Rabu, 20 November 2019

Suhu Politik Lagi Tinggi, bakal Ganggu Ekonomi?

Tensi politik yang makin tinggi jelang pilpres April nanti dikhawatirkan mengganggu ekonomi Indonesia. Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, politik dalam sejarah Indonesia tidak pernah memberikan gangguan besar terhadap perekonomian.

Investasi di Indonesia justru sangat rentan dengan gejolak ekonomi global.

"Kalau kita lihat IHSG dalam sejarahnya yang jatuh cukup dalam tidak pernah karena politik. Pada 1998 itu karena krisis global, 2008 IHSG anjlok karena krisis yang disebabkan subprime mortgage," ujarnya dalam acara Investment Outlook Kemilau Harga Emas di Tahun Babi, di Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Jumat (25/1/2019).

Justru menurut pria yang akrab disapa Toto itu kondisi ekonomi yang mempengaruhi politik. Dalam sejarah politik di Indonesia, pimpinan negara beberapa kali lengser karena kondisi ekonomi.

Dia mencontohkan lengsernya presiden pertama Soekarno pada 1967 lebih banyak dipicu kondisi ekonomi. Saat itu pemerintah orde lama tak mampu menjinakkan laju inflasi yang terbang hingga 600% lebih di 1966. https://bit.ly/2QDEtz5

"Kemudian apa yang membuat Soeharto lengser? Apakah karena demo mahasiswa? Demo mahasiswa sudah terjadi sejak 1977, apakah karena ribut politik? tidak mungkin, politik Soeharto sangat kuat. Soeharto lengser karena inflasi yang sangat tinggi, nilai tukar anjlok. Jadi kenyataannya ekonomi menjadi dasar perubahan politik," tambahnya.

Oleh karena itu dia mengimbau agar para investor tak perlu mengkhawatirkan pesta politik yang terjadi tahun ini. "Cukup nikmati saja dari televisi cebong vs kampret ini, tenang saja," tuturnya.

Sementara dalam acaranya yang sama, Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Paulus Lumintang meyakini di tengah hiruk pikuk yang terjadi di tahun ini, komoditi emas akan bersinar.

Sebab selain tahun politik, ketidakpastian ekonomi global tahun ini masih berlanjut. Dengan kondisi tersebut para investor akan cenderung menempatkan uangnya di emas yang dianggap sebagai instrumen investasi paling aman.

Sri Mulyani Genjot Konsumsi dan Investasi Dongrak Ekonomi 2019

Perekonomian nasional tahun 2019 masih dihantui ketidakpastian global yang berasal dari kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang AS-China, dan yang baru lagi adalah pelemahan perekonomian dunia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku akan menjaga tingkat konsumsi rumah tangga agar ekonomi Indonesia tetap terjaga dan tidak terdampak dalam dari ketidakpastian global.

"Kan presiden memang fokusnya seperti itu, karena antisipasi dari dengan pertumbuhan ekonomi dunia melemah itu kan berarti eksternal force atau sumber pertumbuhan yang berasal dari eksternalnya diperkirakan akan melemah, ekspor impor dalam hal ini," kata Sri Mulyani di Kantor Wapres, Jakarta Pusat, Kamis (24/1/2019).

"Jadi kita harus konsentrasi terhadap domestic demand kita, domestic demand kita terdiri dari konsumsi, investasi dan pemerintah," tambahnya.

Strategi untuk menjaga konsumsi rumah tangga tetap terjaga, Sri Mulyani mengaku akan menjaga daya belinya melalui stabilitas harga komoditas pangan inti.

"Makanya jumlah stok pangan itu menjadi sangat penting dalam situasi di mana sering terjadi ketidakpastian musim seperti bencana tanah longsor, banjir. Stok itu harus ada di berbagai tempat supaya tetap jaga stabilitas," ujar dia.

Selanjutnya, pemerintah juga akan terus menjaga iklim investasi tanah air melalui beberapa program kemudahan berusaha. Salah satunya penerapan online single submission (OSS) yang mempermudah arus modal masuk Indonesia.

"Meskipun demikian kita tidak berarti melupakan ekspor, justru ekspor penting," ungkap Wanita yang akrab disapa Ani  https://bit.ly/2O6FP3X

Mal Sepi, Pengusaha Ritel Salahkan Ganjil Genap

Beberapa pusat perbelanjaan dikabarkan sepi pengunjung. Pengusaha ritel pun mengeluhkan kebijakan pemerintah yang turut berkontribusi pada sepinya pusat perbelanjaan.

Ketua Bidang Ritel Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia), Tutum Rahanta menjelaskan, kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait ganjil genap yang berlaku di beberapa jalan di Ibu Kota. Setidaknya hal itu dirasakan oleh beberapa pusat perbelanjaan yang lokasinya dilalui oleh jalur ganjil genap.

