Kamis, 21 November 2019

Cerita Siswa di Aceh Bertaruh Nyawa Lewati Jembatan Lapuk demi Sekolah

Kondisi jembatan gantung yang menghubungkan tiga desa di Kecamatan Delima, Pidie, Aceh, sangat memprihatinkan. Saat melewati jembatan lapuk tersebut, para siswa seolah-olah bertaruh nyawa. Ada siswa yang pernah tercebur ke sungai dan warga terperosok.

Jembatan sepanjang 14 meter ini membelah Sungai Krueng Baro, yang terletak di Desa Keutapang Aree, Kecamatan Delima. Jembatan lapuk ini menghubungkan tiga desa, yakni Pante Aree, Keutapang Aree, dan Mesjid Aree, dengan jalan aspal yang dilintasi angkutan umum.

Saat ini kondisi jembatan sudah tidak layak untuk dilewati. Beberapa bagian jembatan sudah bolong dan tidak ada lantai. Selain itu, papan yang dipakai sudah lapuk. Jika tidak berhati-hati saat melewatinya, warga bisa tercebur ke sungai.

"Sudah ada siswa sekolah satu orang yang jatuh ke dasar sungai karena terperosok. Orang dewasa ada yang terperosok kaki tapi tidak jatuh ke sungai," kata Kepala Desa Keutapang Aree Jawahir saat dimintai konfirmasi, Minggu (15/9/2019).

Jawahir menjelaskan, siswa dan warga masih menggunakan jembatan tersebut ketika beraktivitas sehari-hari. Mereka melewati jembatan untuk menuju jalan raya agar dapat menggunakan kendaraan umum.



Beberapa waktu lalu, jembatan sempat ditutup karena khawatir memakan korban. Namun, karena jembatan lain berjarak sekitar 1 kilometer dari desa, warga akhirnya kembali menggunakan jembatan lapuk tersebut.

"Warga menggunakan jembatan ini karena lebih strategis. Di seberang sungai itu, ada jalan yang dilalui labi-labi (angkutan umum di Aceh). Siswa sekolah lebih gampang melewati jembatan itu karena dekat untuk naik labi-labi," jelasnya.

Saat ini, sepeda motor sudah tidak dapat melewati jembatan tersebut. Menurut Jawahir, kondisi jembatan memprihatinkan sejak 2015 akibat diterjang banjir.

Warga pernah memperbaikinya secara swadaya, namun tidak bertahan lama. Dia berharap pemerintah segera memperbaiki kerusakan jembatan sehingga aktivitas siswa dan warga tidak terganggu.

"Selama ini tidak ada yang peduli. Kami berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan di desa kami," harapnya. https://bit.ly/2OCN6HM

Pemkot Banda Aceh Beri Kesempatan Seni Lokal se-Aceh Tampil di CFD

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengatakan, Car Free Day (CFD) yang digelar setiap Minggu pagi di Jl Tgk Daud Beureueh bukan hanya menjadi ajang promosi Banda Aceh, tapi segenap potensi kabupaten/kota se-Aceh. Semua potensi pariwisata, seni budaya hingga sektor unggulan Aceh dapat dikenal lewat CFD tersebut.

"Kami memberi kesempatan bagi semua kabupaten/kota di Aceh untuk tampil di sini," ujar Aminullah, dalam keterangan tertulis, Minggu (8/9/2019).

"Jadi CFD ini ajang yang sangat bagus untuk mempromosikan potensi pariwisata, ekonomi, seni budaya, dan sektor-sektor unggulan Aceh lainnya agar semakin dikenal oleh masyarakat luas," tambahnya.

Aminullah menambahkan, pengunjung yang hadir di Banda Aceh CFD bukan hanya warga Banda Aceh saja, melainkan ada dari luar kota, bahkan provinsi.

"Tadi yang saya tahu ada yang hadir dari Pidie, Bireuen, bahkan dari luar Aceh," katanya.

Menurut Aminullah, CFD yang sudah menjadi bagian atau gaya hidup warga Banda Aceh juga memiliki banyak manfaat. Mulai dari ajang silaturahmi, olahraga, hingga hiburan. Ajang ini juga menghidupkan komunitas dan UMKM.

