Minggu, 02 Februari 2020

Datang ke Festival Skouw Jangan Lupa Mampir ke Kampung Laut Enggros

Bumi Papua selalu menarik untuk dijelajahi karena memiliki keindahan yang menawan. Salah satunya ada di Kampung Laut Enggros, Jayapura, yang sekaligus dapat dikunjungi saat Festival Crossborder Skouw.

Lokasi Kampung Laut Enggros tidak terlalu jauh dari daerah Crossborder Skouw hanya sekitar 2 jam. Dengan demikian, Festival Crossborder Skouw yang akan dihelat pada 9-11 Mei mendatang menjadi waktu terbaik untuk berkunjung ke Enggros.

"Kampung Laut Enggros merupakan fenomena di Papua. Destinasi ini merupakan paket lengkap karena alam dan budayanya sama-sama luar biasa. Spotnya sangat instagramable dan bagus untuk selfie. Pasti ada banyak konten menarik yang dihasilkan bila berkunjung ke Kampung Laut Enggros," papar Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/4/2019).

Kampung Laut Enggros, lanjut Arief, memiliki beragam tarian dengan filosofi tinggi. Ada Tari Shia yang hanya diperuntukkan untuk menyambut tamu-tamu penting. Enggros juga memiliki Tarian Obipapa yang menjadi gambaran persaudaraan dan hangatnya masyarakat di sana. Ada juga Tari Omande yang menggambarkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Kreativitas tinggi ditunjukkan oleh masyarakat Kampung Laut Enggros. Mereka menyelaraskan alam dan hidup melalui sebuah tarian. Karya cipta seni mereka sangat tinggi," paparnya.

Selain itu, untuk akses jalan dari Skouw ke Enggros juga sudah mulus dan lebar yang juga dilengkapi rambu lalu lintas. Sehingga tak perlu ragu akan akses jalan jika ingin berkunjung ke sana.

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh Ricky Fauziyani mengungkapkan, Kampung Laut Enggros merupakan destinasi yang unik.

"Papua juga punya kampung laut yang sangat eksotis. Kampung Laut Enggros menawarkan experience yang berbeda. Sebab, masyarakat Papua identik dengan budaya dan kehidupan di pegunungan. Namun, Kampung Laut Enggros menawarkan sisi lain luar biasa. Mereka sepenuhnya hidup di atas laut, sama seperti Bajo atau lainnya," ungkap Ricky.

Kampung Laut Enggros berada di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa, Jayapura, Papua. Kampung tersebut diapit Tanjung Pie dan Saweri, serta dipisahkan dari Papua daratan oleh Selat Tobati. Spotnya punya background Jembatan Holtekam, landmark baru Papua. Selain itu Holtekam juga dikenal sebagai Jembatan Merah yang memiliki panjang mencapai 732 meter.

"View eksotis dimiliki Kampung Laut Enggros. Destinasi tersebut wajib dikunjungi ketika berada di Festival Crossborder Skouw 2019. Wisatawan silahkan datang ke Kampung Laut Enggros. Mari nikmati keindahan alam dan budaya masyarakat di sana," ujar Ricky lagi.

Keindahan alam dan kebudayaan melebur menjadi satu di Enggros. Kampung Laut Enggros didiami sekitar 160 kepala keluarga dengan total ada 600 jiwa yang hidup di dalamnya. Kawasannya juga terbagi dalam 2 Rukun Warga (RW) dan 4 Rukun Tetangga (RT).

Ricky juga menjelaskan bahwa, seluruh aktivitas masyarakat dihabiskan di atas air.

"Seluruh bangunan dan aktivitas masyarakatnya dilakukan di atas air. Kampung Laut Enggros ini juga masih melestarikan beragam kearifan lokal. Tradisi masih terpelihara bagus di sana," terang Ricky lagi.

Oleh sebab itu, konektivitas rumah antar warga dihubungkan dengan jeramba, alias jembatan kayu. Panjang total jeramba mencapai 2.000 meter dan akan mengalami penambahan 1.000 meter pada tahun 2019.

Wilayah tersebut juga dilengkapi dengan vila terapung, gazebo, balai adat, dan berbagai spot budidaya ikan. Lebih eksotis lagi, di sana juga banyak terdapat bintang laut.

Kampung Laut Enggros memiliki 2 zona. Pertama untuk para lelaki di zona Panggung Adat. Di dalam bangunan itu, para lelaki belajar hukum adat dan pranata sosial. Sedangkan kaum perempuan diberi wilayah di sekitar hutan mangrove. Mereka bisa menjalankan berbagai aktivitas, seperti menangkap kepiting.

"Ada banyak experience yang bisa dinikmati di Kampung Laut Enggros. Wisatawan juga bisa belajar hal-hal luar biasa di sana. Mereka memiliki filosofi yang sangat menginspirasi," tambah Ricky lagi.

Kampung Laut Enggros memiliki filosofi T'sokatd, Tbosadd, dan Trasyud yang artinya, mari berkumpul lalu saling berbicara dan berikutnya direalisasikan dalam bekerja.

Lebih lanjut, kampung laut tersebut memiliki histori kuat, nama Enggros diadopsi dari Injros. In artinya tempat, lalu Jros bermakna dua, hal tersebut sesuai dengan asal muasal nenek moyang mereka.

