Kamis, 21 November 2019

Cerita Penumpang KM Santika Nusantara 4 Jam Terombang-ambing di Lautan

Beberapa penumpang dan saksi mata melihat KM Santika Nusantara terbakar di Kepulauan Masalembu, Sumenep, Madura. Salah satunya Sujiman.

Kebakaran kapal terjadi pada Kamis (22/8/2019) malam bersumber dari dek kapal, tempat parkir truk dan motor. Mereka mengaku sempat melihat titik kepulan asap keluar dari lantai bawah tempat parkir motor dan truk.

Warga Kediri itu mengaku tidak hanya melihat api di dek bawah. Asap hitam dan tebal membuat pandangan tak jelas. Banyak penumpang yang juga mengaku tidak bisa bernapas terkena asap tersebut.

"Kita lari ke bawah ternyata api sudah besar. Kita akhirnya naik, tapi pas di atas banyak penumpang. Mau turun lagi asap wes gak mampu (Sudah tidak mampu)," kata Sujiman saat ditemui detikcom di Sabtu (24/8/2019).

Lantaran ABK tak ada yang mampu memadamkan api, para penumpang mengambil pelampung dan naik sekoci. Dirinya pun akhirnya terjun ke laut.

"Kita wes tidak mikir barang yang penting saya dan istri selamat kapal terbakar dan api sudah besar, instruksinya hanya kumpul di atas. Tapi setelah saya turun (terapung di laut) hampir empat jam enggak ada reaksinya gimana dari pihak kapal," kenangnya.

Selama dia dan istrinya terapung di lautan selama 4 jam lebih, Sujiman merasa saat itu hidupnya di ujung tanduk. Dia dan istrinya berdoa dan berharap ada pertolongan datang. Selama 4 jam itu pula dirinya mencoba bertahan dan cemas.

"Takut ada gelombang tinggi. Pokoknya banyak yang menangis dan teriak meminta tolong waktu itu. Antar penumpang saling menguatkan saat itu karena gelap," tambahnya.

Empat jam lamanya terombang-ambing, akhirnya kapan nelayan datang. "Kalau tidak ada nelayan mungkin kita innalillahi di tengah laut. Yang nurunin ya bareng-bareng, empat jam di sekoci terapung di laut baru ditolong nelayan," tegasnya.

Ratusan korban selamat KM Santika Nusantara yang terbakar di Pulau Masalembu Kabupaten Sumenep, sebanyak 161 penumpang. Penumpang yang selamat diangkut KM Putera Tunggal 8, melalui Pelabuhan Kalianget. Mereka langsung mendapatkan perawatan medis karena sebagian mengalami luka-luka. https://bit.ly/2O5Zb8Z

KM Santika Nusantara Terbakar, 4 Penumpang Tewas 23 Hilang

 KM Santika Nusantara dari Surabaya menuju Balikpapan terbakar di Perairan Masalembu, Sumenep, Madura, Kamis (22/8) sekitar pukul 20.45 WIB. Dari kejadian ini, empat penumpang meninggal dunia.

"Empat orang meninggal laki-laki," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumenep Abd Rahman Riadi saat dihubungi di Surabaya, Jumat (23/8/2019).

Rahman memaparkan dari data yang dikumpulkannya, ada 136 penumpang selamat dan empat penumpang ditemukan meninggal. Sementara tim SAR gabungan menyisir lokasi kejadian karena diperkirakan masih ada penumpang yang belum ditemukan.

Sebelumnya, dari data manifes, kapal mengangkut 111 penumpang. Namun kenyataan di lapangan berbeda. Jumlah penumpang melebihi data manifes kapal. Rahman mengatakan dari informasi anak buah kapal, kapal tersebut mengangkut 163 penumpang. Totalnya, masih ada 23 penumpang yang belum ketemu.

"Kami masih mencari 23 penumpang yang masih hilang," imbuhnya.

Tak hanya itu, data penumpang juga simpang siur. Karena penumpang yang ada di kapal berbeda dengan data di manifes.

