Menguji nyali dengan memanjat tebing curam Gunung Parang Via Ferrata bakal menguras adrenalin kamu. Pastinya bisa jadi pengalaman yang luar biasa.
Purwakarta adalah salah satu kota yang letaknya tak jauh dari ibukota namun menyuguhkan paket wisata yang cukup lengkap seperti air terjun, air mancur, danau, gunung, resort, kuliner dan cagar budaya. Sangat cocok untuk warga Jakarta yang ingin sekadar melihat suasana lain disekitar ibukota. Kota kecil yang tertata rapi dan bersih ini pun bertambah pamornya sejak dibangunnya Air Mancur Sri Baduga yang digadang-gadang sebagai air mancur terbesar di Asia Tenggara. Hal ini menambah daya tarik tersendiri dan menggugahku sejak lama untuk mengeksplor kota Purwakarta.
Sudah lama terbersit dalam benak untuk menanjaki gunung Lembu yang merupakan salah satu dari 3 rangkaian gunung di Purwakarta, yaitu gunung Lembu, Bongkok dan Parang. Namun keinginan itu selalu saja maju mundur, karena sadar diri aku bukanlah pendaki gunung dan lebih menyukai pantai.
Namun pemandangan dari puncak gunung Lembu yang beredar di media sosial telah sukses membiusku dan menumbuhkan hasrat untuk melihat pemandangan waduk Jatiluhur yang megah dan indah dari puncak gunung Lembu. Danau buatan Jatiluhur terlihat seperti lautan luas dengan pulau dan gunung kecil ditengahnya. Pemandangannya pun bertambah cantik bila dilihat dari puncak.
Beberapa kali muncul keinginan untuk mengikuti trip gunung Lembu namun nyali ini selalu saja ciut tatkala teman seperjuangan berhalangan...hhmm. Hampir pupus harapanku, akhirnya aku beralih mengincar trip gunung Parang via ferata. Rasa penasaran pun kerap menghantui saat ingin menguji nyali diketinggian dengan cara memanjat tebing batu yang curam dan menjulang tinggi.
Untungnya diwaktu yang tepat saat kami berdua punya waktu, Backpacker Jakarta mengadakan trip ini. Mumpung ada teman, tak pikir panjang lagi aku langsung mendaftarkan diri. Namun entah mengapa rasa takut selalu saja datang apalagi menjelang hari H pada tanggal 20-21 Juli kemarin.
Kami rombongan trip berkumpul di stasiun Tanjung Priok pada Sabtu jam 2 siang. Kereta menuju Purwakarta berangkat pukul 4 sore dengan tarif Rp 6.000. Melaju selama 3 jam dalam kereta ekonomi AC, tak terasa obrolan seru harus selesai saat kereta tiba di Purwakarta.
Sesampainya di stasiun Purwakarta, kami disambut patung selamat datang yang menjadi ikon kota Purwakarta. Karena malam minggu, saat itu suasana ramai dengan pasar malam yang menjajakan beraneka ragam jajanan pasar. Pengunjung pun membludak karena tiap malam minggu diadakan pagelaran air mancur Sri Baduga. Sayangnya saat itu debit air sedang surut hingga pertunjukan pun ditiadakan. Akhirnya kami beristirahat di rumah singgah sambil berkenalan dengan sesama peserta trip.
Keesokannya kami bangun pagi sekali dan bersiap-siap menuju Gunung Parang dengan mobil bak terbuka. Angin pagi yang dingin tak menyurutkan semangat kami. Setelah sarapan di warung di kaki gunung, guide membantu kami memakai perlengkapan climbing untuk safety. Jam 8 pagi perjalanan mendaki pun dimulai dengan trek sekitar 100 meter kami sudah sampai di titik pendakian dengan Ferrata, yaitu besi baja yang ditancapkan di tebing batu yang menjadi pijakan kami untuk mendaki. Dibantu dengan belt pengaman, kami menyangkutkan pengait satu persatu di tali pelindung sepanjang jalur ferata.
Trekking via ferrata kali ini hanya mencapai ketinggian 300 meter dengan jalur yang menanjak bahkan hampir 180 derajat atau vertikal dengan pemandangan jurang tepat dibawah. Melihat lebih jauh, dengan sedikit nyali akan terlihat pemandangan waduk Jatiluhur yang keren dengan pulau dan gunung kecil di tengahnya. Beberapa spot memberikan kita kesempatan untuk istirahat sambil berfoto diketinggian dengan pemandanfan gunung, jurang dan danau Jatiluhur.
Perjalanan ekstrim pun dirasakan saat kami harus beriringan berjalan horizontal dibibir tebing dengan jurang dibawahnya. Bagi yang tidak kuat mungkin rasanya seperti jantung mau copot. Belum lagi trekking menaiki tangga besi secara vertikal dengan pemandangan jurang di sisi kiri kanan, amazing.