Selasa, 04 Februari 2020

Melihat Tugu Khatulistiwa di Kutai Kartanegara

Kalimantan Timur bukan hanya menyimpan masa kejayaan kerajaan Kutai Kertanegara. Di sini juga terdapat obyek wisata Tugu Equator, yang dilewati garis lintang nol derajat.
Kalimantan Timur bukan hanya menyimpan masa kejayaan kerajaan Kutai Kertanegara. Di sini juga terdapat obyek wisata modern, Tugu Khatulistiwa, yang mengingatkan pengunjung bahwa daerah ini juga dilewati garis lintang nol derajat. Seperti apa sih Tugu Equator di Kalimantan Timur, yuk simak ceritaku.

Nah, sebentar lagi kita akan bertemu dengan Tugu Khatulistiwa. Mau singgah sebentar? Tempatnya di sisi kiri beberapa saat lagi, ujar pengemudi rental mobil yang membawa kami dari Samarinda menuju Bontang.

Kontan kami pun mengangguk setuju. Asal satu arah perjalanan kenapa tidak?!Aku juga penasaran akan keberadaan tugu ini. Yang kutahu Tugu Khatulistiwa hanya di kota Pontianak.

Mobil pun kemudian menepi. Dari bawah terlihat samar-samar bangunan seperti menara kecil. Iya, bentuknya sekilas mirip-mirip dengan Tugu Khatulistiwa yang terdapat di kota Pontianak.

Tugu Khatulistiwa Kalimantan Timur ini persisnya terletak di Desa Santan Ulu Kecamatan Marang Kayu, Kutai Kartanegara. Aku tidak menemukan papan petunjuk yang mengarahkan ke tempat wisata ini, atau mungkin aku kurang teliti atau terlewat.

Menuju ke tugu tersebut kami berjalan kali menaiki anak tangga. Untunglah bukitnya tak terlalu tinggi.

Di atas tidak ada apa-apa selain Tugu Khatulistiwa tersebut. Rupanya dari informasi yang kukumpulkan via internet, tugu ini terdapat di berbagai daerah yang dilintasi garis lintang nol derajat. Selain Kalimantan, wilayah tersebut di antaranya pulau Sumatera, Sulawesi, Lingga, dan Halmahera. Wah itulah yang menjelaskan kenapa ada lebih dari satu Tugu Khatulistiwa meskipun yang paling populer adalah Tugu Khatulistiwa di Pontianak.

Apa sih garis khatulistiwa tersebut? Aku jadi ingat pelajaran semasa SD. Khatulistiwa merupakan garis imajiner yang membagi bumi menjadi dua belahan, belahan utara dan selatan. Di daerah yang dilalui garis lintang nol derajat ini beriklim tropis dan memiliki dua musim, kemarau dan penghujan.

Ada keistimewaan di daerah yang dilintasi garis khatulistiwa ini. Pada tanggal tertentu, yaitu 21-23 Maret dan 21-23 September, maka matahari berada di atas kepala sehingga bayangan akan menghilang dalam sekian detik. Tapi sepertinya pada saat itu matahari akan terik sekali.

Bangunan di depanku ini nampak masih baru. Denahnya seperti prisma dengan delapan sudut. Bentuknya unik karena di tiap sudut terdapat atap berbentuk limas. Sedangkan ukuran bangunannya tidak begitu tinggi, sekitar 30 meter. Di bagian atas terdapat globe dan anak panah di bagian tengah yang menunjukkan lokasi tugu ini, yaitu 00 00 00"dan117 21 47" Bujur Timur.

Bangunan ini didirikan tahun 1993. Kemudian Tugu Equator ini direnovasi pada tahun 2011 atas bantuan PT Kaltim Methanol Industri dan Kodim 0908 Bontang.

Sayangnya sore itu tidak ada penjaga sama sekali. Alhasil kami tak bisa masuk ke dalam bangunan karena terkunci.

Kuintip melalui sela-sela jendela di dalam bangunan tersebut kosong. Hanya ada foto dan gambar di dinding serta tangga memutar di bagian tengahnya menuju ke bagian atas menara.

Tugu Khatulistiwa ini nampak sepi sendiri di atas bukit. Akan sangat disayangkan jika tugu ini sekedar pengingat keberadaan lintang nol derajat di Kutai ini.

