Jumat, 22 November 2019

Moeldoko soal Reuni 212: Jangan Terlalu Banyak Buat Gerakan-gerakan

Persaudaraan Alumni (PA) 212 akan menggelar Mujanat dan Maulid Akbar Reuni Mujahid 212 di Monas. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko angkat bicara.

"Harapan kita sudah lah jangan terlalu banyak buat gerakan-gerakan. Toh, kita sudah paham, masyarakat semuanya sudah ingin damai, ingin bekerja dengan tenang. Saya pikir itu ya," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (22/11/2019).

Moeldoko berharap acara berjalan dengan baik. Eks Panglima TNI ini juga berbicara supaya warga tidak terganggu.

"Imbauannya saya pikir semuanya berjalan baik saja lah. Kita semuanya sudah menikmati suasana seperti ini. Saya yakin kalau kita lihat masyarakat sekarang sudah happy, suasana tenang, nggak terhambat oleh rintangan mau ke mana saja, nggak ada hambatan psikologi, nggak ada hambatan fisik dan lain seterusnya," ujar Moeldoko. https://bit.ly/2rbbh7X

Diketahui, PA 212 berencana menggelar reuni pada 2 Desember 2019. Mereka berharap Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab bisa hadir.

Reuni ini juga pernah digelar pada tahun 2017 dan 2018. Untuk tahun ini, PA 212 menyebut sudah mengirim surat izin ke kepolisian dan mendapat rekomendasi dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Upayakan Pemulangan HRS, PA 212 Surati Dubes Saudi hingga Kemlu

 Persaudaraan Alumni (PA) 212 terus berupaya agar Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Syihab, pulang ke Tanah Air dan menghadiri Reuni Akbar 212. PA 212 mengaku telah menyurati Dubes Arab Saudi untuk Indonesia hingga Kementerian Luar Negeri.

"Kita tetap sedang berupaya. Kita sudah kirimkan surat ke Dubes Arab Saudi, Kemlu, Komnas HAM, dan kita juga sudah minta audiensi kepada Dubes Arab, Kemlu, Komnas HAM, DPR, dan kepada pihak kepolisian," ucap Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif di DPP FPI, Jalan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2019).

Slamet berharap ada titik terang terkait masalah pencekalan Habib Rizieq. Dengan begitu, Habib Rizieq bisa segera kembali ke Tanah Air.

"Mudah-mudahan ada titik terang di mana letak trouble-nya ya yang membuat beliau dicekal sampai hari ini," ujarnya.

Slamet mengatakan Habib Rizieq berkomitmen menghadiri Reuni Akbar 212 yang akan digelar di Monas, Jakarta Pusat. Namun kepastian tersebut harus menunggu pencekalan terhadap Habib Rizieq dicabut.

"Insyaallah beliau sudah komitmen andaikan cekalnya sudah bisa dicabut, beliau tidak dicekal insyaallah akan hadir di Reuni 212," tutur Slamet.

Sebelumnya, pengacara Habib Rizieq Syihab (HRS), Sugito Atmo Prawiro, masih yakin ada pihak dari Indonesia yang memohon pencekalan ke pihak Arab Saudi. Dia mengatakan Habib Rizieq lebih banyak ditanya soal masalah di Jakarta dibanding kehidupan Arab Saudi.

"Karena dari beberapa kali kesempatan (HRS diperiksa) dengan penyelidik Saudi, itu semua pertanyaan bukan menyangkut keamanan di Saudi. Tapi menyangkut keamanan di Indonesia. Dia sudah jelaskan satu per satu bahwa dua kasusnya sudah SP3, yang lainnya belum pro justitia," kata Sugito saat dihubungi, Kamis (14/11).

Namun Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid mengatakan masih berpegang pada pernyataan pemerintah Indonesia kecuali ada bukti-bukti dari pihak Habib Rizieq.

"Saya nggak komentar ya, karena saya nggak tahu benar atau nggak ditanya seperti itu. Yang kita pegangkan pernyataan pemerintah, kecuali ada bukti-bukti dari mereka," kata Meutya di kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (20/11).

