Minggu, 02 Februari 2020

Ini Tempat Nongkrong Paling Kekinian di Banyuwangi

Pasar tradisional identik dengan becek dan kumuh, tapi tidak di Banyuwangi. Banyuwangi Traditional Market malah jadi tempat nongkrong paling kekinian di sana.

Pemerintah mulai mempercantik pasar. Tengok saja, Pasar Jaya di Jakarta dan juga beberapa pasar tradisional di beberapa daerah. Sudah direnovasi. Namun, bangunannya masih seperti bangunan pada umumnya.

Tapi di Banyuwangi ini, berbeda. Setelah tiga hari berpetualang di Surabaya, Pasuruan, Situbondo dan Bondowoso, saya dan rombongan Safari Kebangsaan VI Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akhirnya tiba di Kabupaten Banyuwangi.

Kabupaten Banyuwangi ini merupakan tujuan terakhir kami, sebelum kembaii ke Jakarta. Dan ketika di Banyuwangi ini, saya dan rombongan diajak untuk melihat Pasar Tradisional Banyuwangi yang direnovasi oleh Pemkab Banyuwangi di Era Bupati Abdullah Azwar Anas. Biar tidak mengetik panjang lebar, saya menulisnya Bupati Anas saja.

Kami berkunjung ke Pasar Tradisional ini setelah menengok Mal Pelayanan Publik Kabupaten Banyuwangi dan juga menyantap Soto. Pasar Tradisional Banyuwangi ini letaknya tidak berjauhan dengan Mal Pelayanan Publik Banyuwangi. Masuk ke Pasar Tradisional Banyuwangi ini, pemandangan langsung lain.

Memang banyak toko tua yang berjejer di pinggir jalan. Pasar Tradisional Banyuwangi ini, agak ke dalam. Dan ketika masuk, kita langsung menemukan pasarnya dan sudah bertuliskan Pasar Tradisional Banyuwangi.

Nuansa tradisional sangat terasa karena pada bagian atap, ada ukiran kayu. Masuk ke dalam, berderet, kios-kios yang menjajakan beragam kuliner. Ada makanan dan minuman. Oh ternyata Pasar Tradisional ini dirancang untuk tempat nongkrong. Unik dan keren nih!

Ada lebih dari 30 kios yang berjejer. Kios-kios ini sangat unik karena bagian depannya ada kayu ukiran. Bahkan pintu kios ini terbuat dari kayu yang diukir. Inovatif memang Bupati Banyuwangi ini.

Kalau biasanya pintu terbuat dari besi, rolling door atau pintu lipat, ini terbuat dari kayu. Bagian tempat duduk dan meja makan juga kursi atau bangku dan meja dengan nuansa kayu berwarna coklat. Kesan modern dan tradisional berpadu dengan indah.

Banyuwangi memang terus berinovasi. Pasar Tradisional ini salah satunya. Dan bukan dibuat atau dipercantik dengan bangunan baru yang modern. Kalau pembaca ingin jalan-jalan ke Banyuwangi, jangan lupa mampir ke pasar tradisional ini.

Phajaan: Tradisi Kejam Menyiksa Gajah

Kamu pernah naik gajah? Hewan ini biasa digunakan jadi atraksi di tempat wisata. Di balik itu, ada sebuah ritual kejam yang dilalui gajah.

Bertubuh besar, bertelinga lebar dan memiliki gading, inilah gajah. Dalam industri pariwisata, gajah diberi label sebagai makhluk besar yang lembut dan menyenangkan.

Betul, gajah memang makhluk berhati lembut yang pantang untuk disakiti. Gajah memiliki daya ingat yang begitu hebat, bahkan akan diturunkan ke anak-cucu mereka. Hal lembut lainnya bisa terlihat dari gestur mereka saat berjalan.

Tapi tahukan traveler kalau di balik kelembutan gajah di kebun binatang atau sirkus, ada perjalanan yang begitu kejam yang harus mereka hadapi. Di Thailand, ada sebuah ritual untuk menghancurkan jiwa gajah liar menjadi penurut. Namanya Phajaan, seperti yang kumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (17/4/2019).

Dalam bahasa Thailand, Phajaan memiliki arti 'to crush' atau menghancurkan. Prosesinya diawali dengan penculikan bayi gajah dari hutan. Para pemburu akan membawa lari bayi gajah dari induknya.

Setelah diculik, bayi tersebut akan mulai menjalani prosesi Phajaan. Prosesi ini berupa siksaan untuk menghancurkan jiwa liar gajah. Gajah akan dipukuli dengan berbagai alat dan dipaksa untuk menuruti perintah.

Kalau tidak nurut bagaimana? Tentu saja akan terus disiksa. Kaki yang dirantai, dicambuk sampai berdarah dan tidak diberi makan adalah siksaan yang harus dialami oleh gajah.

Setelah bisa mengikuti perintah manusia, gajah juga tak lepas dari siksaan. Contohnya, saat dinaiki wisatawan, kepala gajah akan di pukul-pukul oleh pawang. Ini seperti memberi tanda bahwa gajah harus menuruti semua perintah pawang.

Walaupun berbadan besar, banyak yang tidak tahu bahwa struktur tulang gajah tidak untuk ditunggangi. Seekor gajah dipaksa untuk membawa kursi kayu dengan 2-3 orang di badannya. Sungguh ironi.

