Rabu, 01 Januari 2020

Puncak Kemarau, Lahan di Geopark Tambora Terbakar

Kondisi iklim di hampir semua daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB) sedang memasuki fase puncak musim kemarau. Lahan Geopark Tambora sampai terbakar.

BMKG mengingatkan dampak kekeringan ekstrem berpotensi terjadinya kekurangan air bersih dan kebakaran lahan di kawasan hutan.

"Wilayah NTB saat ini sedang memasuki periode puncak musim kemarau. Waspada terhadap dampaknya," kata Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Restu Patria Megantara, Rabu (14/8/2019).

Peluang hujan lebih dari 20 milimeter per dasarian II di bulan Agustus ini hanya 10% atau bisa dikatakan peluang terjadi hujan di seluruh wilayah NTB selama 10 hari ke depan sangat kecil.

BMKG memberikan peringatan dini terhadap potensi kekeringan di wilayah kabupaten berdasarkan prakiraan hari tanpa hujan (HTH) lebih dari 60 hari, seperti di beberapa wilayah di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Tengah, dan Lombok Timur. Sumbawa Barat dan Sumbawa, Dompu, Kabupaten Bima serta di Kota Bima.

Dampak dari kekeringan ekstrem itu contohnya terjadi di Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima, Selasa (13/8) kemarin. Anggota Posramil dibantu tiga unit mobil pemadam kebakaran bergerak cepat membantu pemadaman kebakaran hutan di lahan yang diketahui berada dalam kawasan Geopark Tambora tersebut.

"Alhamdulillah, api awalnya sudah bisa dipadamkan, namun tidak lama kemudian muncul lagi sehingga Damkar mengerahkan mobil pemadam kebakaran tambahan untuk mengatasinya," ungkap Dandim 1608 Bima, Letkol Inf Bambang Kurnia Eka Putra.

Tidak ada laporan korban jiwa akibat peristiwa itu dan belum diketahui secara pasti penyebab kebakaran lahan.

Kendati demikian, warga yang tinggal di daerah yang terdampak kekeringan diimbau agar berhati-hati membuang puntung rokok atau menyalakan api yang dapat memicu terjadinya kebakaran hutan.

Mengingat pada saat sekarang ini hampir di seluruh daerah yang ada di NTB sudah memasuki fase puncak musim kemarau dan sebagian wilayah dalanda kekeringan.

Bikin Hotel Kebanjiran, Pelajar Ini Dituntut Rp 9,7 Miliar

Seorang pelajar di Amerika Serikat tak sengaja mengaktifkan alarm kebakaran, akibatnya hotel itu kebanjiran. Dia pun dituntut ganti rugi Rp 9,7 M.

Seorang pelajar di Virginia, Amerika Serikat terpaksa berurusan dengan pihak berwajib setelah membuat kesalahan bodoh saat menginap di Hotel Holiday Inn Dumfries. Dia tak sengaja mengaktifkan pemadam kebakaran otomatis dan membuat hotel tersebut kebanjiran.

Dihimpun detikcom dari beberapa sumber Rabu (14/8/2019), gara-garanya si pelajar yang tidak disebutkan identitasnya ini, menggantung baju seragamnya pada sprinker (alat penyemprot air otomatis -red) di dalam kamar yang diinapinya.

Dia menggantung seragam itu biar tidak kusut saat akan dipakai keesokan harinya. Dia juga menggantung seragam itu agar lebih mudah untuk memasang pita dan badge. Pelajar ini memang sedang dalam trip sekolah untuk sebuah lomba.

Nah, ketika si pelajar melepas gantungan baju di sprinkler itu, tiba-tiba sistem pemadam kebakaran hotel aktif. Sprinkler otomatis di hotel pun langsung menyemprotkan air, meski saat itu tidak ada kebakaran yang terjadi.

Akibatnya, tak kurang 10 kamar tidur di hotel itu mengalami kerusakan. Begitu pun dengan area dapur hingga restoran. Butuh waktu 45 menit sampai alat penyemprot air di hotel tersebut mati.

Kerugian pihak Hotel Holiday Inn Dumfries akibat insiden ini pun ditaksir ribuan dollar. Pihak hotel pun menuntut ganti rugi kepada pihak keluarga si pelaku dan juga ke pihak sekolah karena insiden itu terjadi saat trip sekolah.

Nilai tuntutannya pun tak tanggung-tanggung, mencapai US$ 690 ribu. Jika dirupiahkan, ganti rugi yang dituntut pihak hotel mencapai Rp 9,7 Miliar.

