Rabu, 01 Januari 2020

Uji Nyali Memanjat Gunung Parang

Menguji nyali dengan memanjat tebing curam Gunung Parang Via Ferrata bakal menguras adrenalin kamu. Pastinya bisa jadi pengalaman yang luar biasa.

Purwakarta adalah salah satu kota yang letaknya tak jauh dari ibukota namun menyuguhkan paket wisata yang cukup lengkap seperti air terjun, air mancur, danau, gunung, resort, kuliner dan cagar budaya. Sangat cocok untuk warga Jakarta yang ingin sekadar melihat suasana lain disekitar ibukota. Kota kecil yang tertata rapi dan bersih ini pun bertambah pamornya sejak dibangunnya Air Mancur Sri Baduga yang digadang-gadang sebagai air mancur terbesar di Asia Tenggara. Hal ini menambah daya tarik tersendiri dan menggugahku sejak lama untuk mengeksplor kota Purwakarta.

Sudah lama terbersit dalam benak untuk menanjaki gunung Lembu yang merupakan salah satu dari 3 rangkaian gunung di Purwakarta, yaitu gunung Lembu, Bongkok dan Parang. Namun keinginan itu selalu saja maju mundur, karena sadar diri aku bukanlah pendaki gunung dan lebih menyukai pantai.
Namun pemandangan dari puncak gunung Lembu yang beredar di media sosial telah sukses membiusku dan menumbuhkan hasrat untuk melihat pemandangan waduk Jatiluhur yang megah dan indah dari puncak gunung Lembu. Danau buatan Jatiluhur terlihat seperti lautan luas dengan pulau dan gunung kecil ditengahnya. Pemandangannya pun bertambah cantik bila dilihat dari puncak.

Beberapa kali muncul keinginan untuk mengikuti trip gunung Lembu namun nyali ini selalu saja ciut tatkala teman seperjuangan berhalangan...hhmm. Hampir pupus harapanku, akhirnya aku beralih mengincar trip gunung Parang via ferata. Rasa penasaran pun kerap menghantui saat ingin menguji nyali diketinggian dengan cara memanjat tebing batu yang curam dan menjulang tinggi.

Untungnya diwaktu yang tepat saat kami berdua punya waktu, Backpacker Jakarta mengadakan trip ini. Mumpung ada teman, tak pikir panjang lagi aku langsung mendaftarkan diri. Namun entah mengapa rasa takut selalu saja datang apalagi menjelang hari H pada tanggal 20-21 Juli kemarin.

Kami rombongan trip berkumpul di stasiun Tanjung Priok pada Sabtu jam 2 siang. Kereta menuju Purwakarta berangkat pukul 4 sore dengan tarif Rp 6.000. Melaju selama 3 jam dalam kereta ekonomi AC, tak terasa obrolan seru harus selesai saat kereta tiba di Purwakarta.

Sesampainya di stasiun Purwakarta, kami disambut patung selamat datang yang menjadi ikon kota Purwakarta. Karena malam minggu, saat itu suasana ramai dengan pasar malam yang menjajakan beraneka ragam jajanan pasar. Pengunjung pun membludak karena tiap malam minggu diadakan pagelaran air mancur Sri Baduga. Sayangnya saat itu debit air sedang surut hingga pertunjukan pun ditiadakan. Akhirnya kami beristirahat di rumah singgah sambil berkenalan dengan sesama peserta trip.

Keesokannya kami bangun pagi sekali dan bersiap-siap menuju Gunung Parang dengan mobil bak terbuka. Angin pagi yang dingin tak menyurutkan semangat kami. Setelah sarapan di warung di kaki gunung, guide membantu kami memakai perlengkapan climbing untuk safety. Jam 8 pagi perjalanan mendaki pun dimulai dengan trek sekitar 100 meter kami sudah sampai di titik pendakian dengan Ferrata, yaitu besi baja yang ditancapkan di tebing batu yang menjadi pijakan kami untuk mendaki. Dibantu dengan belt pengaman, kami menyangkutkan pengait satu persatu di tali pelindung sepanjang jalur ferata.

Trekking via ferrata kali ini hanya mencapai ketinggian 300 meter dengan jalur yang menanjak bahkan hampir 180 derajat atau vertikal dengan pemandangan jurang tepat dibawah. Melihat lebih jauh, dengan sedikit nyali akan terlihat pemandangan waduk Jatiluhur yang keren dengan pulau dan gunung kecil di tengahnya. Beberapa spot memberikan kita kesempatan untuk istirahat sambil berfoto diketinggian dengan pemandanfan gunung, jurang dan danau Jatiluhur.

Perjalanan ekstrim pun dirasakan saat kami harus beriringan berjalan horizontal dibibir tebing dengan jurang dibawahnya. Bagi yang tidak kuat mungkin rasanya seperti jantung mau copot. Belum lagi trekking menaiki tangga besi secara vertikal dengan pemandangan jurang di sisi kiri kanan, amazing.

