Kamis, 02 Januari 2020

Malindo Air Akan Buka Rute Penerbangan Baru Sydney-Denpasar

Bali sebagai salah satu daya tarik pariwisata Indonesia membuat banyak maskapai yang membuka direct flight menuju pulau ini. Salah satu maskapai terbaru yang membuka rute penerbangan dengan poros Bali adalah Malindo.

Malindo Air rencananya akan membuka rute penerbangan Sydney-Denpasar. Inaugural flight rute ini akan dilakukan pada 15 Agustus mendatang. Menurut Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional IV Kementerian Pariwisata, Adella Raung, Malindo akan melayani daily flight. Atau terbang setiap hari.

"Bali selalu menjadi daya tarik buat wisatawan dan industri pariwisata. Banyaknya wisatawan yang berkunjung, menjadi alasan banyak maskapai membuka rute dengan poros Bali. Termasuk Malindo Air. Maskapai ini bukan hanya akan meramaikan, tetapi juga siap bersaing. Karena, Malindo akan membuka penerbangan reguler dengan frekuensi terbang harian (daily flight) mulai 15 Agustus 2019," kata Adella dalam keterangan tertulis, Senin (12/8/2019).

Untuk melayani rute Sydney-Denpasar, Malindo akan menggunakan pesawat jenis Boeing 737-900 ER. Dengan konfigurasi 12 kursi kelas Bisnis. Ditambah 168 kursi kelas Ekonomi. Malindo akan memberikan tambahan 23.472 penumpang (full capacity) hingga akhir 2019.

Penerbangan dari Sydney menuju Denpasar akan dilayani dengan nomor penerbangan OD172. Pesawat ini akan berangkat dari Sydney pukul 12.00 waktu setempat dan akan tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar sekitar pukul 16.50 WITA.

Sementara itu, penerbangan dari Denpasar menuju Sydney akan dilayani dengan nomor penerbangan OD171. Dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, pesawat akan berangkat pukul 22.35 WITA dan dijadwalkan tiba di Sydney sekitar pukul 06.40 waktu setempat.

Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani, dibukanya rute baru ini, merupakan wujud kerjasama antara Kemenpar dengan Malindo Air.

"Tahun ini merupakan tahun kedua Kemenpar melakukan kerja sama dengan Malindo Airlines. Kerjasama ini dilakukan dalam bentuk joint promotion. Kegiatan inaugural flight ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan joint promotion tersebut," papar Rizki.

Tak bisa dipungkiri, Bali masih menjadi magnet utama untuk mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari data BPS yang dirilis 1 Maret 2019.

Tercatat kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Pulau Dewata pada awal tahun 2019 mencapai 456.218 kunjungan. Wisman yang datang melalui bandara sebanyak 452.405 kunjungan. Sedangkan yang datang melalui pelabuhan laut sebesar 3.813 kunjungan.

Jumlah 456.218 kunjungan ini meningkat sebesar 27,41% jika dibandingkan dengan bulan Januari 2018. Wisman yang tercatat paling banyak datang ke Bali pada bulan Januari 2019 yaitu wisman dengan kebangsaan Tiongkok (24,9%), Australia (20,94%), India (6,30%), Amerika Serikat (3,85%) dan Rusia (3,59%).

Menteri Pariwisata, Arief Yahya menyebutkan bahwa aksesibilitas memiliki peran penting untuk meningkatkan kunjungan ke sebuah destinasi.

"Kuncinya adalah 3A (aksesibilitas, atraksi, amenitas). Kemudahan mencapai destinasi akan membuat wisatawan lebih banyak datang. Bali memiliki itu. Pulau Dewata memiliki akses udara dan laut yang mumpuni. Dan ini mempermudah wisatawan yang ingin berlibur kesana," paparnya.

Untuk atraksi dan amenitas, Arief tidak pernah meragukan Bali. Pulau Dewata memiliki atraksi nature, culture dan manmade yang luar biasa dan selalu membuat wisatawan ingin hadir kembali. Begitu pun dengan amenitas, hotel mewah sampai homestay tersedia di sana.

Wisata Keluarga di Posong, Mendekatkan Anak ke Alam

Memaksimalkan akhir pekan dengan membawa anak-anak ke alam. Salah satunya adalah membawa mereka ke Posong di Temanggung.

Itulah salah satu cara yang saya coba untuk membuat hidup mereka lebih seimbang. Hidup kami juga sebagai orang tua juga sebenarnya, setelah 6 hari berkutat dengan kesibukan masing-masing. Satu diantara sekian pengalaman traveling keluarga yang paling menyenangkan, adalah saat membawa anak-anak ke Posong, Temanggung, Jawa Tengah.