Petualangan Seru Menjelajahi Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau menyimpan petualangan seru yang asyik buat traveler minggu ini. Namun tetap utamakan keselamatan dan terus waspada ya!

Cerita seru perjalanan kami ini dimulai dengan berangkat mengunakan Kapal Penyeberangan yang menjadi satu-satunya transportasi umum laut di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon-Banten yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera, tepatnya di pelabuhan Bakauheni Provinsi Lampung.

Kami mendapatkan kapal dengan jadwal keberangkat Jam 02.00 dini hari, lalu dengan waktu tempuh lebih kurang sekitar 3 jam perjalanan, kami tiba di Pelabuhan Bakauheni lebih kurang sekitar jam 05.00 pagi.

Kemudian dari Pelabuhan Bakauheni ini, kami mulai bergerak menuju Palabuhan Canti yang terletak di Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Pelabuhan ini jadi pintu masuk menuju ke wilayah Krakatau dengan menggunakan transportasi laut.

Setelah tiba di Pelabuhan Canti sekitar Jam 06.21 pagi, kami pun mulai bersiap-siap sholat subuh, istirahat dan juga sarapan pagi. Sebelum kami ke Rumah Inap di Pulau Sebesi, terlebih dahulu kami menuju ke lokasi wisata air yang terletak di Pulau Sebuku Besar dan Kecil.

Pagi itu ada 3 spot wisata air yang kami tuju. Tentunya dengan bersnorkling dan Free Dive. Setelah selesai bermain air dan Snorkling melihat terumbu karang yang indah beserta biota laut lainya, tepat jam 11.00 kami pun mulai meninggalkan lokasi tersebut dan menuju ke Homestay tempat kami menginap malam ini di Pulau Sebesi.

Secara administrative Pulau Sebesi ini berada di wilayah Desa Tejang, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Bentuknya seperti gunung berapi, dengan ketinggian 844 m.

Secara geografis pulau ini terletak di Selat Sunda atau wilayah Selatan perairan Lampung. Lebih tepatnya pulau Sebesi berada di sebelah Selatan dari pulau Sebuku, sebelah Timur pulau Serdang dan Pulau Legundi, serta sebelah Timur Laut Gugusan Krakatau.

Lalu sekitar jam 06.15 pagi itu kami mulai perjalanan menuju pendakian anak gunung Krakatau biasanya waktu tempuh memakan waktu 30 menit. Kondisi medan pendakian Krakatau ini tidak se ekstrim gunung-gunung di Jawa.

Di awal jalur pendakian kami melewati hutan yang cukup rimbun dan kemudian perlahan hutan mulai terbuka sediki demi sedikit medan hutan pun berubah menjadi jalanan berpasir hitam dengan banyaknya bebatuan sebesar bola kaki terhampar di sepanjang jalur.

Walaupun tidak seekstrem gunung-gunung lain di Jawa, namun kita harus tetap waspada tergelincir bila pijakan kita tidak pas. Ketika pasir ini dipijak kaki kita akan ikut sedikit terbenam di dalamnya.

Tapi di beberapa bagian, ada pijakan yang keras namun rapuh, membuat batu-batu kecil itu bergulir jatuh ke bawah. Tidak sedikit juga beberapa teman yang kesulitan melewati jalur pendakian ini dengan kemiringan yang menurut saya mencapai sekitar 60-90 derajat

Sesampainya di bukit Anak Gunung Krakatau ini kami disuguhi pemandangan yang luar biasa. Sebenarnya dari posisi bukit ini ada gunung yang lebih tinggi lagi di depannya. Tapi biasanya wisatawan hanya boleh sampai pada titik ini dikarenakan kondisi anak gunung ini masih aktif dan masih mengeluarkan asap dari kawahnya.

Dari atas bukit ini selain dapat melihat Anak Gunung Krakatau di depan, kami juga dapat melihat hamparan laut luas di sekeliling, juga terlihat Pulau Rakata (terlihat seperti gunung) dan Pulau Panjang. Sedangkan Pulau Sertung berada di balik Anak Gunung Krakatau yang tidak terjangkau oleh kami saat itu.

Lalu setelah itu mulai menuju ke destinasi air yang terakhir yaitu Lagon Cabe. Lagon Cabe ini terkenal dengan keindahan terumbu karangnya dan airnya yang sangat jernih sehingga bisa terlihat jelas terumbu karangnya dari atas kapal.

Dari lokasi pulau Anak Gunung Krakatau tadi membutuhkan waktu tempuh 30 menit untuk sampai ke lokasi terumbu karang Lagon Cabe ini. Tanpa berlama-lama, akhirnya saya langsung segera melompat ke dalam air dari atas kapal itu.

Air yang jernih dan sejuk, terumbu karang yang indah masih asri dengan berbagai macam jenis ikan yang ada. Ini bukti bahwa kawasan ini bersih sehingga dapat dengan layak di huni oleh biota laut lainya.

Lampung memang membuat orang-orang ingin kembali lagi ke sana. Pemandangan yang indah dari Krakatau dan terumbu karang yang masih awet dengan keindahan biota laut lainya. Jadilah traveler yang bijaksana dengan menghormati lingkungan di mana tepat kalian pergi.

Baik itu lingkungan alamnya, maupun lingkungan masyarakat setempatnya. Hormati lingkungan alam dengan tidak merusak ekosistem yang ada, hormati lingkungan masyarakat sekitar dengan kesopanan keramah tamahan kita sebagai masyarakat Indonesia.