"Setiap minggunya, ribuan pengunjung memadati area CFD, dan sesuai dengan teori ekonomi, semakin banyak orang dan aktivitas yang terjadi maka semakin besar perputaran uang yang terjadi. Dengan begitu, kesejahteraan warga kota pun akan ikut terdongkrak," pungkasnya.

Rangkaian acara Banda Aceh CFD minggu ini diawali dengan senam jantung sehat yang turut diikuti oleh Aminullah dan istri Nurmiaty AR. Hadir pula Wakil Wali Kota Banda Aceh Zainal Arifin, Sekda Bahagia, dan sejumlah Kepala SKPK Banda Aceh.

Dalam kesempatan itu, Penampilan Guel tarian tradisional Gayo juga mampu menghipnotis ribuan pengunjung CFD. Acara juga dimeriahkan oleh penampilan komunitas musik Gambus, dan sejumlah komunitas lainnya. https://bit.ly/2QBxHtB

Ombudsman Geleng Kepala Lihat Kondisi SMA Negeri di Pulo Aceh

 Ombudsman Perwakilan Aceh melakukan inspeksi mendadak atau sidak ke SMA Negeri 2 Pulo Aceh, Aceh Besar. Hasil sidak itu membuat Ombudsman heran alias geleng-geleng kepala.

Sidak tersebut dilakukan pada Rabu (9/10). Ombudsman datang setelah mendapat laporan dari warga tentang masalah pendidikan di sana.

"Beberapa tokoh masyarakat yang diwawancarai menyampaikan bahwa ada guru yang jarang datang ke Pulo Aceh. Padahal fasilitas rumah dinas disediakan oleh Pemkab Aceh Besar," kata Kepala Ombudsman Perwakilan Aceh Taqwaddin, kepada wartawan, Kamis (10/10/2019).

Begitu tiba di lokasi sekolah, tim Ombudsman melihat tidak ada seorang pun guru PNS serta Kepala Sekolah yang berada di sekolah. Padahal, di sekolah tersebut sudah ditempatkan 13 guru berstatus PNS.

"Saat tim datang siswa sedang tidak berada dalam kelas, sebagian sudah pulang pada pukul 11.00 WIB. Hal ini sungguh memprihatinkan. Jumlah siswa di sana berjumlah 88 orang dari 12 desa," jelasnya.

Taqwaddin juga mengaku kecewa dengan hal tersebut. Hasil investigasi ini akan dilaporkan ke Pemprov Aceh dan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. https://bit.ly/2qxxCN4

"Saya sangat prihatin dan kecewa atas pelayanan seperti itu. Ini tidak bisa dibiarkan. Ini harus menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Aceh dan juga Pemerintah Kabupaten Aceh Besar," ujar Taqwaddin.

Jembatan Maut yang Sering Dilalui Siswa di Pidie Mulai Diperbaiki

 Jembatan gantung di Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Aceh yang kondisinya memprihatinkan mulai diperbaiki. Lantai jembatan yang dilalui siswa sekolah ini sudah mulai dibongkar.

"Alhamdulillah sejak kemarin jembatan mulai diperbaiki. Kami sangat bersyukur," kata Kepala Desa Keutapang Aree, Kecamatan Delima, Jawahir, saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (8/10/2019).

Para pekerja mulai membongkar lantai jembatan yang sudah lapuk sejak Senin (7/10) kemarin. Kondisi jembatan saat ini sudah tidak ada lantai lagi dan untuk sementara tidak dapat dilalui.

Pembongkaran lantai ini menjadi tahap awal pembangunan Jembatan sepanjang 40 meter itu. Menurut Jawahir, dirinya dua minggu lalu diperintahkan camat setempat untuk mengukur panjang serta lebar jembatan.

"Kami sangat berterima kasih untuk semua pihak yang turut membantu sehingga jembatan ini telah diperbaiki, terutama kepada Wakil Bupati Pidie," jelas Jawahir.

Pembangunan jembatan ini rencananya menggunakan anggaran yang diusulkan dalam APBK-Perubahan Pidie. Setelah pembangunan diharapkan jembatan itu dapat dimanfaatkan kembali warga terutama pelajar. https://bit.ly/2D1ZFHd