Sementara itu, dari kesaksian anak buah kapal, Rahman menceritakan jika mereka sempat mencoba mematikan api dan mengevakuasi penumpang menggunakan sekoci. Namun kendalanya, lokasi kapal berada sekitar delapan mil dari Pulau Masalembu, yang memakan perjalanan sekitar 18 jam dari Sumenep.

Selain itu, Rahman mengatakan proses evakuasi juga dibantu nelayan dan tagana. Rahman menyebut pihaknya juga meminta bantuan dari Kantor SAR Balikpapan karena lokasinya lebih dekat dibanding dengan Kantor SAR Surabaya.

Kini, pihaknya masih berupaya untuk melakukan evakuasi. Terlebih, cuaca yang tidak mendukung menjadi salah satu penghambat.

"Cuaca di sekitar lokasi berangin sehingga menyulitkan evakuasi yang dilakukan oleh kapal-kapal nelayan yang rata-rata ukurannya kecil," pungkasnya. https://bit.ly/2pCfwsJ

Gelombang Tinggi Hingga 4 Meter, Nelayan Trenggalek Diimbau Tak Melaut

Gelombang tinggi hingga 4 meter berpotensi terjadi perairan selatan Jawa dan beberapa perairan lain hingga akhir Agustus. Syahbandar Prigi Trenggalek mengimbau nelayan untuk tidak melaut sementara waktu.

Kepala Syahbandar Prigi, Abdul Iman, mengatakan sesuai ramalan cuaca dari BMKG, ketinggian gelombang di perairan selatan Trenggalek antara 2,5 hingga 4 meter, sehingga berbahaya untuk beberapa jenis kapal nelayan.

"Sesuai data BMKG, gelombang tinggi ini diprediksi terjadi mulai kemarin (29/8/2019) sampai besok tanggal 31 Agustus," kata Iman, Jumat (30/8/2019).

Gelombang tinggi perairan selatan Jawa akibat adanya Tropical Storm Podul 992 hPa di Laut Cina Selatan, dengan pola angin di wilayah selatan Indonesia berasal dari Timur - Tenggara dengan kecepatan berkisar 4 - 25 Knot.

Sedangkan wilayah Indonesia bagian utara, angin dari Tenggara - Barat Daya dengan kecepatan mencapai 4 - 25 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna Utara, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar bagian selatan, Laut Arafuru, dan Perairan timur Bitung. https://bit.ly/2KGc5Zc

Kondisi gelombang tinggi dan angin kencang di perairan selatan Trenggalek dinilai bisa mengancam keselamatan kapal nelayan, sebab rata-rata kapal nelayan yang digunakan adalah jenis purse sein atau slerek.

"Aktivitas nelayan dengan perahu slerek itu adalah menebar jaring, ketika arusnya kuat, kemudian anginnya juga kencang dan gelombang tinggi tentu akan rawan. Makanya kami juga berikan imbauan sesuai BMKG," ujarnya.

Dari catatan yang dikeluarkan BMKG, kondisi angin akan membahayakan kapan nelayan apabila berada di atas kecepatan 15 knot dengan gelombang di atas 1,25 meter. Sedangkan untuk kapal tongkang kondisi berbahaya apabila kecepatan angin di atas 16 knot dengan tinggi gelombang di atas 1,5 meter.

Dijelaskan para nelayan yang beroperasi di kawasan Teluk Prigi biasanya akan mengikuti arahan dari Syahbandar, namun beberapa terkadang masih nekat untuk melaut untuk mengetahui secara riil kondisi di tengah.

"Ya memang biasanya ada yang masih berspekulasi atau untung-untungan dengan mencoba melaut, tapi ya itu, kalau memang kondisi gelombang tinggi mereka akan kembali dengan konsekuensi rugi BBM," imbuhnya.

Iman menambahkan, pada pertengahan tahun seperti ini biasanya merupakan musim panen ikan, namun akibat perubahan cuaca, khusunya gelombang dan angin tangkapan ikan sering berubah-ubah.

"Kadang dua hari ramai, kemudian sepi lagi," jelasnya. https://bit.ly/2KI9ePw