Para leluhur Kampung Laut Enggros berasal dari Pegunungan Cyclops. Wilayah Cyclops berada di Kabupaten Jayapura. Pegunungan itu membentang 36 kilometer dengan 6 puncak dengan puncak tertinggi adalah Gunung Haelufoi sekitar 1.970 mdpl. Para leluhur Enggros akhirnya memilih perairan sebagai tempat tinggalnya karena dinilai lebih aman. 

Pelancong Rela Tempuh 60 Km Demi Festival Teluk Tomini

Gaung Festival Teluk Tomini 2019 sudah terdengar sejak jauh hari. Bukan hanya di kalangan masyarakat setempat, tetapi sampai ke wisatawan dari berbagai penjuru Nusantara. Sejumlah pelancong bahkan datang lebih awal beberapa hari sebelum event dibuka.

FTT 2019 digelar di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah pada 19-23 April. Untuk sampai ke lokasi, pelancong harus menempuh jarak sekitar 60 km menggunakan kendaraan jenis travel yang bisa dipesan di hari sebelumnya.

Seorang wisatawan asal Lampung Jay mengaku sejak lama penasaran dengan FTT. Terlebih event ini pernah mendunia dan menjadi kegiatan berskala internasional bertajuk Sail Tomini pada 2015 silam.

"Perjalanan dari Palu ke Parigi Moutong menjadi daya tarik sendiri bagi pencinta wisata alam seperti saya. Akses jalan relatif mudah namun berkelok-kelok melewati jalanan khas perbukitan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/4/2019).

Untuk amenitas, ada banyak guest house yang tersedia dengan tarif relatif terjangkau. Sementara untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, pengunjung bisa berburu kuliner berupa olahan laut seperti ikan bakar. Ini mungkin yang khas dari daerah ini. Hampir semua rumah makan menyediakan menu ikan bakar karena Parigi Moutong dikenal sebagai penghasil ikan laut yang melimpah.

Kadis Pariwisata Parigi Moutong Zulfinachri Achmad mengatakan FTT sudah digelar sejak tahun 2012. Tingginya minat masyarakat dan wisatawan pada kegiatan tersebut akhirnya mendorong pemerintah setempat untuk menjadikannya event tahunan.

"Tahun ini, pembukaan FTT digelar di halaman Kantor Bupati Parigi Moutong. Adapun kegiatan yang menjadi agenda pada pelaksanaan FTT 2019, antara lain Pemilihan Putra Putri Bahari Teluk Tomini, Lomba Fotografi Objek Wisata, Parade Tomini Fashion Carnival, Festival Musik Tradisional, Festival Kuliner, dan Pameran Kerajinan Rakyat. Di lokasi juga berdiri stand-stand pameran dari seluruh organisasi perangkat daerah," jelasnya.

Menurutnya, kegiatan ini memiliki keterkaitan yang erat dan tidak dapat terlepas dari kegiatan pariwisata lainnya. Keseluruhan dari kegiatan ini mempunyai arah dan tujuan yang jelas, yaitu menciptakan daya tarik yang unik dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti menyatakan FTT adalah kegiatan rutin tahunan yang masuk Calendar of Event (CoE) Kementerian Pariwisata. Sesuai nama kegiatan, event ini digelar untuk mengeksplor Teluk Tomini agar lebih dikenal masyarakat luas. Dengan festival ini, diharapkan kunjungan wisatawan semakin meningkat, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.

"Teluk Tomini adalah aset berharga bagi sektor pariwisata Indonesia. Di sini, wisatawan bisa melakukan aktivitas snorkeling untuk menikmati keindahan bawah laut. Bagi yang suka memancing, Teluk Tomini juga memiliki spot-spot yang bagus untuk berburu strike," ungkapnya.

Festival Teluk Tomini masuk dalam kategori wisata bahari dan budaya. Belakangan, jenis wisata bahari sangat digandrungi karena banyak aktivitas yang bisa dilakukan. Tak hanya bersantai menikmati keindahan pantai, wisatawan juga bisa melakukan kegiatan lain sesuai dengan potensi objek wisata yang bersangkutan. Bisa diving, snorkeling, memancing, bahkan pantai-pantai tertentu bisa digunakan untuk surfing.

"Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak objek wisata pantai yang indah dan potensial. Pantai dan laut menjadi salah satu kekayaan yang bisa digarap untuk menopang sektor pariwisata Indonesia seiring dengan meningkatnya target kunjungan wisman sebesar 20 juta sepanjang tahun 2019," terangnya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan potensi pariwisata bahari Indonesia perlu dikembangkan lebih maksimal. Sebagai negara kepulauan, wisata bahari dinilai mampu memberi pemasukan yang cukup signifikan bagi Indonesia.

"Kekayaan bahari Indonesia amat beragam. Selain pantai, 70% jenis koral yang hidup di dunia terdapat di Indonesia. Sayangnya, kelebihan itu belum dikelola dengan baik sehingga tidak memberi dampak positif bagi perekonomian negara dan kesejahteraan masyarakat. Perlu terobosan yang lebih efektif untuk mendorong kemajuan wisata bahari kita," tegasnya.