Sementara itu, pihak orang tua si pelajar mengklaim bahwa anaknya tidak bersalah, karena dia tidak tahu bahwa tindakannya bisa memicu aktifnya sistem pemadam kebakaran hotel. Di dalam kamar hotel juga tidak ada tanda larangan untuk menggantung baju di bagian kepala sprinkler.

Pemadam kebakaran setempat pun mengeluarkan peringatan keras agar tidak main-main dengan sistem pemadam kebakaran otomatis, baik yang ada di hotel atau pun bangunan lainnya. Sebisa mungkin jangan menyentuh kepala sprinkler, apalagi menggantung baju di situ.

Jawa Barat Hidupkan Tur Jalur Kereta Api Bersejarah

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat menawarkan wisata tur jalur kereta api bersejarah untuk turis Eropa. Seperti apa?

Lewat event 'Smiling West Java Historical Railway Tour' yang berlangsung pada 21-22 Agustus 2019, Disparbud Jawa Barat ingin mempopulerkan wisata baru. Event ini merupakan rangkaian peringatan HUT Provinsi Jabar ke 74.

Kepala Disparbud Jabar, Dedi Taufik menuturkan 'Smiling West Java Historical Railway Tour' menjadi cara menggali potensi wisata perkeretaapian. Terutama jalur kereta api Kota/Kabupaten Bogor, Kota/Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur.

Dia mengatakan perkembangan kereta api di Indonesia tak lepas zaman kolonialisme, misalnya Stasiun Bogor. Menurut beberapa ahli, Stasiun Bogor terbilang mewah dengan dua tingkat karena diperuntukkan khusus untuk jenderal Belanda.

"Kita hampir tidak mengetahui masa kolonial perang dunia ke-2, ternyata Nazi Jerman masuk ke Jabar. Di antaranya ke kawasan Lido (perbatasan Bogor-Sukabumi) dan Cisaat terdapat kuburan tentara ex Nazi," kata Dedi saat dihubungi, Rabu (14/8/2019).

Dalam tur ini direncanakan akan melewati terowongan Lampegan. Di sana, pejabat yang akan diundang seperti Gubernur Jabar, Dubes Jerman, Inggris dan Belanda akan disuguhi pemandangan menakjubkan kawasan Gunung Padang.

"Tujuan akhir tur ini kita ingin mengungkap bahwa keret api yang melewati jalur-jalur pedalaman di Jabar memiliki surga-surga yang tersembunyi," ucap dia.

Dedi mengaku saat ini wisatawan mancanegara masih didominasi negara-negara Asia seperti Malaysia, Singapura, Jepang dan Tiongkok. Berdasarkan data BPS, pada Januari-Februari 2019 wisman ke Jabar mencapai 27.701 orang.

Jumlah tersebut meningkat meningkat 16,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Wisman asal Negeri Jiran mendominasi mencapai 18.636 orang. Jumlah itu meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang tercatat 16.724 orang.

Pihaknya akan menggandeng PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai fasilitator dari wisata tersebut. Sehingga, ke depannya wisata ini bisa dinikmati masyarakat umum baik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Ia ingin ke depan wisata sejarah jalur kereta api ke depannya menjadi daya tarik baru bagi turis asing khususnya Eropa. Ia yakin wisata sejarah dan alam itu akan diminati pelancong negara-negara Eropa seperti Belanda, Jerman dan Inggris.

"Ke depannya tentu kita siap dibuka untuk umum. Karena kita mengincar kunjungan wisata khususnya wisatawan dari Eropa," ujar Dedi.

Puncak Kemarau, Lahan di Geopark Tambora Terbakar

Kondisi iklim di hampir semua daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB) sedang memasuki fase puncak musim kemarau. Lahan Geopark Tambora sampai terbakar.

BMKG mengingatkan dampak kekeringan ekstrem berpotensi terjadinya kekurangan air bersih dan kebakaran lahan di kawasan hutan.

"Wilayah NTB saat ini sedang memasuki periode puncak musim kemarau. Waspada terhadap dampaknya," kata Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Restu Patria Megantara, Rabu (14/8/2019).

Peluang hujan lebih dari 20 milimeter per dasarian II di bulan Agustus ini hanya 10% atau bisa dikatakan peluang terjadi hujan di seluruh wilayah NTB selama 10 hari ke depan sangat kecil.

BMKG memberikan peringatan dini terhadap potensi kekeringan di wilayah kabupaten berdasarkan prakiraan hari tanpa hujan (HTH) lebih dari 60 hari, seperti di beberapa wilayah di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Tengah, dan Lombok Timur. Sumbawa Barat dan Sumbawa, Dompu, Kabupaten Bima serta di Kota Bima.