Wisata Hemat ke Thailand, Begini Caranya (3)

7. Tempat Wisata

Selama di Bangkok, Traveler dapat berkeliling ke sejumlah tempat wisata yang terkenal. Seperti Grand Palace (THB 500, tiket berlaku selama 7 hari sejak pembelian), Wat Pho (THB 100) dan Wat Arun (THB 50) di hari yang sama. Ketiganya berada di kawasan yang berdekatan. Jadi, jangan sampai terlewatkan untuk mengunjungi ketiganya di hari yang sama. Tiga lokasi ini menghabiskan biaya masuk THB 650.

Jika Traveler ingin berkunjung ke museum yang berbeda dari biasanya, Traveler dapat berkunjung ke Erawan Museum (tiket masuk seharga THB 300 dengan membeli secara online). Museum ini berada di Bang Mueang Mai, Mueang Samut Prakan District. Meski berlokasi di pinggiran Kota Bangkok, namun museum ini tidak kalah menawan dengan lokasi-lokasi wisata yang ada di downtown Bangkok. Di sini Traveler akan disambut oleh patung raksasa dari Gajah berkepala tiga. Ketika memasuki ruangan utama, Traveler akan disambut oleh arsitektur bangunan yang tampak megah dan cantik. Bagi para pemburu konten feed instagram, lokasi ini tidak kalah instagrammable loh dengan lokasi-lokasi lain yang ada di Bangkok.

Untuk wisata di malam hari, Traveler dapat melanjutkan perjalanan dengan boat menuju Asiatique River Front. Untuk masuk ke lokasi ini gratis! Di sini, Traveler dapat berburu oleh-oleh dan beristirahat sejenak untuk makan malam di food court yang ada. Tidak sedikit yang menawarkan makanan halal bagi Traveler muslim.

Tidak hanya Asiatique River Front saja yang dapat dikunjungi secara gratis. Ada Khao San Road, Pratunam (night) Market, China Town, sejumlah pusat perbelanjaan di Bangkok, bahkan hingga Chatuchak Weekend Market. Di tempat-tempat tersebut Traveler dapat berburu kuliner hingga oleh-oleh yang cukup ramah di kantong.

8. Oleh-oleh

Ngomong-ngomong soal oleh-oleh, lokasi-lokasi yang sudah disebutkan sebelumnya dapat menjadi beberapa referensi Traveler untuk berburu oleh-oleh. Banyak cendera mata yang dapat menjadi buah tangan dari Negeri Gajah Putih ini. Tidak perlu mahal. Untuk dompet kecil atau gantungan kunci berisi 5-10 buah dihargai THB 100, beberapa penjual bahkan akan menambahkan bonus jika Traveler membeli dalam jumlah banyak.

Soal oleh-oleh makanan ringan dari Thailand, cokelat, makanan instan, hingga Thai Tea yang sudah populer di Indonesia, memang tidak boleh terlewatkan. Beragam merek, ukuran hingga harga ditawarkan. Jika Traveler juga ingin membawa pulang, beberapa makanan ringan ini dijual mulai dari THB 100. Jangan sampai kalap ya, Traveler!

Yaa, Thailand memang menjadi salah satu destinasi yang sudah cukup populer bagi para pelancong. Keunikan dan kentalnya budaya yang melekat menjadi salah satu daya tarik. Beragam festival adat dan budaya yang diadakan secara besar-besaran banyak digelar dalam setahun. Mencari referensi di internet bisa menjadi salah satu solusi untuk mendapat bonus menyaksikan salah satu festival yang berlangsung saat Traveler berkunjung ke Thailand. Seperti bulan April ini misalnya, akan berlangsung festival Songkran.

Songkran merupakan tradisi perayaan tahun baru di Thailand. Biasanya berlangsung sekitar pertengahan bulan April, beberapa sumber menyebut libur nasional dalam rangka Songkran berlangsung sejak 12-16 April setiap tahunnya. Di Bangkok, beberapa jalan ditutup untuk lalu lintas, hingga pada perayaan ini, warga lokal dapat melakukan kegiatan perang air. Songkran dirayakan dengan saling melempar air, baik menggunakan pistol air maupun ember yang penuh dengan air. Perayaan perang air ini berlangsung mulai pagi hingga malam hari. Siap-siap basah yaa jika berkunjung saat festival ini berlangsung. Selamat berlibur, Traveler!