Semoga Tidak Ada Lagi, Turis Cebok di Tempat Suci Bali

Pasangan turis dari Ceko sempat bikin heboh Bali. Mereka dinilai melecehkan pura di kawasan Monkey Forest Ubud karena 'cebok' dengan air suci dari pelinggih.

Kasus pelecehan terhadap pura di Bali sebenarnya bukanlah yang baru. Kebanyakan dari mereka melakukan hal tak senonoh dengan alasan tak tahu tempat tersebut adalah area suci.

Seperti yang dilakukan oleh pasangan turis dari Ceko ini, Sabina Dolezalova dan Zdenek Slouka. Pasangan ini liburan ke pura di kawasan Monkey Forest Ubud, Minggu (11/8) kemarin.

Kronologisnya, pasangan ini direkam sedang berpelukan membelakangi area tirta suci. Di tirta ada air suci yang mengalir dari pelinggih. Air suci ini biasanya digunakan untuk upacara.

Seseorang yang merekam video mereka berkata sesuatu dalam bahasa Ceko. Tiba-tiba saja Sabina membuka roknya dengan posisi menungging. Zdenek langsung mengambil air yang mengalir dari pelinggih dan 'menyebokkannya' ke bokong Sabina.

Sabina terkejut karena air yang dingin dan mereka tertawa karena hal itu. Setelah itu, video tersebut viral sampai diberitakan oleh Media Internasional, Fox News.

Melihat hal ini, warga Bali kesal bukan main. Senator DPD dapil Bali I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa protes keras atas kelakuan turis ini.

"Kalau visualisasi itu airnya mengucur dari pelinggih, itu sudah pelecehan, karena air-air itu digunakan untuk hal-hal yang bersikap suci. Jadi dipakai untuk upacara, ambil tirta istilahnya, bahkan orang Bali saja untuk beberapa tempat seperti itu tidak boleh digunakan untuk mandi, karena ada pura yang khusus diambil air sucinya ada yang digunakan untuk bersih, untuk badan," jelas Arya.

Arya juga menyoroti peristiwa itu terjadi karena keberadaan guide-guide ilegal. Dia pun berharap ada evaluasi terkait penertiban orang asing yang liburan tapi menyambi menjadi guide ilegal di Bali.

"Kurang ketatnya pengawasan guide-guide liar, karena banyak di Bali bule yang datang pakai visa turis nyambi jadi guide. Hal pelecehan pura tirta ini tidak akan terjadi kalau didampingi guide lokal, yang posting itu salah satu grup Rusia atau daerah sana, jadi saya rasa itu yang perlu dievaluasi visa on arrival dan penertiban orang asing yang tidak menggunakan pemandu," tuturnya.

Untuk meluruskan masalah ini, pasangan turis ini pun dipanggil. Pasangan turis tersebut meminta maaf dengan alasan tidak tahu kawasan pura adalah suci.

"Dalam pertemuan tersebut kedua orang asing (Zdenek Slouka dan Sabina Dolezalova) yang diduga telah melakukan pelecehan tempat suci di kawasan Monkey Forest Ubud di hadapan seluruh Prajuru Adat Padangtegal telah menyampaikan permintaan maaf dan tidak ada maksud untuk melecehkan pura yang berada di Kawasan Monkey Forest Ubud tersebut karena dirinya tidak mengetahui/tidak tahu bahwa tempat tersebut merupakan tempat suci dan dirinya akan mengklarifikasi video yang sempat viral di medsos (IG) melalui perkataan permintaan maaf kepada Prajuru Adat Padangtegal dan seluruh masyarakat," kata Kapolsek Ubud Kompol I Nyoman Nuryana

Pertemuan dihadiri para prajuru (pengurus) adat, dan semua anggota Kerta Desa Padang Tegal hingga perwakilan Konsulat Ceko Ni Nyoman Sri Darmayanti maupun polisi. Nuryana mengatakan permintaan maaf itu diterima bendesa adat Padangtegal I Made Gandra.

Prajuru Adat Padangtegal maupun warga Padangtegal menerima permintaan maaf dari kedua orang asing tersebut dan dari pihak Desa adat Padangtegal tidak akan mempermasalahkan di mana permasalahan sudah dianggap selesai dengan dikuatkan surat pernyataan damai bersama," jelasnya.

Meski permintaan maaf diterima, kedua turis Ceko itu diwajibkan menggelar upacara adat Guru Piduka. Upacara ini digelar sebagai bentuk permintaan maaf kepada Tuhan.

Upacara Guru Piduka akan diadakan pada tanggal 15 Agustus 2019, pukul 12.00 Wita, Desa Adat Padangtegal. Upacara ini akan dihadiri oleh para juru serta masyarakat dan pihak yang bersangkutan (pasangan turis).

"Semoga dengan kejadian ini tidak ada lagi hal-hal serupa yang terjadi yang menodai pariwisata Indonesia dan Bali. Mudah-mudahan ini jadi pembelajaran bagi kita semuanya," harap Arya.