Minggu, 02 Februari 2020

Resmi Dibuka, Festival Teluk Tomini Angkat Wisata Bahari dan Budaya

Festival Teluk Tomini 2019 resmi dibuka dengan pemukulan alat musik Gimba oleh Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti, Bupati Parigi Moutong Samsurizal, dan Kadis Pariwisata Parigi Moutong Zulfinachri Achmad.

Pembukaan dilakukan di halaman Kantor Bupati Parigi Moutong, Jumat (19/4). Rangkaian kegiatan diawali dengan persembahan Tari Mokambu yang dibawakan secara kolosal oleh 40 penari perempuan. Tarian ini ditutup dengan menebar beras kuning sebagai simbol penolak bala, permohonan keselamatan, dan rezeki yg melimpah.

Tarian ini membuat Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti terkesan. Dalam sambutannya, ia mengaku mengapresiasi tarian tersebut dan mendorong seniman daerah setempat untuk terus mengembangkan seni budaya lokal agar dikenal lebih luas.

"Tarian ini menarik sekali. Gerakannya selaras dengan musik pengiring dan kostum yang dikenakan juga tampak cantik, perpaduan antara kain warna biru serta kerudung keemasan. Lebih menarik filosofi yang terkandung dalam tarian tersebut, yakni doa keselamatan dan rezeki yang melimpah," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/4/2019).

Dari event tahunan ini, Esthy berharap pemerintah daerah setempat bisa terus mengeksplor kekayaan wisata yang dimiliki Parigi Moutong, baik wisata alam, seni budaya, maupun kulinernya. Semua bisa lebih dimaksimalkan agar semakin banyak wisatawan yang datang ke daerah utara di wilayah Sulawesi Tengah ini.

Meralat statement sebelumnya, Kadis Pariwisata Parigi Moutong Zulfinachri Achmad mengatakan Festival Teluk Tomini pertama kali digelar pada tahun 2014. Nama event ini diambil nama desa atau etnis Tomini yang ada di Kabupaten Parigi Moutong. Tujuannya tak lain untuk mempromosikan sektor pariwisata agar semakin banyak wisatawan yang berkunjung.

"Teluk Tomini sendiri memiliki luas perairan hampir 6 juta hektare dan terbentang di 3 provinsi, yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Terluas berada di wilayah Sulawesi Tengah, sekitar 472 km. Teluk Tomini menyimpan aset berharga berupa terumbu karang yang sangat indah," ungkapnya.

Adapun kegiatan yang menjadi agenda pada pelaksanaan FTT 2019, antara lain Pemilihan Putra Putri Bahari Teluk Tomini, Lomba Fotografi Objek Wisata, Parade Tomini Fashion Carnival, festival musik tradisional, festival kuliner, dan pameran kerajinan rakyat. Di lokasi juga berdiri stand-stand pameran dari seluruh organisasi perangkat daerah.

Festival Teluk Tomini masuk dalam kategori wisata bahari dan budaya. Belakangan, jenis wisata bahari sangat digandrungi karena banyak aktivitas yang bisa dilakukan. Tak hanya bersantai menikmati keindahan pantai, wisatawan juga bisa melakukan kegiatan lain sesuai dengan potensi objek wisata yang bersangkutan. Bisa diving, snorkeling, memancing, bahkan pantai-pantai tertentu bisa digunakan untuk surfing.

"Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak objek wisata pantai yang indah dan potensial. Pantai dan laut menjadi salah satu kekayaan yang bisa digarap untuk menopang sektor pariwisata Indonesia seiring dengan meningkatnya target kunjungan wisman sebesar 20 juta sepanjang tahun 2019," terangnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan potensi pariwisata bahari Indonesia perlu dikembangkan lebih maksimal. Sebagai negara kepulauan, wisata bahari dinilai mampu memberi pemasukan yang cukup signifikan bagi Indonesia.

"Kekayaan bahari Indonesia amat beragam. Selain pantai, 70% jenis koral yang hidup di dunia terdapat di Indonesia. Sayangnya, kelebihan itu belum dikelola dengan baik sehingga tidak memberi dampak positif bagi perekonomian negara dan kesejahteraan masyarakat. Perlu terobosan yang lebih efektif untuk mendorong kemajuan wisata bahari kita," tegasnya.

Pembukaan FTT 2019 ditutup dengan Parade Tomini Fashion Carnival yang juga diikuti perwakilan dari Kabupaten Poso. Sejumlah talent tampak antusias memperagakan berbagai kostum unik yang dirancang berdasarkan inspirasi atas kekayaan alam sekitar.

Datang ke Festival Skouw Jangan Lupa Mampir ke Kampung Laut Enggros

Bumi Papua selalu menarik untuk dijelajahi karena memiliki keindahan yang menawan. Salah satunya ada di Kampung Laut Enggros, Jayapura, yang sekaligus dapat dikunjungi saat Festival Crossborder Skouw.

Lokasi Kampung Laut Enggros tidak terlalu jauh dari daerah Crossborder Skouw hanya sekitar 2 jam. Dengan demikian, Festival Crossborder Skouw yang akan dihelat pada 9-11 Mei mendatang menjadi waktu terbaik untuk berkunjung ke Enggros.

