udang di Muara Gembong, Bekasi. Bicara soal udang, ada cerita menarik tentang udang merah keramat di Sulawesi Tenggara.

Dalam acara panen udang di Muara Gembong, tangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dipatil udang jenis vaname. Tangannya sampai berdarah karenanya.

"Tadi kena patil udang. Berdarah banyak tadi," ujar Jokowi di Desa Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (30/1/2019).

Bicara soal udang, ada salah satu kisah menarik dari Pulau Buton di Sulawesi Tenggara. Di sana terdapat udang merah yang dikeramatkan!

Dalam catatan detikTravel, udang merah tersebut berada di Danau Udang Merah yang berukuran 70 x 25 meter. Lokasinya di Desa Mopano, Kecamatan Lasalimo Selatan yang persis di sebelah Pantai Koguna.

Di sinilah tempat hidupnya udang merah. Sesuai namanya, seluruh badan udangnya memang berwarna merah. Begitu mudah terlihat dari permukaan air.

Satu hal yang harus diingat, udang merahnya dilarang dibawa pulang atau dimakan. Sebab, udang merahnya begitu dikeramatkan oleh masyarakat setempat.

Mereka percaya, orang yang memakan atau mengambil udangnya akan bernasib sial. Minimal, badannya akan bentol-bentol dan sakit.

Beberapa kepercayaan masyarakat setempat, ada yang menyebut bahwa udang merah itu dulunya adalah tentara Kerajaan Buton yang dikutuk. Versi lainnya menyebut, dulunya Raja Buton dan tentaranya lari ke danau tersebut dan sang raja memunculkan udang-udangnya untuk dimakan.

Namanya juga kepercayaan, itu kembali ke pribadi masing-masing. Yang pasti, Danau Udang Merah sudah menjadi destinasi wisata menarik di Buton. Danaunya asyik buat difoto dan wisatawan diizinkan menyentuh langsung udangnya. Asal itu tadi, tidak dibawa pulang apalagi dimakan. 

Sriwijaya Air Resmi Luncurkan In-flight Entertainment Baru

Sriwijaya Air Group makin meningkatkan pelayanan untuk para traveler. Yang terbaru, mereka resmi meluncurkan SJ In-flight Entertainment bersama AirFi Indonesia.

Sriwijaya Air Group resmi memperkenalkan layanan SJ In-flight Entertainment terbaru mereka yang bekerja sama dengan AirFi Indonesia. Layanan ini memungkinkan traveler bisa mengakses film, musik, video musik dan banyak lagi yang lainnya sebagai hiburan selama perjalanan.

"Peningkatan servis adalah hal mutlak untuk dilakukan. Perkembangan teknologi sekarang memungkinkan kita pasang AirFi di pesawat Sriwijaya. Pelanggan Sriwijaya bisa nonton film, bisa download film. Ini bukan WiFi, tapi semacam jaringan Intranet. Nanti ke depan semua pesawat Sriwijaya akan dipasang ini," ujar Joseph Adriaan Saul, Direktur Utama Sriwijaya Air dalam acara Grand Launching dan Gala Dinner yang digelar di East Java Ballroom, Hotel The Westin Jakarta, Rabu (30/1/2019).

Dengan menggunakan gadget masing-masing, traveler bisa mengakses beragam konten menarik. Dari mulai konten video (film dan serial TV), musik, games, program anak anak, berita, e-magazine hingga aplikasi chatting antar sesama penumpang di pesawat.

Traveler bisa dipastikan tidak mati gaya saat terbang dengan pesawat Sriwijaya Air dan juga NAM Air. Untuk teknisnya, Satish Mahtani, Direktur Utama PT Dua Surya Dinamika (AirFi indonesia) pun memberikan penjelasan.

"AirFi dibentuk sekitar 5 tahun lalu di Belanda. AirFi adalah Intranet System yang very simpel. Di dalam pesawat, penumpang bisa memakai perangkat masing-masing untuk automatic streaming. Sistem AirFi dirancang untuk bisa dipakai semua sistem operasi, iOs, android, Linux semua OS sudah dites, tidak ada masalah, bisa dipakai semua," tegas Satish.

Mulai 1 Februari 2019, akan ada 11 pesawat Boeing 737 800 NG Sriwijaya Air dengan berbagai rute yang sudah dipasang teknologi AirFi. Kabar gembiranya, dalam ke waktu kurang dari 2 minggu ke depan ada 26 pesawat Sriwijaya yang bakal dipasang AirFi.

Targetnya sampai akhir bulan Februari 2019, akan ada 53 pesawat, baik Sriwijaya Air maupun Nam Air, yang akan diinstall AirFi on board.

"Inovasi ini yang pertama di Asia Tenggara. Harapan kami inovasi ini menghadirkan pengalaman terbang yang berkesan untuk semua pelanggan Sriwijaya Air, dan akan menarik pasar yang terus berkembang," tutup Joseph. 

Banyak Sampah di Pantai Bali, Disbudpar Bingung

Banyaknya sampah-sampah di Pantai Jimbaran, Bali dikeluhkan wisatawan China. Sampah kayu gelondongan juga terdampar di Pantai Kuta. Disbudpar Bali pun bingung.

"Itulah alam dan lingkungan terus siapa yang ngurusin Bali yang gitu-gitu? Kabupaten Badung kasihan capek banget jadi DKP, ngurusin sampah plastik," kata Kepala Dinas Pariwisata Bali Anak Agung Gede Yuniartha Putra di Hotel Griya Santrian Sanur, Denpasar, Bali, Rabu (30/1/2019).

Sampah plastik dan sampah kayu bisa terpisah di lokasi yang berbeda. Yuniartha bingung kenapa bisa begitu.

"Sampah plastik kok bisa sama plastik, sampah kayu kok kayu aja, Bali nggak punya hutan nggak kok bisa kayu yang datang?" sambungnya.

Yuniartha pun dibuat geleng-geleng kepala soal sampah-sampah tersebut. Dia pun bingung mencari solusi untuk mencegah sampah-sampah plastik maupun kayu terdampar di pantai-pantainya.

"Saya secara logika, saya bukan orang kehutanan tapi logika berpikir nggak punya hutan kok kayunya bisa terdampar di pantai saya. Sudah begitu banyak sampah plastiknya, di satu daerah lagi," jelasnya.

"Bagaimana kita (cegah), apa kita pasang jaring di tengah laut apa bisa? Kan nggak mungkin. Ini yang saya belum karena kita sedang melakukan itu supaya (bersih) karena aneh nih," cetus Yuniartha.