Meutya lalu mengatakan, kalau memang benar Habib Rizieq dicekal atas permintaan pemerintah Indonesia, dia meminta pihak Habib Rizieq menunjukkan bukti. Penunjukan bukti, kata Meutya, perlu dilakukan agar tidak menimbulkan polemik yang berkepanjangan.

"Kalau pencekalan iya clear, memang dicekal, tapi mereka merasa dicekal karena pemerintah Indonesia, ya dibuktikan saja. Saya rasa, pertama, kita tidak menerima informasi apa-apa tentang itu dan supaya tidak berpolemik panjang, ya silakan saja sampaikan bukti-buktinya kalau memang dianggap pemerintah terlibat," ucapnya. https://bit.ly/2O9prPQ

Kamis, 21 November 2019

Menag: Ketidakwaspadaan Penceramah Angkat Ayat Munculkan Kegaduhan Luar Biasa

Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi menganggap ketidakhati-hatian seseorang dalam menyampaikan pernyataan mampu mendorong terjadinya kegaduhan luar biasa. Dia mencontohkan saat para penceramah di agama apapun tak waspada dalam mengangkat suatu ayat saat ceramah.

"Kadang-kadang ketidakwaspadaan ustaz-ustaz atau penceramah agama apapun dalam mengangkat ayat-ayat justru memunculkan kegaduhan yang luar biasa atau menyebabkan timbulnya tindakan radikalisme," kata Menag Fachrul Razi di Mabes AD Dinas Pembinaan Mental, Jalan Kesatrian VI, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (20/11/2019). https://bit.ly/2KH67Yp

Fachrul kemudian memberi contoh soal ketidakwaspadaan yang dimaksudnya. Salah satunya ketika seorang penceramah mengangkat ayat yang membolehkan orang membunuh orang lain.

"Sebagai contoh misalnya ada ustaz atau penceramah yang mengangkat, 'Beberapa orang darahnya halal untuk dibunuh yaitu yang A, yang B, yang C'. Meskipun dia pakai ayat-ayat suci, sangat berbahaya, tidak kontekstual. Itu sama dengan menganjurkan orang membunuh dan ingin melakukannya," ujarnya.

Mantan Wakil Panglima TNI tersebut mengaku pernah mengalami hal tersebut saat mendengarkan salah seorang penceramah. Fachrul mengaku langsung menegur salah penceramah tersebut.

"Saya pernah mengalami seperti itu. Saya langsung angkat tangan. Saya bilang, 'Ustaz, anda salah. Kalau semua orang ini nggak tahu kemudian langsung membunuh orang yang seperti itu, masuk hukuman 15 tahun semua dan anda termasuk yang saya tunjuk sebagai provokator utamanya'," ucap Fachrul.

Dia mengingatkan masyarakat, termasuk penceramah agama apapun, untuk berhati-hati dalam menyampaikan suatu pernyataan. Fachrul menyinggung soal masyarakat Indonesia yang multi-agama dan mengkhawatirkan akan timbulnya konflik antar-umat beragama jika para pemuka agama tidak bijak dalam menyampaikan ceramahnya.

"Jangan lupa, di negara Indonesia ini tidak semua mayoritas agama tertentu. Ada mayoritas lain di tempat tertentu. Bagaimana kalau mereka juga membalas. 'Anda salah dan anda saya catat nama anda sebagai salah satu provokator yang perlu diwaspadai'," ujarnya.

Fachrul menyadari pernyataan-pernyataan tersebut terkadang tidak dimaksudkan untuk mendorong tindakan radikalisme. Namun, tambah Fachrul, hal-hal yang dapat memprovokasi tersebut jika dibiarkan justru akan menimbulkan kegaduhan luar biasa di masyarakat.

"Mungkin dia punya niat sejelek itu tapi kembali salah mengangkat tema, salah mengangkat ayat justru menjadi provokator yang luar biasa bagi ketentraman bangsa ini," tutur mantan Wakil Panglima TNI itu. https://bit.ly/2rb7asE