"Kampung Laut Enggros merupakan fenomena di Papua. Destinasi ini merupakan paket lengkap karena alam dan budayanya sama-sama luar biasa. Spotnya sangat instagramable dan bagus untuk selfie. Pasti ada banyak konten menarik yang dihasilkan bila berkunjung ke Kampung Laut Enggros," papar Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/4/2019).

Kampung Laut Enggros, lanjut Arief, memiliki beragam tarian dengan filosofi tinggi. Ada Tari Shia yang hanya diperuntukkan untuk menyambut tamu-tamu penting. Enggros juga memiliki Tarian Obipapa yang menjadi gambaran persaudaraan dan hangatnya masyarakat di sana. Ada juga Tari Omande yang menggambarkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Kreativitas tinggi ditunjukkan oleh masyarakat Kampung Laut Enggros. Mereka menyelaraskan alam dan hidup melalui sebuah tarian. Karya cipta seni mereka sangat tinggi," paparnya.

Selain itu, untuk akses jalan dari Skouw ke Enggros juga sudah mulus dan lebar yang juga dilengkapi rambu lalu lintas. Sehingga tak perlu ragu akan akses jalan jika ingin berkunjung ke sana.

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh Ricky Fauziyani mengungkapkan, Kampung Laut Enggros merupakan destinasi yang unik.

"Papua juga punya kampung laut yang sangat eksotis. Kampung Laut Enggros menawarkan experience yang berbeda. Sebab, masyarakat Papua identik dengan budaya dan kehidupan di pegunungan. Namun, Kampung Laut Enggros menawarkan sisi lain luar biasa. Mereka sepenuhnya hidup di atas laut, sama seperti Bajo atau lainnya," ungkap Ricky.

Kampung Laut Enggros berada di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa, Jayapura, Papua. Kampung tersebut diapit Tanjung Pie dan Saweri, serta dipisahkan dari Papua daratan oleh Selat Tobati. Spotnya punya background Jembatan Holtekam, landmark baru Papua. Selain itu Holtekam juga dikenal sebagai Jembatan Merah yang memiliki panjang mencapai 732 meter.

"View eksotis dimiliki Kampung Laut Enggros. Destinasi tersebut wajib dikunjungi ketika berada di Festival Crossborder Skouw 2019. Wisatawan silahkan datang ke Kampung Laut Enggros. Mari nikmati keindahan alam dan budaya masyarakat di sana," ujar Ricky lagi.

Keindahan alam dan kebudayaan melebur menjadi satu di Enggros. Kampung Laut Enggros didiami sekitar 160 kepala keluarga dengan total ada 600 jiwa yang hidup di dalamnya. Kawasannya juga terbagi dalam 2 Rukun Warga (RW) dan 4 Rukun Tetangga (RT).

Ricky juga menjelaskan bahwa, seluruh aktivitas masyarakat dihabiskan di atas air.

"Seluruh bangunan dan aktivitas masyarakatnya dilakukan di atas air. Kampung Laut Enggros ini juga masih melestarikan beragam kearifan lokal. Tradisi masih terpelihara bagus di sana," terang Ricky lagi.

Oleh sebab itu, konektivitas rumah antar warga dihubungkan dengan jeramba, alias jembatan kayu. Panjang total jeramba mencapai 2.000 meter dan akan mengalami penambahan 1.000 meter pada tahun 2019.

Wilayah tersebut juga dilengkapi dengan vila terapung, gazebo, balai adat, dan berbagai spot budidaya ikan. Lebih eksotis lagi, di sana juga banyak terdapat bintang laut.

Kampung Laut Enggros memiliki 2 zona. Pertama untuk para lelaki di zona Panggung Adat. Di dalam bangunan itu, para lelaki belajar hukum adat dan pranata sosial. Sedangkan kaum perempuan diberi wilayah di sekitar hutan mangrove. Mereka bisa menjalankan berbagai aktivitas, seperti menangkap kepiting.

"Ada banyak experience yang bisa dinikmati di Kampung Laut Enggros. Wisatawan juga bisa belajar hal-hal luar biasa di sana. Mereka memiliki filosofi yang sangat menginspirasi," tambah Ricky lagi.

Kampung Laut Enggros memiliki filosofi T'sokatd, Tbosadd, dan Trasyud yang artinya, mari berkumpul lalu saling berbicara dan berikutnya direalisasikan dalam bekerja.

Lebih lanjut, kampung laut tersebut memiliki histori kuat, nama Enggros diadopsi dari Injros. In artinya tempat, lalu Jros bermakna dua, hal tersebut sesuai dengan asal muasal nenek moyang mereka.

Para leluhur Kampung Laut Enggros berasal dari Pegunungan Cyclops. Wilayah Cyclops berada di Kabupaten Jayapura. Pegunungan itu membentang 36 kilometer dengan 6 puncak dengan puncak tertinggi adalah Gunung Haelufoi sekitar 1.970 mdpl. Para leluhur Enggros akhirnya memilih perairan sebagai tempat tinggalnya karena dinilai lebih aman.