"Untuk lokasi tertentu pusat belanja adalah sangat diperparah aturan pemerintah contoh ganjil genap," ujarnya kepada detikcom, Rabu (20/11/2019).

Menurut Tutum beberapa pusat perbelanjaan mengalami penurunan pengunjung lantaran kebijakan itu. Sebab kebijakan itu mempengaruhi keinginan para konsumen untuk mengunjungi pusat perbelanjaan.

"Banyak pusat belanja terpengaruh, begitu orang mengurangi datang, jadi sepi. Ini memang membahayakan gara-gara kebijakan bisa membunuh," tegasnya.

Meski begitu, menurut Tutum sepinya beberapa pusat perbelanjaan harus dilihat dari berbagai hal. Ada pusat belanja yang sepi lantaran perubahan perilaku konsumen yang kini serba online.

"Memang yang tercepat yang pengaruhi perilaku konsumen mereka. Muncul zona nyaman untuk yang bisa melakukan belanja tanpa harus mengunjungi tempat belanja. Hal yang lain pertempuran bisnis juga," terangnya.

Pusat belanja yang dimaksud semacam ITC yang menjual produk-produk tertentu seperti elektronik. Berkembangnya e-commerce membuat pola transaksi produk tersebut bergeser.

Banyak juga dari para pedagang yang juga beralih menjual produknya secara online. Sehingga apa yang terlihat secara kasat mata belum tentu mempengaruhi pedagang.

"Kan dilihat pertambahan pusat perbelanjaan baru bisa dibilang tidak ada. Mereka (para pedagang) juga tidak menambah toko. Mereka hanya punya 1 toko untuk semacam showroom, lebih banyak jual lewat online," terangnya.

Tutum menambahkan ada juga pusat perbelanjaan yang sepi lantaran semakin besarnya pembelian melalui aplikasi layanan antar jemput seperti Go-Jek dan Grab. Perusahaan itu melayani jasa perwakilan untuk belanja, terlebih untuk produk kuliner.

Meski begitu, Tutum selaku pengusaha juga mengakui bahwa ada pengaruh dari situasi ekonomi saat ini. Meskipun hal itu tidak menjadi faktor utama.

Ini Dia Bisnis yang Diprediksi Moncer dan Tiarap di Tahun Babi

Sebentar lagi warga Tionghoa akan merayakan Tahun Baru Imlek. Dalam perayaan itu biasanya sangat erat dengan ramalan peruntungan khususnya di dunia usaha.

Menurut Pakar Fengshui, Mas Dian, tahun ini merupakan Tahun Babi dengan elemen Kayu. Pandangan itu berbeda dengan kebanyakan para pakar fengshui. https://bit.ly/2D0sLGO

Dia menjelaskan, investasi erat kaitannya dengan elemen air dan logam. Investasi di pasar modal bersifat air, sementara investasi yang berjangka waktu lama bersifat logam.

Untuk investasi bersifat air menurutnya tahun ini cukup baik, sebab air merupakan elemen yang menghidupi kayu. Hal ini berbanding terbalik untuk investasi bersifat logam.

"Kalau yang bergerak lama itu logam, kayu ini kalau ketemu logam akan patah. Tapi kembali lagi, di saat situasi yang tidak menguntungkan itu kita harus cerdas," tuturnya di sela acara Investment Outlook Kemilau Harga Emas di Tahun Babi, di Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Jumat (25/1/2019).

Mas Dian menjelaskan, investasi di elemen logam yang cukup berat tahun ini adalah properti dan pertambangan termasuk emas, meskipun untuk komoditas karet dia menilai masih cukup bagus.

Di sisi lain dia melihat kondisi yang sedikit berbeda untuk emas dan properti. Properti menurutnya masih akan terpuruk hingga tahun depan, sedangkan emas masih tergantung dari individunya.

"Properti masih berat, tahun 2020 baru bisa, emas itu masih tergantung pelakunya, kalau pelaku pengetahuannya ada dia akan mendulang untung," terangnya.

Sementara untuk bisnis yang memiliki prospek cerah di tahun Babi Kayu adalah furniture dan kuliner. Meskipun untuk kuliner persaingan masih menjadi tantangan.

"Kita lihat mal sepi enggak? nah yang ramai itu restoran. Masalahnya yang jualan banyak, makanya dagingnya dibagi-bagi. Jadi masih bersaing, siapa pelakunya, punya bakatnya di kuliner. Kalau modal doang ya kacau, tergantung orangnya itu," ujarnya.

Selain itu Mas Dian meramalkan juga harga minyak akan naik tahun ini, sebab minyak merupakan unsur api yang mampu membakar kayu yang menjadi elemen di tahun ini.

"Kalau kita bilang minyak, minyak berpengaruhi komoditas lain, minyak unsur api, api pembakar kayu, dia akan berkorban, harga mulai naik," terangnya. https://bit.ly/2qy7CBd