Di ranah pariwisata, wisata alam Posong termasuk baru. Nama Posong sendiri berasal dari dua kata Pos dan Song yang merupakan kependekan dari kosong. Konon, di era penjajahan, Posong digunakan Pangeran Diponegoro guna memancing pihak Belanda, agar mereka melakukan penyerangan di pos yang ternyata kosong.

Sekarang Posong menjadi tempat yang cantik dan menarik. Daya tarik utama yang ditawarkan, tentu saja keindahan alam, dan udaranya yang sejuk dan segar. Secara geografis, Posong berada di wilayah Desa Tlahab, Kledung, Temanggung. Bagi traveler yang ingin juga menikmati Posong, maksimalkan saja aplikasi atau papan petunjuk jalan, karena pada dasarnya lokasi obyek wisata Posong gampang dicari.

Dari Yogyakarta, Posong kami jangkau sekitar 2, 5-3 jam menggunakan kendaraan pribadi dengan rute melewati Magelang, baru kemudian arah Temanggung, lantas memilih jalur yang ke arah Wonosobo, lalu berbelok ke kanan jalan di kilometer 9 Jalan Parakan-Wonosobo pada gapura yang bertuliskan Posong. Mengikuti jalan masuk, hingga kami kemudian ketemu dengan pos retribusi, dan membayar Rp 10.000/pengunjung dan juga biaya parkir sebesar Rp 5.000.

Sudah sampai? Belum, karena kami harus naik sekitar 3,5 kilometer menyusur jalan yang lumayan sempit, namun sudah dikeraskan. Untuk naik, ada dua opsi yang bisa kami pilih, menggunakan ojek (motor) atau tetap menggunakan mobil pribadi. Karena waktu itu Posong tidak begitu ramai, kami bisa membawa mobil kami naik sampai atas. Dari 3,5 kilometer pertama itulah sebenarnya wisata alam sudah dimulai, tanpa harus menunggu sampai tiba di puncak Posong.

Aktivitas petani, hamparan ladang pertanian yang rata-rata ditanami sayuran, dan juga tanaman kopi yang terlihat ranum menjadi pemandangan yang nggak boleh kami lewatkan. Waktunya juga anak-anak tahu secara lebih dekat beberapa jenis tanaman, yang biasanya hanya mereka nikmati produk jadinya; kopi yang sudah terseduh dalam cangkir, atau semangkup sup tanpa tahu ada jerih payah pak petani waktu menanam aneka sayur-mayurnya.

Sampai di atas, udara dingin memang langsung terasa. Dingin, tapi segar untuk semua paru-paru. Berada di kaki Gunung Sindoro, 1.823 mdpl, saat cuaca sedang cerah, konon pengunjung bisa melihat keindahan 7 gunung sekaligus, yaitu Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, Gunung Muria, Gunung Merapi, dan Gunung Telomoyo. Sayang hari itu, Posong diselimuti kabut.

Kami lantas berjalan, berkeliling, membiarkan mata memandang semua kecantikan yang dimiliki kawasan wisata alam Posong. Tak lupa, kami masuk pula ke area taman. Di sini, kami membeli sebuah stiker yang sekaligus berfungsi sebagai tanda masuk seharga 10.000 rupiah. Di area taman inilah, anak-anak serasa menemukan surga bermain mereka, tanpa harus sibuk dengan gadget/ponsel.

Ada playground, yang bisa dimanfaatkan anak-anak untuk bermain. Rumput hijau, menjadi area yang menyenangkan bagi dua bocah saya berkejaran atau bahkan berguling-guling di rerumputan. Sambil menunggu anak-anak, saya cukup duduk di gasebo, menikmati kokohnya Sindoro yang hari ini diselimuti kabut tipis di temani minuman hangat, dan juga menu-menu lokal yang banyak disedikaan oleh warung-warung di area taman. Menu andalan Taman Wisata Posong adalah kopi, karena daerah ini adalah penghasil kopi.

Betah berlama-lama di Posong. Tak hanya mendapatkan udara segar, panorama alam yang cantik, tapi pikiran kami berasa lebih fresh. Kami yakin, melakukan travelling sekeluarga di alam seperti ini, tidak hanya lebih sehat untuk kami sebagai orang tua, pasti lebih sehat pula untuk anak-anak. Masih pengen travelling lagi? Kalau bisa lebih jauh, tapi tetap alam sebagai daya tarik utama, seperti misalnya Taman kupu-kupu terbesar di dunia, yang berada di Dubai. Bolehkan hari ini saya melambungkan mimpi, untuk bisa melihat Dubai, suatu hari nanti?